Pages

Sabtu, 27 Juli 2013

MEDIA GRAFIS2

BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam pengertian media visual, istilah Graphics atau Graphic Materials mempunyai arti yang lebih luas, bukan hanya sekedar menggambar. Dalam bahasa Yunani graphicos mengandung pengertian terlukiskan atau menggambarkan garis-garis.
Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan peran dari sumber ke penerima pesan. Saluran yan dipakai menyangkut indera penglihatan, pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam sImbol-simbol komunikasi visual. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis termasuk media yang relative murah ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis, beberapa diantaranya akan kita bahas dalam BAB II berikut ini.
  
BAB II
PEMBAHASAN
MEDIA GRAFIS (LANJUTAN)
A.        DIAGRAM
Diagram adalah suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik terutama dengan garis-garis. Diagram biasanya berisi petunjuk-petunjuk. Sebuah diagram yang baik adalah sangat sederhana yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan. Diagram lebih sulit dibaca daripada bagan, karena hanya terdiri atas sebuah garis; sebuah garis besar dari sebuah objek nyata, atau sebuah sketsa penampang memotong dari sua tu objek misalnya silinder dari sebuah kendaraan bermotor, organ tubuh yang vital, pegunungan, bumi, dan lain sebagainya.[1]
Beberapa ciri diagram yang perlu diketahui adalah:
1.     Diagram bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang-kadang sulit dimengerti;
2.     Untuk dapat membaca diagram seseorang harus mempunyai latar belakang tentang apa yang didiagramkan;
3.     Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat, diagram dapat memperjelas arti.
Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah yang:
1.     Benar, digambar rapi, diberi titel, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu;
2.     Cukup besar dan ditempatkan secara strategis; dan
3.     Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.[2]
B.         KARTUN
Kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Walaupun terdapat sejumlah kartun yang berfungsi untuk pembuat orang tersenyum, seperti halnya kartun-kartun yang dimuat dalam surat kabar.
Kartun sebagai alat bantu mempunyai manfaat penting dalam pengajaran,
terutama dalam menjelaskan rangkaian isi bahan dalam satu urutan
logis atau mengandung makna.
Kartun yang baik hanya mengandung satu gagasan saja. Ciri khas kartun memakai karikatur, sindiran yang dilebih-lebihkan, perlambang dan humor pilihan. Humor sering dan biasa membuat orang tertawa, terutama dalam kartun-kartun yang berisi pertentangan politik bagi para pembaca surat-surat kabar. Dalam beberapa hal penggunaan kartun di bidang politik dan sosial dijadikan medium untuk menyerang pribadi para pejabat tinggi. Kekuatan kartun untuk mem pengaruhi pendapat umum, terletak pada kekompakkannya, penyederhanaan isunya, dan perhatian yang sungguh-sungguh yang dapat dibangkitkan secara tajam melalui gambar-gambar yang mengandung humor. la merupakan sumber informasi yang dicernakan melalui dampak visual yang kuat. Banyak orang yang tidak membaca edisi surat kabar akan tetapi mengikuti kartunnya secara tetap. Itulah sebabnya kartunis yang berani pada surat-surat kabar di kota metro politan dipandang sebagai unsur pembentuk pendapat umum.
Memilih kualitas kartun yang efektif untuk membantu tujuan pengajaran:
1.     Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman
Pertimbangan pertama adalah, arti kartun hendaknya dapat dimengerti oleh para siswa pada saat kartun tersebut digunakan. Misalnya kartun mengenai bantuan luar negeri atau perang dingin, akan kecil artinya bagi murid kelas enam yang belum mempelajari judul-judul tersebut. Demikian juga banyak guru yang tersentuh melihat kartun berikut, sebaliknya para siswa mungkin merasa lucu melihatnya.
2.     Kesederhanaan
Memperkirakan arti kartun dapat dimengerti, berarti ada beberapa perwatakan fisik yang diinginkan dari kartun-kartun yang baik. Satu di antaranya adalah kesederhanaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kartun-kartun yang baik hanya berisi hal yang penting-penting saja. Beberapa kartun bahkan tidak memerlukan keterangan sama sekali, karena lukisan itu sendiri telah menyampaikan gagasan tanpa bantuan kata-kata. Walaupun kartun sosial politik biasanya memerlukan keterangan namun harus jelas, singkat dan langsung. Penjelsan yang panjang lebar ti dak perlu jika kartun dibentuk serta dibuat dengan baik.
3.     Lambang yang jelas
Ciri ketiga dari kartun yang efektif adalah kejelasan dari pengertian-pengertian simbolis. Lambang-lambang yang menggambarkan konsep-konsep yang lebih abstrak, seperti hak-hak negara, kemanusiaan, dan kemerdekaan sulit disampaikan.
Penggunaan kartun
1.     Untuk motivasi
Sesuai dengan wataknya kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Beberapa kartun dengan topik yang sedang hangat, bilamana cocok dengan tujuan-tujuan pengajaran, merupakan pembuka diskusi yang efektif.
2.     Sebagai ilustrasi
Seorang guru melaporkan hasil efektif dari penggunaan kartun-kartun dalam menggambarkan konsep ilmiah pengajaran sain. Sebagian dipakai untuk mengemukakan beberapa pertenyaan tentang tidaknya situasi ilmiah yang dapat digambarkan dalam kartun. Sebagian lagi menggambarkan kesalahan-kesalahan dalam menafsirkan isi yang terkandung dalam kartun. Ini berarti kartun  dapat digunakan sebagai ilustrasi dalam kegiatan pengajaran.
3.     Untuk kegiatan siswa
Jenis lain dari kartun yang dipergunakan adalah kreasi kartun-kartun yang dibuat siswa sendiri. Para siswa membuat kartun untuk menumbuhkan minat dalam kampanye kebersihan, keselamatan mengemudi dan lain-lain.
C.         KOMIK
Komik dapat didefinisikan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Apabila kartun sangat bergantung kepada dampak penglihatan tunggal, maka komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung. Perbedaan lain menyatakan bah wa komik sifatnya humor, sedangkan sumbangan yang paling unik dan berarti dari kartun pada bidang masalah-masalah politik dan so sial. Beberapa perwatakan lain dari komik harus dikenal agar kekuatan medium ini bisa dihayati. Komik memusatkan perhatian disekitar rakyat. Cerita-ceritanya mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat segera mengindentifikasikan dirinya melalui perasaan seita tindakan dari perwatakan-perwatakan tokoh utamanya.
Cerita-ceritanya ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas.[3]
Sekadar pengetahuan, bahwa untuk pertama kalinya komik digunakan sebagai pengobar dari peristiwa perang surat-kabar antara Wil liam Randolph Hearst dengan Joseph Pulitzer pada pertengahan tahun 1890-an. Lembaran berwarna dari majalah Sunday terbitan New York Journal dan New York World saling bersaing dalam usaha memperbesar peredarannya. Bagian penting dalam persaingan ini dimainkan dengan gambar-gambar yang lucu, yang meliputi perwatakan terkenal dengan nama The Yellow Kid. Coretan ini hasilnya cepat terlkenal dengan bertambahnya peredaran New York World yang diterbitkan oleh Pulitzer. Dalam jangka waktu enam bulan, Hearst muncul dengan ruangan komik yang terbaru, "...delapan halaman dari warna pelangi keperak-perakan yang bercahaya membuat pelangi tampak seperti sepotong pipa timah". Judul karangan dari perwatakan yang diungkapkan adalah Yellow Kid, Hearst telah mengontrak artis komik asli, dan karya ciptaannya keluar dari The World.
Sebagai media instruksional edukatif, komik mempunyai sifat yang sederhana, jelas, mudah, dan bersifat personal. Komik diterbitkan dalam rangka tujuan komersial, dan edukatif (meski tidak semua komik bersifat edukatif) yang mempunyai unsur-unsur:
1.     Sederhana, langsung, aksi-aksi yang cepat dan menggambarkan peristiwa-peristiwa yang mengandung bahaya.
2.     Berisi unsur humor yang kasar, menggunakan bahasa percakapan.
3.     Perhatikan kepada kriminalitas, kekuatan, keampuhan.
4.     Adanya kecenderungan manusiawi yang universal terhadap pemujaan pahlawan.
Peranan pokok dari buku komik dalam instruksional adalah  kemampuannya dalam menciptakan minat peserta didik. Penggunaan komik dalam instruksional sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat instruksional yang efektif.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana peserta didik membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus membantu peserta didik menemukan komik yang baik (edukatif) dan bermanfaat, juga mengajar mereka untuk memilih buku komik yang baik, sehingga kita yakin dapat menerima bacaan komik bagi peserta didik, sesuai dengan taraf berpikirnya. Di pihak lain guru harus menolong mereka menuju cakrawala yang lebih luas akan minat serta apresiasinya.
Perlu disadari oleh para guru dewasa ini banyak bacaan komik di pasaran atau di perpustakaan yang sifatnya tak selalu mendidik dan mengarahkan pembaca (peserta didik) ke hal-hal yang terlalu imajinatif. Yang demikian itu harus dipahamkan pada peserta didik supaya mereka tidak tersesat oleh bacaan-bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan mereka supaya selektif dalam membaca komik.[4]
Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru bereksperimen dengan medium ini untuk maksud pengajaran. Banyak percobaan telah dibuat di dalam seni bahasa pada tingkat SMP dan SMA. Dapat diketahui bahwa anak yang membaca sebuah buku komik setiap bulan, hampir 2 kali banyaknya kata-kata yang dapat dibaca sama dengan yang terdapat pada buku-buku bacaan yang dibacanya setiap tahun terus-menerus.
Peranan pokok dari buku komik dalam peng ajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Kita semua mengharapkan bisa membimbing selera anak-anak terutama minat baca mereka. Komik merupakan suatu bentuk bacaan di mana anak membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan, juga mengajar mereka untuk memilih-milih buku komik, sehingga kita yakin dapat menerima bacaan komik bagi anak-anak kita,sesuai dengan taraf berpikirnya.[5]
D.        POSTER
Poster merupakan gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok, poster hendaknya dibuat dengan gambar dekoratif dan huruf yang jelas.[6]
Ciri-ciri poster yang baik adalah:
1.      Sederhana
2.      Menyajikan satu ide dan mencapai satu tujuan pokok
3.      Berwarna
4.      Slogannya ringkas dan jitu
5.      Tulisannya jelas
6.      Motif dan disain bervariasi.[7]
Poster yang baik dapat merangsang orang untuk membeli suatu barang, merangsang untuk menggunakan jasa angkutan tertentu, seperti yang dilakukan oleh beberapa perusahaan penerbangan dan perusahaan-perusahaan lainnya. Dapat pula poster itu mendorong orang untuk mengunjungi suatu tempat seperti yang dilakukan oleh biro jasa parawisata. Tidak kalah pentingnya poster itu digunakan untuk penerangan dan penyuluhan serta untuk menyebarluaskan program pemerintah. Poster dapat pula sebagai alat yang efektif bagi pata kontestan pemilu.[8]
Cheret adalah seorang lithografer bangsa Perancis yang dipercayakan oleh Sarah Bernhardt pada tahun 1860, untuk menyiapkan beberapa ilustrasi dengan skala besar untuk iklan dalam memperkenalkan penampilannya di panggung kota Paris. Dari itulah poster dilahirkan, bersumber dari gagasan nona Bernhardt. Kemudian angkatan darat Perancis mengutip gagasan poster itu untuk maksud panggilan militer.
 Jadi poster telah muncul mengisi fungsi yang unik di tengah-tengah media komunikasi visual. Peranannya sangat cepat dalam menanamkan atau mengingatkan kembali kepada para pengamat pada satu gagasan penting, misalnya "Belilah Produksi Dalam Negeri", "Bergabunglah bersama Armada", "Dukunglah Tim Anda", "Hati-hatilah Mcngemudi", "Jagalah Kebersihan Sekolah Anda", dan lain-lain. Oleh karena itu poster harus memiliki daya tarik pandang yang kuat jika ingin menarik perhatian dan mempunyai pengaruh cukup kuat dalam menyampaikan pesan. Dengan demikian poster, dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, de ngan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya.[9]
Karakteristik poster adalah:
1.Berupa suatu lukisan/gambar.
2.Menyampaikan suatu pesan, atau ide tertentu.
3.Memberikan kesan yang luas atau menarik perhatian.
4.Menangkap penglihatan dengan saksama terhadap orang-orang yang melihatnya.
5.Menarik dan memusatkan perhatian orang yang melihatnya.
6.Menggunakan ide dan maksud melalui fakta yang tampak.
7.Merangsang orang yang melihat untuk ingin melaksanakan maksud poster.
8.Berani, langsung, dinamis dan menimbulkan kejutan.
9.Ilustrasi tidak perlu banyak, menarik dan mudah dimengerti.
10.                      Teks ringkas, jelas dan bermakna.
11.                      Ilustrasi dan tulisan harus ada keseimbangan.
12.                      Dalam rangka simbol visual, kata dan lukisan harus membawa ide tertentu.
13.                                                                                                                                                        Dapat dibaca dalam waktu yang singkat.
14.                      Warna dan gambar harus kontras dengan warna dasar.
15.                      Sederhana tetapi mempunyai daya tarik dan daya guna yang maksimal.[10]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
●      Diagram adalah suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik terutama dengan garis-garis.
●      Beberapa ciri-ciri yang perlu diketahui adalah:
●        Diagram bersifat simbolis dan abstrak
●        Harus mempunyai latar belakang tentang apa yang didiagramkan
●        Diagram dapat menjelaskan arti, walaupun sulit dimengerti
●      Kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat.
●      Beberapa kualitas kartun yang efektif untuk membantu tujuan pengajaran:
●        Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman
●        Kesederhanaan
●        Lambang yang jelas
●        Untuk motivasi
●        Sebagai ilustrasi dan untuk kegiatan siswa.
●      Komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca.
●      Poster adalah merupakan gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok. Poster hendaknya dibuat dengan gambar dekoratis dan huruf yang jelas.
●      Cirri-cirinya ialah:
●        Sederhana
●        Menyajikan sati ide dan mencapai satu tujuan pokok
●        Berwarna
●        Slogannya ringkas dan jitu
●        Tulisannya jelas
●        Motif dan desain bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
●        Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.
●        Sadiman, Arief S, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
●        Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
●        Asnawi dan Basyruddin Ustman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2000.
[1] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002. h. 33
[2] Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. h. 45-46
[3] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit.,h. 58-65
[4] Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. h. 77-79 
[5] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit., h. 67-68
[6] Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. h. 44
[7] Arief S. Sadiman, dkk, op.cit., h. 47
[8] Asnawir dan Basyiruddin Usman, loc.cit., h. 44
[9]  Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit., h. 51
[10] Ahmad Rohani, op.cit., h. 77 

1 komentar: