DOWNLOAD MAKALAH FORMAT WORD
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan izin-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah "Metode Tafsir" yang telah banyak membimbing dan membantu kami selama ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdo'a semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan kita semua pada umumnya.
Banjarmasin, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Tafsir Lughawi 2
B. Pengertian Tafsir Fiqh/Ahkam 2
C. Perkembangan Tafsir Fiqih/Ahkam 3
D. Beberapa Pembagian Kitab-Kitab Tafsir Ayat Ahkam 4
BAB III KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN
Tafsir merupakan ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjabarkan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW. serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya.
Kecenderungan para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran terkadang juga difokuskan pada tafsiran ayat-ayat tertentu saja. Berdasarkan berbagai fokus tafsiran yang dilaksanakan oleh para mufassir, maka telah berkembang berbagai aliran tafsir lughawi dan tafsir fiqih/ahkam yang akan kami jabarkan di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
TAFSIR LUGHAWI DAN TAFSIR FIQH
A. Pengertian Tafsir Lughawi
Tafsir lughawi terkadang disebut dengan tafsir adabi, yaitu tafsir al-Quran yang yang dalam menjelaskan ayat-ayat suci al-Quran lebih banyak difokuskan pada bidang bahasa seperti dari segi I'rab dan harakat bacaannya, pembentukan kata, kalimat, dan kesusasteraan.
Contoh tafsir al-Quran yang yang termasuk dalam kategori tafsir lughawi ialah tafsir "Al-Kasysyaf" karya Az-Zamakhsyary, tafsir "Bahrul Muhith" karya Al-Andalusi dan lain sebagainya.[1]
Tafsir ini adalah tafsir Ulama Balaghah. Dalam hal ini mereka golongan yang mempertahankan keindahan susunan bahasa al-Quran dan ketinggian balaghahnya. Jurusan ini ditempuh Az-Zamakhsary dalam tafsirnya Al-Kasysyaf.[2]
Kemudian diikuti oleh Al-Baidlawy dalam tafsirnya "Anwarul Tanjil" yang dapat kita namai dengan Mukhtashar tafsir al- kasysyaf yang sudah dibersihkan dari paham-paham Mu'tazilah.[3]
B. PengertianTafsir Fiqih /Ahkam
Tafsir fiqh sering juga disebut dengan tafsir Ahkam atau tafsir Ayatil Ahkam, yaitu tafsir al-Quran yang beraliran fiqh atau hukum atau tafsir yang dalam penafsirannya banyak difokuskan pada bidang hukum kadang-kadang dalam hal ini yang ditafsirkan hanya ayat-ayat al-Quran yang menyangkut soal hukum saja, sedangkan pada ayat-ayat yang lain tidak memuat hukum-hukum fiqih, tidak ditafsirkan atau tidak dimuat.[4]
Kitab tafsir in banyak kita temukan dalam kitab-kitab fiqih karangan Imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda. Contoh: kitab tafsir fiqih adalah tafsir Ahkamul Quran karya Ibnul Arabi, Al-Jami li Ahkamil Quran, karya Imam Qurthubi dan lain sebagainya.[5]
Tafsir fiqh ini termasuk kedalam aliran tafsir Ulama Tasyri' dimana golongan ini menitik beratkan penafsirannya terhadap ayat-ayat tasyri' dan mengistinbathkan daripadanya hukum-hukum fiqih serta mentarjihkan sebagian ijtihad atas sebagian yang lain. Seperti: Tafsir-tafsir al-Qurthubi, Abu Bakr Ibnul 'Araby, Abu Bakr Al Jashshash dan Shiddiq Hasan Khan.[6]
C. Perkembangan Tafsir Fiqih/Ahkam
Tafsir fiqh yang kemudian lebih populer dengan sebutan tafsir ayat-ayat al-ahkam atau tafsir ahkam saja, ialah tafsir yang lebih berorientasi kepada ayat-ayat hukum dalam al-Quran (ayat al-ahkam). Berlainan dengan tafsir-tafsir yang lain semisal tafsir ilmi dan falsafi yang eksistensi dan pengembanganya diperdebatkan pakar-pakar tafsir, keberadaan tafsir ahkam dapat dikatakan diterima oleh lapisan mufassirin.[7]
Bersamaan dengan lahirnya tafsir bil al-ma’tsur, lahir pula tafsir fiqh, keduanya dinukil secara bersamaan tanpa dibeda-bedakan. Tatkala menemukan kemuskilan dalam memahami al-Quran, para sahabat, sebagaimana telah dijelaskan langsung bertanya kepada Nabi dan Nabi pun langsung menjawabnya. Jawaban itu dikategorikan sebagai tafsir bi al- ma’tsur juga tafsir fiqh.[8]
Tafsir fiqh semakin berkembang seiring dengan majunya intensitas ijtihad. Pada awalnya, penafsiran-penafsiran fiqh terlepas dari konta minasi hawa nafsu dam motivasi-motivasi negatif. Hal ini berlangsung sampai periode munculnya madzhab fiqh yang berbeda-beda. Pada periode munculnya madzhab yang empat dan yang lainnya, kaum muslimin dihadapkan pada kejadian-kejadian tidak pernah terjadi pada generasi-generasi sebelumnya, sehingga belum ada keputusan-keputusan hukumnya. Ketika menghadapi masalah ini, setiap imam madzhab berijtihad di bawah naungan al-Quran, sunah, dan sumber-sumber penetapan hukum syari’at lainnya. Mereka lalu berhukum dengan hasil ijtihadnya yang telah dibangun atas berbagai dalil.[9]
Setelah periode ini berlalu, muncullah para pengikut imam-imam madzhab. Diantara mereka ada terdapat orang-orang yang fanatic dengan madzhab yang dianutnya. Ketika memahami al-Quran, mereka menggiringnya agar sesuai dengan madzhab yang mereka anut. Namun diantara mereka ada juga yang tidak fanatik dengan madzhab yang dianutnya. Mereka memahami al-Quran dengan pemikiran yang bersih dari kecenderungan hawa nafsu. Mereka bahkan memahami dan menafsirkannya atas dasar makna-makna yang mereka yakini kebenarannya.
Karena sikap fanatik, kalangan ahlussunah melahirkan bermacam-macam Tafsir Fiqih yang cenderung menggiring ayat-ayat al-Quran pada madzhab fiqih mereka. Dari kalangan Zahiriyah lahir pula Tafsir Fiqih yang hanya tertumpu pada makna tekstual ayat. Dari kalangan Khawarij, muncul pula Tafsir Fiqih yang tipikal dengan madzhab mereka. Dari kalangan Syi’ah, muncul Tafsir Fiqih yang berbeda dengan musuuh-musuh mereka.
Setiap golongan dan madzhab tersebut berupaya menakwilkan ayat-ayat al-Quran sehingga dapat dijadikan dalil atas kebenaran madzhabnya, dan berupaya menggiring ayat-ayat al-Quran sehingga sepaham dengan teologi masing-masing. Tafsir Fiqih ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqih karangan imam-imam dari berbagai kalangan madzhab. Disamping itu, ditemukan pula sebagai ulama yang mengarang kitab tafsir dengan latar belakang madzhabnya masing-masing.
Diantara kitab-kitab Tafsir Fiqih adalah:
● Ahkam Al-Quran, karya Al-Jashshash (w. 370 H.)
● Al- Ahkam Al-Quran, karya Ibn Al-Arabi (w. 543 H.)
● Al-Jami' li Ahkam Al-Quran, karya Al-Qurthubi (w. 671 H.)
D. Beberapa Pembagian Kitab-kitab Tafsir Ayat Ahkam
Tafsir Ahkam memiliki usia yang sangat tua karena lahir bersamaan dengan kelahiran tafsir al-Quran pada umumnya. Teramat banyak untuk disebutkan satu persatu deretan daftar nama kitab-kitab tafsir ahkam baik dalam bentuk tafsir tahlily ataupun maudlu'i. diantara kitab-kitab tafsir ayat ahkam ialah;
1. Ahkam al-Quran al-Jashshash, disusun oleh al-Imam Hujjat al-Islam Abi Bakr Ahmad bin Ali al-Razi al-Jashshash (305-370 H/917-980 M), salah seorang ahli fiqihdari kalangan madzhab Hanafi.
2. Ahkam al-Quran Ibn al-Arabi, merupakan karya monumental Abi Bakar Muhammad bin Abdillah, yang lazim populer dengan sebutan Ibn al-Arabi (468-543 H/1075-1148 M).
3. Ahkam al-Quran al- Kiya al-Harasi, karya al-Kiya al-Harasi (w. 450 H/1058 M), salah seorang mufassirin berkebangsaan Khurasan.
4. Al-Jami' li-Ahkami al-Quran wa al-Mubayyin liam Tadhammanahu min al-Sunnah wa-Ayi al-Quran (Himpunan Hukum-hukum al-Quran dan Penjelasan Terhadap isi Kandungannya dari al-Sunnah dan Ayat-ayat al-Quran), pengarangnya adalah Abi Abdillah Muhamad al-Qurthubi (w. 671 H/1272 M).
5. Tafsir Fath al-Qadir, Karya besar Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah al-Syaukani (1173-1250 H/1759-1839 M).
6. Tafsir al-Maraghi, karangan Ahmad Mushthafa al-Maraghi (1298-1881 H/1373-1945 M).
7. Tafsir Ayat al-Ahkam, disusun oleh Muhammad Ali Sayis untuk kepentingan intern mahasiswanya di Kulliyat al-Syar’ah Wa al-Qanun (Fakultas Syari’ah dan undang-undang) di Universitas al-Azhar-Mesir. Tapi kemudian dibubukan dan diterbitkan sehingga beredar luas di dunia Islam. Termasuk dalam lingkungan perguruan tinggi agama Ialam di Indonesia terutama di IAIN dan STAIN yang mencantumkan kitab tersebut sebagai salah satu buku wajib dalam mata kuliah tafsir ahkam.
8. Tafsir Ayat-Ayat Hukum, buah jerih payah Muhammad Amin semua yang diterbitkan oleh penerbit Logos, Jakarta.
Selain corak-corak pemikiran Al-Quran yang didasarkan kepada kelompok bidang atau ilmu ayat-ayat al-Quran itu sendiri, juga sesungguhnya masih ada corak-corak penafsiran al-Quran yang didasarkan kepada pemikiran atau aliran politik, seperti: tafsir aliran Khawarij, tafsir aliran Ahli Sunnah wa-al-Jamaah dan tafsir aliran Syi’ah yang masing-masing memiliki sejumlah kitab tafsir sendiri, terutama dikalangan sunni dan syi’ah. Bahkan juga ada corak penafsiran ayat-ayat al-Quran yang didasarkan pada perbedaan kecendrungan ahli-ahli kalam (teologi) semisal tafsir aliran Asy’ariyah, Maturidiyah dan Mu’tazilah. Hanya karena satu dan lain hal, tidak diuraikan dalam buku ini.[10]
BAB III
KESIMPULAN
Adapun tafsir lughawi: merupakan tafsir al-Quran yang dalam menjelaskan ayat-ayat suci al-Quran lebih banyak difokuskan kepada bidang bahasa seperti dari segi i’rab dan harakat bacaannya, pembentukan kata, kalimat, dan kesusastraan.
Tafsir fiqhh atau ahkam adalah tafsir al-Quran yamg beraliran fiqh atau hukum atau tafsir yang dalam penafsiranya banyak difokuskan pada bidang hukum, sehingga dalam hal ini yang ditafsirkan hanya ayat-ayat al-Quran yang menyangkut soal hukum saja, sedang pada ayat-ayat lain yang tidak memuat hukum-hukum fiqh tidak ditafsirkan atau tidak dimuat.
Tafsir fiqh ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqh karangan imam-imam dari berbagai kalangan madzhab.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Suma, Muhammad, Dr. H. Studi Ilmu-Ilmu al-Quran 2, cet I, Pustaka Firdaus, Jakarta: 2001.
Anwar, Rosehan, MAG. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia, Bandung: 2000.
Ash Shiddiqy, Hasbi T.M. DR. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, cet 8, Bulan Bintang, Jakarta: 1980.
Syadali Ahmad H., Rofi Ahmad M.A. Ilmu al-Quran II, CV. Pustaka Setia, cet 1, Bandung: 1997.
[1] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A-Drs. H. Ahmad Rofi i', Ulumul Quran II, CV. Pustaka Setia, Bandung: 1997, cet. I. h. 68.
[2] Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir. Bulan Bintang, Cet. 8, Jakarta: 1980, h. 265.
[3] Ibid., h. 266.
[4] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A-Drs. H. Ahmad Rofi i', Ulumul Quran II, CV. Pustaka Setia, Bandung: 1997, cet. I. h. 69.
[5] Ibid., h. 69.
[6] Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, Bulan Bintang, Cet. 8, Jakarta: 1980, h. 265.
[7] Prof. Dr. H. M. Amin Suma, MA. SH. Studi Ilmu-ilmu AL-Quran 2, cet I. Pustaka Firdaus, Jakarta: 2001. h. 139.
[8] Drs. Rosehan Anwar, M.Ag, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia, Bandung: 2000, h. 167.
[9] Ibid., h. 168.
[10] Prof. Dr. H. M. Amin Suma, MA. SH. Studi Ilmu-Ilmu AL-Quran 2, cet I. Pustaka Firdaus, Jakarta: 2001. h. 139.
http://elmayanjy.blogspot.com/: makasih bg... bisa buat tugas
BalasHapus