PENDAHULUAN
Pilihan kata atau Diksi pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat,
alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah
kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata ada apabila
seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan – akan ia memiliki
senarai (daftar) kata. Dari senarai kata itu dipilih satu kata yang paling
tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa mengusai sediaan kata yang
cukup banyak, tidak mungkin seseorang apat melakukan pemilihan atau seleksi
kata.
Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan
memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam
hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidk
bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih
kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Kemampuan memilih kata
hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas,
Diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan
secara tepat kata – kata yang memiliki nuansa makna serumpun, pilihan kata
menyangkut kemampuan untuk memilih kata – kata yang tepat dan cocok untuk
situsi atau konteks tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Syarat Ketepatan Diksi
Pengertian diksi adalah pilihan kata.
Maksudnya, memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata
merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun
dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk
menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan
suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kat-kata. Dalam hal ini, makna
kata yang tepatlah yang diperlukan kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi
dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Hal yang utama mengenai diksi adalah :
1.
Pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.
1.
Pilihan
kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok
masyarakat pendengar.
1.
Pilihan
kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud
perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang
dimiliki oleh sebuah bahasa.
Diksi diartikan sebagai pilihan kata
yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak
bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya,
termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna
tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna
kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata
yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu,
bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam
kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang
tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek
agar sesuai.
Pemakaian kata
mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk
mengungkapkan sebuah gagasan atau ide.Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam
mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf “Ketepatan pilihan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan
kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang
dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada
kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan
referennya.
Seandainya dapat memilih kata dengan
tepat, maka tulisan atau pembicaraan akan mudah menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan
oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita
gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang
disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa
reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau
perilaku yang sesuai dengan yang di ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang
tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini :
1.
Harus
bisa membedakan secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif; bersinonim dan
hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah,
koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi.
2.
Hindari
kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum
diterima di masyarakat.
3.
Waspadalah
dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing,
seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik,
strategi-strategis, dan lain-lain
4.
Kata-kata
yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata
ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan
bagi, takut akan bukantakut
sesuatu.
5.
Harus
membedakan kata khusus dan kata umum.
6.
Harus
memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
7.
Harus
memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
2.2
Fungsi Diksi
Fungsi diksi ialah sebagai sarana
mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk
menyampaikan maksud serta gagasannya kepada orang lain. Sedangkan
persuasi merupakan salah satu teknik mempengaruhi orang dengan
menggunakan cara tertentu baik melalui ucapan maupun tulisan agar
bersedia melakukan dengan senang hati, yang pada akhirnya dapat mengubah
sikap dan perilaku orang tersebut.
2.3
Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik
2.3.1 Gaya bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan
sering juga disebut maja adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak
cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksudnya. Ada cara yang memakai perlambang
(majas metafora, personifikasi), ada cara yang menekankan kehalusan (majas
eufemisme, litotes), dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada
prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau retorika untk menimbulkan kesan
tertentu bagi mitra komunikasi kita ( pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada
enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam
berkomunikasi dengan mitranya, yaitu
a) Cara
dan media komunikasi; lisan atau tulisan, langsung tau tidak langsung,
media cetak atau media elektronik;
b) Bidang
ilmu; filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain;
c) Situasi; resmi,
tidak resmi, setengah resmi;
d) Ruang
atau konteks; seminar, kuliah,ceramah, pidato;
e) Khalayak;
dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, oang tua); jenis kelamin
( laki-laki, perempuan );tingkat pendidikan dan status sosial ( rendah,
menengah, tinggi);
f) Tujuan;
mempertimbangkan emosi,diplomasi, humor, informasi.
2.3.2 Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang
artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya ( Moeliono,
1984:177 ). Menurut badudu (1989:47 ), idiom adalah bahasa yang teradatkan…”
Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada
kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsi
ekonimi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah
terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus
tunduk pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya gulung tikar, adu domba, muka
tembok, tidak boleh dipertukarkan
susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu,
*tembok muka karena kelompok kata yang terakhir
itu bukan idiom.
2.3.3 Ungkapan
Idiomatik
Dibawah tingkatan
idiom ini ada pasangan kata yang selalu mncul bersama sebagai frasa. Kelompok
kata bertemu dengan, dibacakan
oleh, misalnya, bukan idiom, tetapi
berperilaku idiom. Pasangan kelompok kata semacam ini pantas disebut
ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata dibawah ini belum
braroma idiomatiks karena tidak berisi ungkapan idiomatik.
(1)
*Polisi bertemu maling.
(2) *Berita
selengkapanya dibacakan Sazli Rais.
Dengan alasan ekonomi
bahasa pun contoh (1) dan (2) tetap salah karena terasa timpang. Pembetulannya
tidak lain adalah dengan cara menetapkan pasangan bagi kata bertemu, yaitu dengan; san pasangan bagi kata dibacakan, yaitu oleh…
(1a) Polisi bertemu
dengan maling
(2a) Berita
selengkapnya dibacakan oleh Sazli Rais.
Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya
kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan
teteo karena kedua kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan
idiomatik. Amatilah beberapa contoh ungkapan idiomatik dibawah ini.
Berasal / berawal dari
Berdasar pada
Bergantung pada
Bertemu/berjumpa dengan
Berkenan dengan
Berkaitan/bertalian dengan
Dibacakan oleh
Diperuntukan bagi
Disebabkan oleh
Sampai ke
Sehubungan dengan
Seirama / sejalan dengan
Sesuai dengan
Terbuat dari
Terdiri atas / dari
Bergantung pada
Perhatikan contoh pemakaian ungkapan
idiomatik yng salah dalam kalimat berikut. Perbaikannya adalah dengan memakai
ungkapan idiomatik yang ditempatkan dalam tanda kurung.
(3)
Kemelut ini disebabkan karena kelalaian kita. (disebabkan
oleh)
(4)
Sembako itu diperuntuhkkan untuk rakyat kecil. (diperuntukkan bagi)
(5) Sesuai keputusan rapat … (sesuai
dengan)
(6)
Dari jakarta sampai Bogor 60 km. (Sampai ke)
(7) Sehubungan kedatangan tamu negara … (Sehubungan
dengan)
(8)
Rombongan itu terdiri enam pria dan empat wanita. (terdiri
atas/dari)
(9)
Keputusannya bergantung atasan.
(bergantung pada)
2.4 MAKNA
DENOTATIF DAN KONOTATIF
Makna denotatif adalah makna dalam alam
wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa
adanya. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Makna konotatif adalah
makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, sikap
pribadi, dan criteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam
makna konotatif dapat berarti untungatau pukul. Misalnya :
Rumah
gedung, wisma, graha
Nonton
pemirsa,pemerhat
Dibuat
di rakit,disulap
Tukang
ahli,juru
Pembantu
asisten
Pekerja
pegawai,karyawan
Tengah
madia
Bunting
hamil,mengandung
Mati
meninggal,wafat
|
Makna kontatif dan makna denotatif
berhubungan erat dengan kebutuhan pemakian bahasa. Makna denotatif ialah
arti harfia suatu kata tanpa ada suatu makna yang menyertainnya, sedangkan
makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan
lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna
denotatif adalah makna yang bersifat umum sedangkan makna konotatif lebih
bersikap pribadi dan khusus.
2.5 KATA
UMUM DAN KHUSUS
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes.Ikan tidak hanya mujair atau tidak hanya tawes tetapi ikan terdiri atas beberapa macam,
seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki, dan ikan mas.
Dalam hal ini, kata
yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus
disebut kata khusus, seperti gurame,
lele, tawes, dan ikan mas.
Kata umum disebut superordinal, kata
khusus disebut superordinal.
Contoh kata bermakna
umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas daripada mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga ros, melati,
dahlia, anggrek, dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti sejenis bunga; anggrek
juga tergolong bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata
umum
2.6 KATA
KONKRET DAN KATA ABSTRAK
Kata yang acuannya
semakin mudah diserap pancaindera disebut kata konkret, seperti meja,
rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca
indera, kata itu disebut kata abstrak seperti ide, gagasan, kesibukan,
keinginan, angan-angan, kehendak, dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan
yang bersifat teknis dan khusus.
2.7 SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang
pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Sinonim
dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu
sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bebntuk kata
yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkonkretkan bahasa
seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud.
Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
Agung, besar,
raya
Mati, mangkat,
wafat, meninggal
Cahaya, sinar
|
2.8 PEMBENTUKAN
KATA
Kata-kata pungut adalah kata yang
diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap
nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang dimiliki oleh bahasa
Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita
perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi
modern, kita memerlukan komunikasi yang lancer dalam segala macam segi
kehidupan. Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam, yaitu :
1.
Kita
mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk
kata-kata itu ialah :
® Bank, opname, dan golf
1.
Kita
mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang
termasuk kata-kata itu ialah :
Subject
subjek
Apotheek
apotek
Standard
standar, dan
University
universitas
1.
Kita
menerjemahkan dan memadamkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang
tergolong ke dalam bentuk ini adalah :
Starting point titik tolak;
Meet the
press jumpa
pers,
Up to
date
mutakhir,
Briefing
taklimat,
dan
Hearing
dengar pendapat.
1.
Kita
mengambil istilah yang tetap seperti aslinya, karena sifat keuniversalannya.
Yang termasuk golongan ini ialah :
De facto,
Status quo,
Cum laude, dan
Ad hoc
1.
Kita
dapat juga menyerap kata dari bahasa daerah.
1.
Berikut
didaftarkan beberapa kata serapan :
Configuration
konfigurasi
List
senarai
Pavilion
anjungan
Airport
bandara
Editing
penyuntingan
Take
off
lepas landas
Dalam menggunakan kata, terutama dalam
situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
1.
Kata
yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari
Misalnya : Nongkrong
Raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah
menjadi milik umum.
Contoh :
|
Ganyang
|
Angjangsana
|
|
Lugas
|
Kelola
|
|
Heboh
|
Pamrih
|
1.
Kata-kata
yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasan pembicaraan
Contoh :
|
Tunatetra
|
Buta
|
|
Tunarungu
|
Tuli
|
|
Tunawicara
|
bisu
|
1.
Kata
yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat
Contoh :
|
Konon
|
|
Bayu
|
|
laskar
|
Beberapa contoh pemakaian kata dibawah
ini dapat dilihat.
a)
Kata raya tidak
dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu dapat dipertukarkan. Contoh
: masjid raya, rumah besar, hakim agung
b)
Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masingtidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh yang benar
:
1. Tiap-tiap kelompok
terdiri atas tiga puluh orang
2. Masing-masing mengemukakan
keberatannya
1. Berbagai gedung bertingkat di Jakarta
memiliki gaya arsitektur masing-masing
c)
Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan
lain-lain sama kedudukannya dengan seperti,
antara lain, misalnya :
Bentuk yang Salah
|
Bentuk yang Benar
|
Dalam ruang itu kita dapat menemukan baran-barang seperti, meja, buku,
bangku dan lain-lain
|
a) Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja,
buku, bangku, dan lain-lain
b) Dalam ruang
itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, dan bangku.
|
d)
Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Katapukul menunjukkkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Misalnya :
Salah
|
Benar
|
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu darijam 8.00 s.d. 12.00
|
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu daripukul 8.00 s.d. 12.00
|
e)
Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak
diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. Contoh :
1. Ia mencari sesuatu
2. Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri
f)
Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan
maupun arah
Contoh :
1.
Ia
mendapat tugas dari atasannya
2.
Cincin
itu terbuat dari emas
Kata daripada berfungsi membandingkan.
Contoh :
1.
Duduk
lebih baik daripada berdiri
2.
Indonesia
lebih luas daripada Malaysia
g)
Kata di mana tidak
dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di
mana tersebut harus diubah
menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
2.9 KESALAHAN
PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA
2.9.1
Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul
berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan
meng- harus eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk
yang benar
Salah
|
Benar
|
Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia
|
Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia
|
2.9.2 Penggalan
Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering
menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber harus dieksplisitkan secara
jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Salah
|
Benar
|
1. Pendapat saya beda dengan pendapatnya
2. Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya
1. Kalau Saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran Saudara
tentang penyusunan proposal penelitian
2. Kalau Saudara tidakberkeberatan, saya akan meminta saran Saudara
tentang penyusunan proposal penelitian
|
|
2.9.3
Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang
diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalanmeng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh
apabila mendapat awalanmeng-.
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah
dan bentuk benar,
Salah
|
Benar
|
1.
Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy
2.
Eka lebih mencintai Boby daripada menyintai Roy
|
2.9.4
Penyengauan Kata Dasar
Penyengauan kata dasar
ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk
kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata, mandang,
ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut,
nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus
menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk,
menabrak, menyuap, dan mencari.
2.9.5
Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-
/ peng-
Kata dasar yang bunyi
awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus
lebur menjadi bunyi sengau. Contoh :
Salah
|
Benar
|
1. Eksistensi Indonesia sebagai Negarapensuplai minyak sebaiknya dipertahakan
1. Semua warga Negara harusmentaati peraturan yang berlaku
2. Eksistensi Indonesia sebagai Negarapenyuplai minyak sebaiknya dipertahakan
|
1. Semua warga Negara harusmenaati peraturan yang berlaku
|
Kaidah peluluhan
bunyi s, k, p dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan
gugus konsonan. Kata traktor apabila dineri berawalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor.
2.9.6
Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataan
sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih
awalan yang tepat. Contoh :
Salah
|
Benar
|
1. Mengapa kamu ketawa terus?
2. Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya
tergesa-gesa
3. Mengapa kamu tertawa terus?
4. Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya
tergesa-gesa
|
Perlu diketahui bahwa
awalan ke- hanya
dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai.
2.9.7
Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia
sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –iradalah –asi atau –isasi. Contoh :
Salah
|
Benar
|
1. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu
2. Soekarno-Hatta memproklamirkanNegara Republik Indonesia
3. Saya sanggup mengkoordinasikegiatan itu
4. Soekarno-Hatta memproklamasikanNegara Republik
Indonesia
|
2.9.8
Padanan yang Tidak Serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat
memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari
adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua
kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam kalimat. Contoh :
Salah
|
Benar
|
1. Karena modal di bank terbatassehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit
|
1.1 Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit
1.2 Modal di bank terbatas sehinggatidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit
|
2.9.9
Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian
sehari-hari, pemakaian di, ke dari, bagi, dan daripadasering dipertukarkan. Contoh :
Salah
|
Benar
|
1. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati
rakyat
1. Meja ini terbuat daripada kayu
2. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati
rakyat
|
1. Meja ini terbuat dari kayu
|
2.9.10
Pemakaian Akronim (Singkatan)
Yang dimaksud dengan
bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan
cepat, seperti lab (laboratorium), memo (memorandum),demo (demonstrasi), dan lain-lain. Pemakaian akronim
dan singkatan dalam Bahasa Indonesia terkadang tidak teratur. Singkatan IBF
mempunyai dua makna, yaitu Internasional
Boxing Federation dan Internasional
Badminton Federation.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi
kekeliruan bila hendak dipergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu
akronim atau singkatan dalam suatu artikel serta sejenis itu, akronim atau
singkatan lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.
2.9.11 Penggunaan
Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; katakeputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukimanbersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan katapernalaran.
Verba Dasar
|
Verba Aktif
|
Pelaku
|
Proses
|
Hasil atau yang di
|
Anut
|
Menganut,
|
Penganut
|
Penganutan,
|
Anutan
|
Tulis
|
Menulis,
|
Penulis
|
Penulisan,
|
Tulisan
|
Pilih
|
Memilih,
|
Pemilih,
|
Pemilihan,
|
Pilihan
|
Bawa
|
Membawa,
|
Pembawa,
|
Pembawaan,
|
Bawaan
|
Pakai
|
Memakai,
|
Pemakai,
|
Pemakaian,
|
Pakaian
|
2.9.12
Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu cirri pemakaian bahasa yang
efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam
komunikasi sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Boros
|
Hemat
|
Sejak dari
|
Sejak atau
dari
|
Agar supaya
|
Agar atau
supaya
|
Demi untuk
|
Demi atau
untuk
|
Adalah
merupakan
|
Adalah atau
merupakan
|
Seperti…dan
sebagainya
|
Seperti atau
dan sebagainya
|
2.9.13
Analogi
Dewasa ini di dalam
dunia olahraga, dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat,
pegolf, peterjun, petenis dan peboling. Akan
tetapi apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan
kata petinju?
2.9.14 Bentuk Jamak dalam
Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari
kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia
sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau.
1) Bentuk jamak dengan
melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti :
Kuda-kuda,
|
Meja-meja, dan
|
Buku-buku
|
2) Bentuk jamak dengan
menambah kata bilangan
Beberapa
|
Meja,
|
Sekalian
|
Tamu,
|
Semua
|
Buku
|
3)
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak, seperti para
tamu
4) Bentuk jamak dengan
menggunakan kata ganti orang seperti :
Mereka,
|
Kita, dan
|
Kami,
|
Kalian
|
Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan
bentuk tunggal dari bahasa asing.
Bentuk Tunggal
|
Bentuk Jamak
|
Datum
|
Data
|
Alumnus
|
Alumni
|
Alim
|
Ulama
|
Ω
|
Penggunaan di mana, yang mana, hal mana.
|
|
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di manatersebut harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar