Pages

Jumat, 12 Mei 2023

Karakteristik Inovasi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu faktor terpenting dalam usaha pembangunan yang dilakukan oleh sebuah negara. Sejarah mencatat bahwa negara yang memiliki pola pengembangan pendidikan yang baik disertai dengan perhatian yang tinggi pada dunia pendidikannya, negara tersebut akan mengalami kemajuan yang lebih tinggi dan lebih pesat dibandingkan dengan negara lain yang menomorduakan atau menomor sekiankan masalah pendidikan. 

Namun, perhatian yang besar saja tidaklah cukup. Para praktisi dan akademisi harus berupaya keras untuk melakukan inovasi tiada henti dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan. Inivasi tersebut harus didasarkan pada tujuan guna meningkatkan kualitas pendidikan, yang pada akhirnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk insan cerdas kompetitif dan bermartabat.

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apa saja karakteristik inovasi pendidikan itu ? 

2.      Bagaimana aplikasinya ? 







BAB II

PEMBAHASAN


A.    Karakteristik Inovasi Pendidikan

Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pihak  adopter (pengguna inovasi) dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk suatu inovasi  jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) karakteristik  inovasi yaitu :

1.         Relative advantage (Keunggulan relatif) 

Para pengguna inovasi akan menilai apakah suatu  inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  pengguna inovasi yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan. 

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dan unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, maka semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

2.         Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Pemngguna inovasi (adopter)  juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya.

3.         Complexity (Kompleksitas/kerumitan)

Kompleksitas adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

 Pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu. 

4.         Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)

Trialability adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.

 Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.

5.         Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)

Observability adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Dengan kemampuan untuk diamati akan mendorong adopter untuk  memberikan penilaian apakah inovasi itu  mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain sehingga dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.


Vanterpool (1990) mengatakan bahwa karakteristik inovasi yang memprediksikan kemungkinan besar akan sukses secara implisit terdapat dalam pertanyaan sebagai berikut:

1.             Relative advantage (compare with what exists), artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. 

2.             Compatibility (consistent with values, xperiences, needs), artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan para adopter. 

3.             Testability (can be tried on an experimental basis), artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan di sekolah-sekolah atau di lembaga pendidikan.

4.             Observability (can be seen in action), artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya kepada para peserta didik dan Apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat mengaplikasikan inovasi tersebut.

5.             Complexity (ease of use), artinya apakah guru-guru memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan inovasi tersebut dan apakah akan menambah tugas kerja guru.


Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaannya. Di saat kita membuat inovasi, kita harus yakin dulu apakah inovasi tersebut efisien, dapat diuji, dapat diamati, pasti dan bermanfaat atau tidak. Jika tidak memenuhi ke lima kriteria di ats, hendaknya kita berfikir seribu kali untuk memperkenalkan produk inovasi kita kepada publik. 

Zaltam, Duncan, dan Holbek menemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu Inovasi dapat merupakam kombinasi dari berbagai macam atribut (Zultam, 1973). Untuk memperjelas inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi).

Atribut inovasi yang di kemukakan Zaltam adalah 

1.      Pembiyaan, Pembiayaan menentukan cepat lambatnya penerimaan masyarakat atas program inovasi. Biaya itu sendiri tergantung pada kualitas inovasi yang diajukan.

2.      Balik modal, Di dalam inovasi pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan, karena pada intinya pendidikan merupakan investasi jangka panjang melalui pengorbanan langsung dan tidak langsung sebagaimana terdapat dalam teori pembiayaan pendidikan. Balik modal hanya berlaku pada inovasi perusahaan.

3.      Efesiensi, Inovasi pendidikan harus mencerminkan efisiensi, baik waktu maupun biaya.

4.      Resiko dari ketidak pastian, jika resiko yang ditimbulkan kecil, maka program akan cepat diterima.

5.      Mudah di komunikasikan, Inovasi akan cepat diterima jika mudah dikomunikasikan.

6.      Kompatibilitas, artinya konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

7.      Kompleksitas, artinya mudah untuk dipelajari dan dipahami.

8.      Status ilmiah, Kadar ilmiah yang dimiliki sebuah inovasi akan cepat diterima dari pada yang tidak memiliki kadar ilmiah.

9.      Kadar keaslian, Ini artinya inovasi diluncurkan dalam bentuknya sebagai sesuatu yang asli, tidak meniru, bukan jiplakan.

10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, artinya manfaat dari inovasi itu jelas, mudah dilihat, dan mudah dipahami, sehingga mudak pula untuk dilaksanakan

11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, inovasi akan dapat diterima jika batas-batas sebelumnya jelas terlihat.

12.  Keterlibatan sasaran perubahan, Inovasi akan mudah diterima jika warga masyarakat diikutsertakan dalam proses yang dijalankan

13.  Hubungan interpersonal, inovasi membutuhkan adanya hubungan antar semua persenil yang terlibat. Saling memberitahu dan saling mempengaruhi.

14.  Kepentingan umum atau pribadi

15.  Penyuluhan inovasi. 


Dengan atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan inovasi tersebut.
























BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1.        Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaannya. Di saat kita membuat inovasi, kita harus yakin dulu apakah inovasi tersebut efisien, dapat diuji, dapat diamati, pasti dan bermanfaat atau tidak. Jika tidak memenuhi ke lima kriteria di ats, hendaknya kita berfikir seribu kali untuk memperkenalkan produk inovasi kita kepada publik. 

2.        Menurut Everett M. Rogers (1983) 5 (lima) karakteristik  inovasi yaitu :

•         Relative advantage (Keunggulan relatif) 

•         Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)

•         Complexity (Kompleksitas/kerumitan)

•         Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)

•         Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)

3.        Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relative, konsisten (complexity), kesesuaian (compatibility), kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi. Namun untuk lebih yakin akan keberhasilan inovasi yang kita ciptakan, kita harus terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor utama dalam pendidikan yakni guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program dan tujuan.








DAFTAR PUSTAKA


Soekanto, Soejono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta : Rajawali Pers.

Syaefudin Sa’ud, Udin (2012). Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta

kan oleh Blogger.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar