Sabtu, 27 Juli 2013

Pengelolaan Pengajaran

PENDAHULUAN
Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Di dalamnya ada dua subyek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran serta lebih efektif, dinamis, efesien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua subyek pengajaran; guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat partial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pengajaran yang baik. Pengelolaan pengajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis-realistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pendayagunaan sumber belajar (pengajaran) maupun penilaian pengajaran. Karena itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan pengajaran yang memadai bagi seorang guru maupun calon guru.
Pengertian pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk mensukseskan tujuan pengajaran.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pengajaran
Kebanyakan ahli pendidikan/pengajaran mengatakan bahwa pengajaran adalah terjemahan dari instruction atau teaching. Tetapi, menurut Arif S. Sadiman, ia kurang sependapat akan padanan yang demikian. Menurutnya hal itu kurang tepat karena kurang mencerminkan padanan/terjemahan secara lebih pas. Instruction itu lebih luas pengertiannya dari pengajaran. Instruction mencakup semua events yang mungkin mempunyai pengaruh langsung kepada proses belajar manusia dan bukan saja terbatas pada events (peristiwa-peristiwa) yang dilakukan oleh guru/dosen/instruktur. Instruction itu meliputi pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, gambar, program televise, film, slide, kaset audio atau kominasinya. Ini adalah pendapat Gagne dan Briggs (1979) yang dijadikan alasan dari Arif S. Sadiman.
Dalam “Association for Education Communication and Technology” Corey (1977) mengatakan; bahwa instruction itu sebagai sub-sub atau bagian dari pendidikan, yang merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu pula.
Pengajaran hanyalah salah satu bentuk instruction. Dan, pengajaran sering dikonotasikan sebagai proses aktifitas belajar-mengajar di kelas pengajaran yang tertentu bersifat formal. Kelas pengajaran, jangan diartikan sebagai terbatas oleh ruangan dengan ukuran tertentu yang permanen untuk berlangsungnya belajar-mengajar. Pengertian kelas harus dikonotasikan sebagai suatu sistem yang bukan saja berupa ruangan atau bagian dari bangunan sekolah. Kelas merupakan tempat atau wadah berlangsungnya pengajaran (belajar-mengajar) baik di dalam ruangan yang biasa dipakai, di laboratorium, lapangan, dan sebagainya.
Adapun instruction tidaklah terbatas pada kelas-kelas formal, tetapi juga kegiatan belajar yang sifatnya non formal dan tidak menuntut (tidak harus) adanya dosen/guru/instruktur secara fisik.
Titik perhatian dalam instruction adalah bagaimana mengelola lingkungan agar terjadi tindak belajar pada seseorang (sejumlah orang) secara efektif dan efisien. Karena itulah, padanan kata instruction yang lebih tepat adalah pembelajaran. Fungsi pembelajaran itu bukan saja fungsi guru/dosen/instruktur melainkan juga fungsi sumber belajar lainnya.
Dus, dapat dipahami bahwa menurut Arif S. Sadiman pengertian instruction itu bukan saja bersifat formal di kelas atau di lingkungan sekolah, dan bukan pula monopoli guru yang menjadi satu-satunya sumber belajar. Dengan kata lain, pengertian instruction yang lebih tepat adalah “pembelajaran”. Fungsi pem-ted saja”
Meskipun demikian, pengajaran bisa disebut instruction dan, pengajaran juga sebagai sub-set pendidikan.
Pengajaran, merupakan totalitas aktifitas belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan diakhiri dengan evaluasi. Dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up.
Secara lebih jelas dapat dikatakan, pengajaran sebagai kegiatan yang mencakup semua/meliputi, yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry-behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberikan informasi, bertanya, menilai, dan sebagainnya).[1]
Sesuai dengan pengertian umum, pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Menurut ahli pendidikan yang terkenal sejak dahulu yakni Langeveld, pendidikan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada anak didik menuju kedewasaan jasmani dan rohani.
Dari pengertian yang diajukan oleh Langeveld itulah terselip pula pengertian bahwa pengajaran merupakan bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.[2]
B.       Pengertian Pengelolaan Pengajaran
Menurut arti umum, manajemen atau pengelolaan adalah pengadministrasian, pangaturan atau penataan suatu kegiatan, dalam hal ini yang diatur atau ditata adalah suatu proses pengajaran.[3]
Menurut Terry berpendapat bahwa: manajemen ialah proses memperoleh tindakan melalui usaha orang lain.[4]
Pengertian pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktifitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk mensukseskan tujuan pengajaran.[5]
Kemampuan guru sebagai pengelola, mereka harus sedapat mungkin mengonsentrasikan terhadap pelaksanaan pekerjaan pengajaran. Dalam pengelolaan pengajaran ada empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai manajer/pengelola:
1.        Merencanakan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.
2.        Mengorganisasikan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar.
3.        Mmemimpin. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya.
4.        Mengawasi. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.[6]

BAB III
PENUTUP
Simpulan
●        Pengajaran merupakan aktivitas (proses) mengajar-belajar yang di dalamnya ada dua subyek yaitu guru dan peserta didik.
●        Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran itu harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pengajaran yang baik.
●        Pengelolaan/manajemen secara umum adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan, dalam hal ini yang diatur atau ditata adalah proses pengajaran.
●        Pengertian pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk mensukseskan tujuan pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
●        Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran. 1989. Jakarta: Rineka Cipta.
●        Davies, Ivon K. Pengelolaan Belajar. 1991. Jakarta: Rajawali Pers.
●        Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. 1995. Jakarta: Rineka Cipta.
●        Syafaruddin, dkk. Manajemen Pembelajaran. 2005. Ciputat: Quantum Teaching.

[1] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. h. 63-64
[2]  Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1989. h. 4
[3] Ibid., h. 2
[4] Syarafuddin dkk, Manajemen Pembelajaran, Ciputat: Quantum Teaching, 2005. h. 70 
[5] Ahmad Rohani, op.cit., h. 2
[6] Ivan K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1991. h. 35 

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites