DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengertian pengelolaan kelas dan pengelolaan kelas agar menjadi efektif. Serta apa saja yang harus dipertimbangkan dan dilakukan agar pengelolaan bisa menjadi efektif. Disamping itu, kami juga akan menjelaskan tentang pendekatan-pendekatan dan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas, tenaga apa/siapa saja yang dibutuhkan untuk mengelola kelas, serta tidak lepas dalam pembahasan ini tentang masalah dan hambatan di dalam pengelolaan kelas. Karena di dalam pengelolaan kelas mengacu kepada suatu upaya untuk mengatur aktifitas pengajaran berdasarkan konsep-konsepnya, setelah itu diharapkan mampu menjadikan sebuah pengelolaan kelas menjadi efektif.
PENGELOLAAN KELAS SECARA EFEKTIF
A. Pengertian Pengelolaan Kelas Secara Efektif.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan memperhatikan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Misalnya adalah penghentian tingkah laku anak didik menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas atau penepatan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana-sarana pembelajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas yang efektif.[1] Merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif karena pengelolaan sangat bergantung pada kemampuan guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah kelas secara tepat bertindak sesuai dengan sifat dari masalah-masalah itu.[2]
Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat belajar dengan tertib sehingga tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.[3]
B. Kondisi dan Situasi Belajar Mengajar
Kondisi Fisik
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajarharus memungkinkan bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta anak didik yang satu dengan yang lainnya pada saat aktivitas belajar.
2. Tempat duduk yang pentingnya adalah memungkinkan terjadinya tatap muka. Dimana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol peserta didik.
3. Ventalasi dan pengaturan cahaya. Ventalasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk. Sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas tulisan di papan tulis pada bulletin board. Buku bacaan dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih.
4. Penyimpan barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dipakai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar.[4]
C. Tenaga Pengelolaan Kelas
1. Pimpinan
a. Kepala sekolah
b. Wakil kepala sekolah
2. Pembantu pimpinan
a. Koordinator bidang studi
b. Koordinator bidang sarana/fasilitas
c. Koordinator bidang siswa
d. Koordinator hubungan masyarakat.
3. Pelaksana
a. Guru.
a. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar
b. Guru sebagai penilai
c. Guru sebagai penyuluh
d. Guru sebagai penghubung dengan orang tua siswa
e. Guru sebagai penasehat akademis
b. Pembimbing dan penyuluh
c. Instruktur
d. Siswa
4. Pelayanan. Ini ada dua; 1) register dan, 2) tata usaha.[5]
D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas.
Prinsip-prisip pengelolaan kelas akan diuraikan dibawah ini. Adapun prinsip-prisip pengelolaan kelas adalah:
1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya/ pada aktivitasnya akan berhasil mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan alat-alat, tindakan, cara kerja/ bahan-bahan yang menentang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi akan munculnya tingkah laku yang menyimpang tambahan lagi, akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
3. Bervariasi
Penggunaan alat/media, alat bantu, gaya mengajar guru. Pada interaksi antara guru dan anak didik. Apabila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Ketulusan
Ketulusan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah dapat kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebaliknya.
5. Penekanan kepada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan terhadap tingkah laku anak didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatife.
6. Penanaman disiplin diri
Anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri, karena itu guru selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya disiplin dalam segala hal.[6]
E. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Sebagai pekerja professional, seorang guru mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pemgelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap ia menangani kasus pengelolaan kelas.
Di dalam uraian ini akan dikemukakan 4 pandangan pendekatan yaitu:
1. Behavior-Modification Approach
Penedekatan ini bertolak dari psikologi behavior yang mengemukakan asumsi bahwa; a) semua tingkah laku yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil proses belajar dan, b) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud.
2. Socio-Emotional-Climate Approach
Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan pengelolaan ini mengansumsikan bahwa; a) proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru-peserta didik, b) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3. Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok. Oleh karena itu, maka asumsi pokoknya adalah; a) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan, b) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif.
4. Eclectic Approach
Apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat sudut pandang yang berbeda terhadap objek yang sama. Oleh karena itu, seorang guru sebaiknya menggunakan pendekatan eklektik. Untuk itu maka seorang guru sebaiknya; a) menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio emosional dan proses kemauan, b) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.[7]
F. Hambatan dalam Pengelolaan Kelas
1. Masalah yang ada dalam wewenang guru
Seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan, dan mengendalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menghubungkan kalau ada gangguan, sehingga peserta didik berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
Masalah-masalah yang ada di bawah wewenang antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan, sampai kepada masalah yang kalau bisa hanya diatasi oleh suatu lembaga pendidikan. Akan tetapi menuntut penanganan bersama antar sekolah, misalnya mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antarsekolah.
3. Masalah-masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah
Masih ada suatu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru bidang studi atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat seperti karang taruna, bahkan para penguasa dan lembaga pemerintahan setempat.
Masalah semacam ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah untuk mengatasinya, walaupun sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan baik oleh guru bidang studi, wali kelas, ataupun sekolah sebagai lembaga pendidikan.
● Faktor (guru)
Faktor penghambat datang dari guru berupa hal-hal berikut ini:
1. Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif/agresif peserta didik merupakan sumber masalah pengelolaan kelas.
2. Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan peserta didik kecewa, frustasi dan bosan, ini merupakan sumber pelanggaran disiplin.
3. Kepribadian guru
Guru bersikap tidak adil, tidak objektif, dan tidak fleksibel akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.
4. Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.
5. Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya.
● Faktor peserta didik
Kekurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab pengelolaan masalah kelas.
● Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif/pasif. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik pengganggu dan pembuat ribut, mereka biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh dan kacau (broken home).
● Faktor fasilitas
Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas, faktor tersebut meliputi:
1. Jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola.
2. Ruangan kelas yang kecil dibandingkan jumlah peserta didik.
3. Kurangnya ketersediaan alat-alat sekolah atau kelas/tidak sesuai.[8]
PENUTUP
Simpulan
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Dalam proses pengelolaan kelas yang efektif banyak hal yang mesti dipertimbangkan, diantaranya bagaimana kondisi dan situasi belajar, siapa-siapa tenaga pengelola kelas, serta prinsip-prinsip dan pendekatan dalam pengelolaan kelas, seperti yang sudah dijelaskan. Disamping itu, ada masalah-masalah dan hambatan-hambatan dalam pengelolaan kelas itu sendiri baik masalah yang ada pada guru, sekolah dan lingkungan. Karena tidak mudah menjadikan atau mengelola kelas secara efektif, perlu keterampilan-keterampilan dan penguasa.
DAFTAR PUSTAKA
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Citra, 2002.
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas Dan Enteraksi Belajar Mengajar, Ujung Pandang:IKIP, 1990.
Syafardin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta:Quantum Teaching, 2005.
Ahmad Rohani, Hm, Pengelolaan Pengajaran, Jakata:PT. Rineka Cipta, 2004.
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
[1]Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rimeka Citra 2002) Cet. II. h. 194-195.
[2]Amir Achsin, Pengelolaan Kelas Dan Enteraksi Belajar Mengajar. (Ujung Pandang: IKIP 1990) Cet. II. h. 22.
[3]Syafardin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran (Jakarta:Quantum Teaching 2005) Cet. I. h. 118-119.
[4]Ahmad Rohani, Hm, Pengelolaan Pengajaran (Jakata:PT. Rineka Cipta 2004) Cet.II. h. 127-129.
[5]Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta:Rineka Cipta 2002) Cet. I. hlm. 134-138
[6]Syaiful Bahri Djamarah dan Anwar zain, op.cit. h. 206-205.
[6]
[7]Ahmad Rohani Hm. Op.cit,. h. 148-154.
[8]Ahmad Rahani Hm, Ibid,. h. 155-160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar