Kamis, 16 April 2015

Makalah Filsafat Ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.
Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena itu filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.
 B.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa pengertian dari filsafat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu?
2. Apa dasar-dasar filsafat sebagai ilmu?
C.  TUJUAN
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk:
1.  Mengetahui pengertian dari filsafat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu.
2.  Mengetahui apa dasar-dasar filsafat sebagai ilmu.

D.  MANFAAT
Manfaat dari makalah ini yakni:
1.  Manfaat teoritis
Makalah ini dapat melengkapi kajian pustaka dari pengertian filsafat
2.  Manfaat praktis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca berkenaan dengan materi pengertian filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat menurut Rustanto (2005) mengungkapkan bahwa tidak ada gunanya mendefinisikan tentang filsafat, karena pertanyaan “Apa itu filsafat?” sudah merupakan pertanyaan filosofis, berkenaan dengan itu daripada mendefinisikan tentang filsafat, maka lebih produktif menanyakan mengenai apa yang dicari filsafat. Menurut Keraf (2001:13-14) menunjukan bahwa pertanyaan pertama kali muncul pada saat seseorang mempelajari filsafat adalah “Apa filsafat?” pengajuan pertanyaan ini menandakan seseorang sedang berfilsafat. 
Filsafat dikembangkan oleh bangsa Yunani diberbagai kota. Masyarakat Yunani mengembangkan Filsafat dikarenakan adanya beberapa faktor yakni pertama, adanya perubahan pada masyarakat Yunani pada abad ke-6 SM yakni dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang hidup dari sektor perdagangan internasional yang berdampak muncul puluhan kota yang mandiri contohnya Athena. Kedua, kondisi tersebut mendukung perkembangan rasionalitas yang baru karena adanya kemakuran sehingga menciptakan iklim yang kondusif bagi manusia untuk berpikir lebih baik guna mencari jawaban atas berbagai masalah. Ketiga, berkembangya bentuk kenegaraan demokratis sehingga orang bisa berpikir lebih bebas dalam menganalisis dan atau mencari tahu jawaban atas masalah yang dihadapi maupun yang menarik baginya. Maka dari itu, kata Filsafat  berasal dari bahasa Yunani. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu.
a.     Pengertian filsafat secara etimologis
Kata Filsafat  berasal dari bahasa Yunani yang merupakan kata majemuk Philosophia atau Philosophos. Kata tersebut terdiri dari dua kata yakni philos (philein) dan Sophia. Kata Philos berarti cinta (love), sedangkan Sophia atau sophos berarti pengetahuan, kebenaran, hikmat atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta akan pengetahuan, kebenaran ayau kebijaksanaan. Makna cinta yang seluas-luasnya menganduk arti keinginan secara mendalam, atau bahkan kehausan luar biasa untuk mendapatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sampai keakar-akarnya atau pada taraf yang radikal. Suhartono (2005:50-51) kata cinta (Philos) dan kebijaksanaan (sophia) bisa bermakna secara terus-menerus menyatu dengan pengetahuan yang mengandung nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan guna mewujudkan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Gagasan ini terkait dengan sasaran orang berfilsafat yakni mencari pengetahuan, aneka gagasan/ide, atau konsep yang mendasar kesemuanya berfungsi teoritis praktis bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara(Budianto, 2005).
Kata filsafat juga terdapat pada bahasa Arab yakni falsafah atau falsafat. Selain itu ada juga dari negara India yang memakai kata dharsana yang bermakna memandang, memperhatikan, merenungkan, memahami diteruskan dengan kontemplasi, kemudian membentuk persepsi untuk memberi kesimpulan, visi dan keyakinan (Pendit, 2005:2). Berfilsafat akan terkait dengan kegiatan merenung atau kontemplatif guna mendapatkan kesimpulan yang benar, maka secara etimologi kata filsafat dalam bahasa Yunani, maupun Arab begitu juga dari India (dharsana) pada intinya memiliki makna yang sama yakni aktifitas berfikir kontemplatif guna mendapatkan kebenaran yang hakiki dalam konteks menjadikan manusia sebagai makhluk yang bijaksana. 
b.    Pengertian filsafat secara terminologis
Pemahaman pengertian filsafat secara terminologis sangat beragam tergantung pada sudut pandang orang ang melihatnya. Contohnya pengertian filsafat secara terminologi dari Poedjawiatna (1982) yang mngemukakan filsafat adalah ilmu yang mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.

Karakterisik flsafat:
1)      Filsafat adalah bagian dari pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas/objek materi filsafat.
2)      Ada objek materi filsafat, bisa ada skala (nyata), niskala (tidak nyata).
3)      Pengetahuan filsafat didapat dari aktifitas akal budi dengan menggunakan pemikiran rasional, pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis, menyeluruh, dan sistematis.
4)      Filsafat sebagai ilmu bertujuan mencari kebijaksanaan melalui penggalian kebenaran secara mendalam yang menyangkut sebab-sebab pertama ataupun sebab-sebag terakhir.
5)      Filsafat merupakan pertanyaan bukan pernyatan yang tak pernah berahir ataupun dapat dikatakan seni kritik atau ilmu kritis guna membangun suatu gudang teoritis yang menjadikan manusia insan yang philosopos.
Gabungan antara akal budi, panca indra, kesangsian (keraguan), keheranan, kesadaran akan keterbatasan, rasa kagum, ketidak puasan, kemampuan mengambil jarak dengan objek, dan keingintahuan (hasrat bertanya) yang tiadk pernah pudar mengakibatkan manusia secara terus-menerus ingin mengetahui, berfikir, belajar bahkan berfilsafat. Karena itu, tepat gagasan dari aristoteles bahwa mengetahui, berpikir, berjalan, dan berfilsafat adalah bagian integral dari kehidupan manusia (Riyanto, 2004:11).
c.     Pengertian filsafat sebagai pandangan hidup
Seseorang yang acap/bijaksana harus memiliki anutan atas suatu filsafat (Woodhouse, 2000). Hal ini berarti bahwa dia memiliki suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup atau nilai-nilai yang meresapinya adalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara guna mewujudkan tujuan hidup yang diidealkan. Pemaknaan filsafat dapat diterima berkenaan filsafat sebagai hasil olah pikir yang kritis, interogatif, dan reflektif, memang berwujud ide, gagasan atau teori dalam konteks pemaknaan akan apa yang ada di kekinian, dikelampauan, dan sekaligus juga mimpi-mimpi masa depan.  
Gagsan ini dapat ditunjukan pada Pancasila yang menurut pendapat Ismail (1999) Pancasila adalah refleksi kritis para pendiri republik terhadap dinamika sejarah dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politis masyarakat Indonesia yang terjajah yang bercorak multikultural, tanpa mengabaikan gagasan lain yang berkembang pada lingkungan global, misalnya nasionalisme, kapialisme, sosialisme, marxisme, Islam, dll.
Contoh lain dalam filsafat adalah Upanisad dalam agama Hindu yang berartikan pada kajian reflektif tentang ketuhanan (Brahman) yang transendal dan berimanensi di dalam makrokosmos dan mikrokosmos (manusia), yakni berwujud roh kehidupan (Atman) (Tatib, 1994: Zaehner, 2004). Gagasan ini melahirkan filsafat tat twam asi-persaudaraan universal yang berlanjut pada filsafat ahimsa, yakni tidak saling menyakiti antara manusia (makhluk hidup) dalam pikiran, perkataan, dan tindakan sosial. Kemudian ajaran Syeh Siti Jenar tentang Tuhan, jiwa, akal, jalan kehidupan (Mulkan, 2004, Sobary, 2004). Gagasan Upanisad dan Syeh Siti Jenar yang terkait dengan filsafat manunggaling kawula dan Gusti sangat kuat pengaruhnya pada masyarakt Jawa hal ini membentuk filsafat Jawa atau Ilmu Kejawen.
d.    Pengertian filsafat sebagai ilmu
Filsafat sebagai ilmu emiliki beberapa persyaratan antaralain dasar ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Menurut Prawironegoro (2010:19) ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis yang memberikan jawaban atas pertanyaan: (1) ontologi yakni “Apa” yang ingin diketahui, (2) epistimologi yakni “Bagaimana” cara memperoleh pengetahuan, dan (3) aksiologis yakni untuk apa “Kegunaan” dari ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia.

2.      Dasar-Dasar Filsafat Sebagai Ilmu
a.    Dasar ontologi
1)   Objek materi.
Objek filsafat pertama-tama adalah objek materi. Objek materi adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki atau sesuatu yang dipelajari oleh filsafat, yang sangat luas yakni mencakup segala realitas, kenyataan atau sesuatu yang ada atau mungkin ada baik yang nyata (Skala) maupun yang abstrak (Niskala).  Verhak dan Imam (1999) menunjukan bahwa objek materi filsafat dibagi menjadi tiga (3) yakni manusia, alam dan Tuhan. Ketiganya dilihat dari hakikat yang skala (nyata) dan niskala (tidak tampak). Manusia dan tindakannya beserta hasil tindakannya dan alam merupakan objek filsafat yang nyata (Skala) sedangkan Tuhan termasuk objek materi filsafat yang niskala.
2)   Objek formal filsafat
Objek formal yakni segi khusus, aspek, tema, prespektif atau prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengkaji objek materi (Leahy, 1981). Objek Formal merupakan cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seseorang peneliti terhadap objek materialnya beserta prinsip-prinsip yang digunakannya (Mudhofir, 2002:22). Jadi, objek formal filsafat adalaj segi khusus, aspek, tema, persepektif, atau prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengkaji objek materi.
3)   Persamaan dan perbedaan antara Filsafat dengan Ilmu
Berkenaan dengan itu filsafat dengan ilmu bisa mempunyai obyek material yang sama, namun yang membedakannya adalah objek formalnya. Contohnya biologi dan filsafat, sama-sama mempelajari manusia sbagai objek materi, tetapi yang membedakannya adalah objek formalnya yakni biologi mempelajari manusia dalam konteks fungsi-fungsi organ tubuh sedangkan filsafat mempertanyakan hal yang lebih mendasar contohnya apa hakikat manusia. Berkenaan hal itu tidak semua masalah dapat dikaji secara filsafat, melainkan memerlukan suatu persyaratan yakni: (1) besifat umum, (2) tidak menyangkut fakta, (3) bersangkutan dengan nilai, (4) bersifat kritis, (5) bersifat sinoptis, (6) bersifat implikatif.
Pada dasarnya permasalahan dalam filsafat dapat dijawab dengan menggunakan pemikiran rasional adapun tujuan dari berpikir rasional yakni mendapatkan kebenaran atas suatu realitas. Berfikir filsafat harus memenuhi sejumlah persyaratan yaitu: (1) bersifat rasional radikal, mencari kejelasan atau kebenaran yang bersifat esensial (the first causes dan teh last causes) dan non-fragmentaris atau bercorak holistika, dan menyangkut suatu realitas atau hal-hal yang mengacu pada ide-ide dasar.
b.      Dasar epistimologi
Dasar epistimlogi yang dimiliki filsafat mencakup antara metode yang digunakan untuk pedoman mengkaji ilmu. Tujuan berfilsafat adalah mencari the first causes dan the last causes, maka dari itu filsafat mengenal berbagai metode filsafat yakni:
1)  Metode kritis reflektif
Metode kritis reflektif yakni cara memahami suatu objek filsafat secara mendalam dan mendasar. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga memerlukan proses pemikiran secara terus-menerus sampai menemui kebenaran/telah puas atas jawaban masalah yang dikajinya.
2)  Metode dialektika-dialog/dialektika-kritis.
Proses dialektik mengandung arti dialog antara dua pendirian yang bertentangan pemikiran dengan memakai pertemuan antara ide, sedang kan kritis meupakan sikap yang tidak mau menerima sebelum dilakukan pengujian. Dengan demikian dapat disimpulkan metode dialektika-dialog merupakan metode yang menekankan pada dialog kritis untuk membedah masalah guna melahirkan pengetahuan yang benar berlandaskan pada argumentasi/alasan yang kuat.
3)  Metode dialeka hegel
Metode ini berintikan pada pemecahan masalah dengan mengikuti tiga langkah yakni tesa, antitesa, dan sintesa. Menurut (Budianto, 2005:16-17; Supono, 2007; Russel, 2007) mengemukakan bahwa prinsip dasar metode dialektika ala Hegel adalah mengembangkan suatu proses berpikir yang dinamis dalam memecahkan suatu masalah, lewat argumen yang kontradiktif atau berhadapan guna mewujudkan suatu kesepakatan yang rasional atau logis.
4)  Metode intuitif
Intuisi adalah apa yang oleh sebagian orang disebut perasaan hati, hati nurani, firasat, supra kesadaran, dorongan yang mengatakan kepada Anda untuk menempuh suatu arah atau arah lain, dan yang bila digabung dengan latihan akan memberi anda alat dalam membuat keputusan yang mantap.
5)  Metode skeptis
Metode ini berintikan pada gagasan bahwa, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, maka seseorang harus meragu-ragukan segalanya. Dalam rangka mencapai kebenaran yang pasti, rasio harus berperan semaksimal mungkin. Descrates memberikan pedoman dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu Pertama, metode keragu-raguan harus digunakan sebagai strategi dalam melihat sesuatu, segala sesuatu harus dilihat sebagai tipuan, dan jangan tergesa-gesa menerimanya sebagai sesuatu yang benar, jika tidak diketahui bahwa hal itu benar. Kedua, pemecahan masalah yang kompleks, harus dipilah ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana agar mudah memahaminya, Ketiga, pikiran harus diatur sedemikian rupa, dengan bertitik tolak dari objek dan pengertian yang sederhana dan mutlak, sampai pada objek dan pengertian yang kompleks dan nisbi. Keempat, setiap masalah ditinjau secara menyeluruh, sehingga tidak ada yang ketinggalan.
6)  Metode fenomenologi
Metode ini berarti ilmu tentang fenomena yang pada dasarnya adalah hakikat atau edios tentang suatu penampakan diri atau tampil sebagaimana adanya dalam kesadaran manusia.

7)  Metode eksistensialisme
Filsafat ini memandang gejala berpangkal pada eksistensi atau cara manusia berada didunia. Prinsip dasar adalah lebih menghargai subjektifitas daripada objektifitas, dalam prinsip ini nilai lebih diposisikan lebih penting dari pada fakta.
8)  Metode analitik
Filsafat ini adalah suatu metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan, dan mengji kebenaran-kebenaran ungkapan dari filosofis.
c.    Dasar aksiologis
Dasar aksiologis mengukap tentang apakah kegunaan dari ilmu bagi kita? Adapun dasar-dasar pemikiran filsafat antaralain:
1)      Makna kata filsafat, yang menyiratkan bahwa berfilsafat memberikan peluang untuk menjadi lebih bijaksana dan lebih berwawasan luas dalam melihat dan memecahkan permasalahan.
2)      Memunculkan ide yang toleran terhadap sudut pandang dan semakin membebsakan diri dari dogmatisme.
3)      Pengkajian membawa perubahan pada keyakinan nilai-nilai dasar seseorang yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun profesinya
4)      Tidak sebatas tambahan kognisi tetapi mengembangkan pemikiran kritis, luas, dan holistika.
5)      Posisi kepemimpinan yang memikul tanggungjawab dalam berbagai profesi,  dan permasalahan makna hidup.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Filsafat  berasal dari bahasa Yunani. Philosophia atau Philosophos. Kata tersebut terdiri dari dua kata yakni philos (philein) dan Sophia. Kata Philos berarti cinta (love), sedangkan Sophia atau sophos berarti pengetahuan, kebenaran, hikmat atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta akan. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu.
Dasar ontologi filsafat meliputi objek materi yakni sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang dipelajari oleh filsafat yang sangat luas yakni mencakup segala realitas, kenyataan atau sesuatu yang ada atau mungkin ada baik yang nyata (Skala) maupun yang abstrak (Niskala). Berfikir filsafat harus memenuhi sejumlah persyaratan yaitu: (1) bersifat rasional radikal, mencari kejelasan atau kebenaran yang bersifat esensial (the first causes dan teh last causes) dan non-fragmentari, dan menyangkut suatu realitas atau hal-hal yang mengacu pada ide-ide dasar.
Dasar epistimlogi yang dimiliki filsafat mencakup antara metode yang digunakan untuk pedoman mengkaji ilmu dengan menggunakan metode filsafat, yakni metode kritis reflektif, metode dialektika-dialog/dialektika-kritis, metode dialeka hegel, metode intuitif, metode skeptis, metode fenomenologi, metode eksistensialisme, dan metode analitik. Filsafat mempunyai dasar aksiologis yang mengukap tentang apakah kegunaan dari ilmu.
B.  Saran

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi manusia untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki, dengan demikian diharapkan manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif serta dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites