BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. .....
Ilmu akhlak merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari dan dikuasai. Berangkat dari keingintahuan tentang berbagai aliran akhlak maka kami menulis makalah berjudul “Aliran Etika dan Akhlak”. Saya memilih judul ini karena aliran dalam akhlak ini sangat banyak macamnya.
B. Batasan Masalah
Yang menjadi batasan dalam penulisan makalah ini adalah mengenai beberapa aliran-aliran dalam filsafat serta perbandingannya terhadap akhlak Islam.
C. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Kenapa akhlak Islam harus ada?
3. Kapan kita harus menerapkan akhlak Islam itu?
4. Siapa saja yang harus memahami akhlak Islam itu?
5. Bagaimana kita menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
D. Tujuan Penulisan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang berbagai aliran dalam akhlak dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam II. Serta penulis dapat sedikit berbagai pemikiran dengan para pembaca sekalian.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang penulisan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika.
Bab II Pembahasan, membahas Perbandingan Akhlak dan Etika, Aliran Ajaran Islam, dan Pengertian Akhlak dan Etika
Bab III Penutup, bab ini membahas tentang kesimpulan dari pembahasan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Etika
Secara etimologis, akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ah dari khuluqun artinya budi pekerti, tingkah laku, tabi’at, dan lain-lain. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, baik perkataan maupun perbuatan manusialahir dan batin (Hamzah Ya’qoub).
Dikatakan pula, akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengerjarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Sedangkan etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang sistematis tentang tindakan moral yang betul, bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuannya yang diarahkan kepada makna tindakan.
Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat dan memberikan perasaan senang atau bahagia. (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif). Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini. Khusus penilaian perbuatan baik dan buruk menurut agama, adat kebiasaan, dan kebudayaan tidak akan dibahas disini.
1. Aliran Etika Naturalisme
Aliran ini berpendirian bahwa sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan dengan memenuhi panggilan nature/alam setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrajh / naluri manusia itu sendiri.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi perusak alam semesta.
2. Aliran Etika Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa aliran baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan ke arahnya dipandang sebagai keutamaan (perbuatan mulia / baik).
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Ada juga yang mengartikan kelezatan adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan.
Oleh karena itu,menurut aliran ini kelezatan merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang dilakukan seseorang dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada pada diri seseorang tersebut.
Aliran hedonisme, bahkan tidak hanya mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan seandainya dia disuruh memilih diantara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya.
Maksud paham ini adalah manusia hendaknya mencari kelezatan sebesar-besarnya. Dan setiap perbuatannya diarahkan pada kelezatan. Jika terjadi keraguan dalam memilih suatu perbuatan harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu yang baik apabila diri seorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
Aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Egoistic Hedonisme
Dalam aliran ini dinyatakan bahaw ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena itu, dalam aliran ini mengharuskan kepada para pengikutnya agar mengerahkan segala perbuatannya untuk mengahasilkan kelezatan tersebut yang sebesar-besarnya.
b. Universalistic Hedonisme
Aliran ini mendasarkan ukuran baik dan buruk pada “kebahagiaan umum”. Aliran ini mengharusakan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada sekalian mahkluk yang berperasaan. Jadi baik buruknya sesuatu didasarkan atas ada kesenangan atau tidaknya sesuatu itu bagi umat manusia. Kalau memang sesuatu itu lebih banyak kelezatannya dan membawa kemanfaatan maka hal itu baik tapi sebaliknya kalau membawa akibat penderitaan maka hal itu berarti buruk.
3. Aliran Etika Utilitarisme
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau nilai.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan.
Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si pembuat dikala menghitung buah perbuatannya, jangan sampai berat sebelah darinya tetapi harus menjadikan sama antara kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain.
4. Aliran Etika Idealisme
Aliran Idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seorang berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Wujud yang paling dalam arti kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul dari dirinya sendiri dan rasa kewajiban.
b. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan konkret dan menjadi pokok di sini adalah “kemauan baik”.
c. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya yaitu “rasa kewajiban”.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik.
5. Aliran Etika Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalita untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya hidupnya.
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran naturalism sebab menurut faham vitalisme yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi “vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan (2) vitalisme optimistis. Kelompok pertama terkenal dengan ungkapan “homo homini lupus” artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang lain”. Sedangkan menurut aliran kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
6. Aliran Etika Teologi
Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya. Hanya saja aliran ini tidak menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab sucinya.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.
B. Aliran Ajaran Islam
Menurut paham ini bahwa penentuan baik dan buruk dalam ajaran Islam harus didasarkan pada petunjuk Al-Quraan dan As-Sunnah. Ada beberapa istilah yang mengacu kepada yang baik, diantaranya Al-Khair lawannya As-Syarr.
Adanya berbagai istilah yang demikian variatif yang diberikan Al-Quran dan Al Hadis itu menunjukan bahwa penjelasan sesuatu yang baik menurut ajaran agama Islam jauh lebih lengkap dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi akal, ruhani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta akhlak yang mulia.
Dalam persoalan akidah (tauhid, kalam, teologi) ada aliran mu’tazilah yang hampir sama dengan paham rasionalisme. Meskipun aliran mu’tazilah berpendapat bahwa persoalan baik dan buruk bisa diketahui oleh akal, tetapi aliran ini juga setuju bahwa mengenal dan bersyukur atas nikmat yang diberi Alloh adalah wajib. Mu’tazilah juga tetap berpegang pada firman Alloh dan sabda Rasulnya.
Kebenaran itu sangat subjektif dan bermacam-macam. Benar menurut ilmu hitung berlainan dengan benar menurut ilmu politik Demikian pula benar menurut seseorang berlainan dengan benar menurut yang lainnya berdasarkan kepentingannya. Sehingga kebenaran bersifat relative.
Meskipun begitu secara objektif kebenaran itu hanya ada satu, tak ada dua kebenaran yang bertentangan. Bila ada dua kebenaran yang bertentangan, pasti salah satunya saja yang benar atau kedua-duanya salah. Secara objektif peraturan juga hanya satu dan tak mungkin mengandung hal-hal yang bertentangan didalamnya. Pada hakikatnya yang benar itu pasti dan hanya satu. Kebenaran yang pasti adalah kebenaran yang didasarkan pada peraturan yang dibuat Alloh Swt, Dzat Yang Maha Esa.
C. Perbandingan Akhlak dan Etika
Akhlak merupakan sebuah wahyu dari Allah dan bersifat mutlaq tidak dapat di rubah-rubah. Sedangkan etika merupakan sebuah dasar pikiran manusia yang bersifat relatif sehingga bisa berubah-ubah, tapi jika jika etika tersebut merupakan hasil dari izma-izma para ulama bisa bersifat mutlaq.
Persamaan akhlak dengan etika adalah karena keduanya membahas masalah baik dan buruk, tentang tingkah laku manusia, serta bertujuan agar manusia mempunyai budi perkerti yang baik.
Sedangkan yang menjadi perbedaanya, rujukan akhlak adalah Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Karena bersumber dari dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul, mutlak kebenarannya. Sedangkan etika merupakan cabang dari filsafat, filsafat tingkah laku,. Dasar filsafat adalah akal budi pekerti manusia, karena dasarnya adalah pikiran , maka kebenarannya nisbi, relatif.
Akhlak berkaitan dengan keyakinan seorang muslim terhadap nilai-nilai keimanannya, sedangkan etika tidak demikian. Akhlak berlaku universal sedangkan etika berlaku parsial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran dalam akhlak ternyata sangat beragam diantaranya yaitu Aliran Hedonisme, Aliran Utilitarianisme, Aliran Idealisme, Aliran Naturalisme, Aliran Theologis, Aliran Vitalisme, dan masih banyak lagi aliran-aliran yang lainnya.
Yang menjadi pembeda antara akhlak dengan etika adalah akhlak merupakan sebuah wahyu dari Allah dan bersifat mutlaq tidak dapat di rubah-rubah. Sedangkan etika merupakan sebuah dasar pikiran manusia yang bersifat relatif sehingga bisa berubah-ubah, tapi jika jika etika tersebut merupakan hasil dari izma-izma para ulama bisa bersifat mutlaq.
Oleh karena itu kita harus bisa menjadi seseorang yang bisa mengikuti Al-Quran dan Al- Hadist dan mentauladani nabi Muhamad SAW. Supaya kita tidak menjadi orang-orang yang salah lagkah.
DAFTAR PUSTAKA
Gandaatamaja, Muhtar, Ahmad Saefurrizal. 2000: Kuliah Al-Isla Akidah, Syari’ah, dan Akhlak. Lembaga Pendidikan dan Dakwah Al-Hikmah. Bandung.
www.google.com
www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar