DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH
Dalam bahasa Arab sejarah disebut “Tarikh” artinya ketentuan masa. Selain itu juga kata tarikh dipakai dalam arti “perhitungan tahun”. Dalam bahasa Inggris disebut “history” yang berarti the development of everything in time (perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa).
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyyah kata kata Arab ini sering juga diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dengan kebudayaan Islam. “kebudayaan” dalam bahasa Arah adalah al-tsaqafah. Dalam perkembangan ilmu antropologi istilah kebudayaan dan peradaban itu dibedakan. Kebudayaan itu adalah sebuah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kebudayaan lebih banyak direflesikan dalam seni, sastra, relegi dan moral, peradaban terefleksikan dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Kemajuan barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. H.A.R. Gibb di dalam bukunya “Lohither Islam” menyatakan Islam is indeed much more thand a system of theology it is a complete civilzation. (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar dari agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan/peradaban Islam.
Dalam makalah ini akan di bahas segi pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah di Spanyol. Pada masa ini Islam mencapai pada masa keemasannya di Spanyol. Dan Spanyol Islam merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-WAlid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayyahyang berpusat di Damaskus sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan atas daerah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi khalifah Bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibn Abi Sufyan). Sampai tahun 83 H (masa pemerintahan Al-Walid).
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantong-kantong yang menjadi basis-basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasud agar membuat kerusakan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memutuskan perhatianya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan wilayah Spanyol ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana, mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis atau penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang 500 orang diantaranya tentara berkuda, mereka memiliki 4 buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak memperdapati perlawanan yang berarti, dia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh kemnangan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Pahlawan Thariq inilah yang yang masyhur karena membakar perahunya seketika sampai di pantai Andalusia di suatu bukit yang kemudian diberi nama yaitu Jabal Thariq (Qibraltar).[1] Dibakarnya perahu supaya jangan ingat hendak pulang bila telah sampai ke negeri musuh dikenal juga sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.[2] Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim oleh khalifah Al-Walid. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota Toledo (ibu kota kerajaan Goth saat itu).[3]
Jumlah pasukan Thariq saat itu seluruhnya 12.000 orang. Dan belum sebanding dengan pasuka Gothick yang lebih besar, 100.000 orang. Musa ibn Nushair membantu perjuangan Thatiq dengan pasukan yang besar, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis tengah dan bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak bias dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.[4]
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode pertama (711-755 M)
Periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar.[5] antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Aprika Utara yang berpusat di Kairalian. Masing-masing mereka mengaku merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi 20 kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam waktu yang sangat singkat.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertepat tinggal di daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al- Rahman al- Dakhil ke Spanyol pada tahun 130 H / 755 M.
2. Periode ke 2 (755-912 M)
Pada periode ini, Spannyol berada di bawah pemerintahan seseorang yang bergelar Amir (panglima/gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M, dan diberi gelar Al-Dakhil yang masu ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas.
Ketika terakhir kali ini berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya dia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-pengusa Spanyol di periode ini adalah Abd al- Rahman al- Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn al-Rahman Munzir ibn Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.
Periode ini umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan , baik dalam bidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[6]
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi, pada abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen Fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
3. Periode ke-3 (912- 1013 M)
Periode ini berlangsung mulai pada pemerintahan Abd al- Rahman III yang bergelar “An-Nashir” sampai munculnya raja-raja kelompok-kelompok yang bergelar dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol di perintah oleh seorang penguasa dengan gelar khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd al- Rahman An-Nasir, (912-961) M. Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mmencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memilki koleksi ratusan ribu buku. Hakam juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.[7] Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada taun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara muthlak, atas keberhasilannya ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Digantikan anaknya al-Muzaffar, setelah wafat pada tahun 1008 M, digantikan oleh adiknya yang tidak mempunyai kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja Negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dengan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatah khalifah. Ketika itu Spanyol terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode ke-4 (1013-1086 M)
Pada periode in Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan a/ Al- Mulukuth –Thawaif yang berpusat di kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville, pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian Intern. Ironisnya kalau terjadi perang saudara ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen, melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan entelektual terus berkembang pada periode ini.
5. Periode ke-5 (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun sudah terpecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat suatu kekuatan dominan, yaitu kekuasan dinasti Murabbithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M) dinasti Murabbithun mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 11 43 M kekuasan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahiddun ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd al- Mun’im, untuk jangka beberapa decade, dinasti ini banyak mengalami kemajuan, kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahiddun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen mengalami kemenangan beasar di Las Navas di Toleso. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahiddun menyebabkan penguasaannya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (tahun 1235 M ). Keadaan Spanyol kembali runyam di bawah penguasa-penguasa kecil dalam kondisi ini umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[8]
6. Periode ke-6 (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) peradaban mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir, akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Dua penguasa Kristen (Ferdenand dan Isabella) ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah yang naik tahta pada saat itu tidak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella kemudian hijrah ke Afrika Utara, pada tahun 1942 M berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam pada saat itu dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[9]
C. Kemajuan peradaban
Umat Islam telah mencapai kejayaannya lebih dari 7 abad. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepadsa kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intelektual
a. Filsafat
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang dikenal dengan Ibn Bajjah, tokoh kedua adalah Ibn Thufail, produk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada. Ia banyak menulis masalah kedokteran, Astronomi dan Filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Aristoteles yang bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova.
b. Sains
Ilmu-ilmu kedoktorean, musik, astronomi, matematika, kimia dan lai-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Parnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi, ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al- Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ahmad ibnu Abbas di Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummu al- Hasan binti Abu Ja’far dan saudara perempuan al-Hafizh adalah seorang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidan sejarah dan geografi wilayah Islam bagian barat banyak melahirkan pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Medeterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari tanggeir (1304-1377 M) mencapai samudera Pasai dan Cina. Ibn Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus fisafat. Sejarah itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqih
Dalam bidang fiqh Islam Spanyol terkenal terkenal sebagai penganut mazhab Maliki, yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya di kembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi dimasa al-Hisyam ibn Abd al-Rahman. Diantara ahli-ahli fiqih adalah Abu Bakar ibnu al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id, al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan kesenian
Dalam bidang musik dan seni sastra, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
e. Bahasa dan sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan yang non Islam. Bahkan penduduk asli Spanyol nenomor duakan bahasa asli mereka. Juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun bahasa. Mereka itu antara lain: Ibnu Sayyidih, Ibn Malik pengarang Al-Fiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibnu Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
Karya sastra banyak bermunculan seperti: Al-Iqd al-Farid karya Abd Rabbih. Al-Zakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath Ibn Khaqan.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar dibangun, bidang pertanian pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung dan taman-taman, pembangunan yang megah seperti Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun, mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
3. Faktor-faktor pendukung kemajuan
Kemajuan Spanyol sangat didukung oleh pemimpin dan penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan umat Islam. Seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman An-Nasir.
Tolerasi beragama ditegakan oleh penguasa terhadap penganut agam Kristen dan Yahudi, sebagian mereka ikut mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol untuk orang Kristen sebagaimana orang-orang Yahudi disediakan hakim-hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran mereka masing-masing.
D.Penyebab kemunduran dan kehancuran
1. Konplik Islam dan kristren
2. Tidak adanya ideologi pemersatu
3. Kesulitan ekonomi
4. Tidak jelasnya system peralihan kekuasaan
5. Keterpencilan
E. Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk bangunan politik sosial maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan-ilmuan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Pemikiran filsafat yang paling banyak di pakai adalah pemikiran al-Farabi Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-21 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissaince) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani kalsik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke 18 M.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
A. Pertumbuhan Islam di Spanyol
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpim satuan-satuan pasukan Islam. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa Ibn Nusair.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang umat IUslam di spanyol itu dapat dibagi menjadi menjadi enem periode, yaitu:
1. Periode pertama (711-755 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri ini belum tercapai secara sempurna, gangguan musuh terjadi baik datang dari dalam maupun dari luar.
2. Periode kedua (755-912 M)
Spanyol berada dibawah pemerintahan seseorang yang bergelar Amir (panglima/ gubernur) tetap tidak tunduk kepada pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol pada tahun 138 H /755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
3. Periode ketiga 9912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “an-Nasir” sampai munculnya raja-raja dan kelompok-kelompok yang dikenal dan sebutan Muluk Al-Tawai’f. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh seorang penguasa dengan gelar khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negeri kecil dibawah pemerintahan raja-raja atau golongan-golongan (al-Mulukuth-Thawaif) yang berpusat di kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya.
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Spanyol Islam meskipun terpecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat suatu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
6. Periode keenem (1248-1492 M)
Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492).
C. Adapun kemajuan Intelektualnya
● Filsafat
● Sains
● Fiqih
● Musik dan kesenian
● Bahasa dean sastra.
D.Penyebeb kehancuran dan kemunduran
● Konflik Islam dan Kristen
● Tidak adanya ideologi pemersatu
● Kesulitan ekonomi
● Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
● Keterpencilan
● Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
● Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Cet. 3. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995.
● Asrahah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet.1. Jakarta: logos, 1999.
● Ahmad Amin, Husayn. Seratus Tokoh Dalam Islam.
● Hamka. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1951
● Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1. cet. 7. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1998.
[1] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1951), h. 89
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Ed. 1. cet-7 (Jakarta: Raja Grapindo Persada 1998), h. 89
[3] A. Syalabi. op.cit., h. 161
[4] Badri Yatim, op.cit., h. 91
[5] Ibid., h. 93-94
[6] Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al- Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979 M), h. 41-50
[7] Badri Yatim, op.cit., h. 97.
[8] Ahmad Syalabi, op.cit., h. 76.
[9] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI Prees, 1985), cet-5, h. 62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar