Sabtu, 03 Agustus 2013

Strategi Pengajaran dan CBSA

PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi cara belajar siswa aktif merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Cara belajar siswa aktif perlu dikembangkan, karena cara belajar aktif secara faktual, dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus terutama terhadap sifat konservatif para guru  pada umumnya.
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat tumbuhnya CBSA, yakni: stimulasi belajar, perhatian dan motivasi,  respon  yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian pemindahan. Berikut ini akan kami jelaskan BAB pembahasan secara umum tentang secara umum tetntang strategi pengajaran dalam strategi CBSA.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Strategi Pengajaran dan CBSA
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran dengan strategi bisa diaktualkan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran. Kemudian menurut Nana Sudjana (1998) mengatakan: bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah "taktik" yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) tujuan pengajaran (TIK) secara lebih efektif dan efisien. Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu pada satuan pelajaran. Dengan kata lain, ia memandang strategi pengajarannya sebagai realisasi desain pengajaran.1[1]
Apakah Cara Belajar Siswa Aktif itu? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diperlukan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Nana Sudjana (1998), mengatakan bahwa CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didik terlibat secara intelektual dan emosional sehingga subyek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Misbah Partika (1987) dikatakan "Cara Belajar Siswa Aktif" adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional, maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal". 
Menurut A. Kosasih Djahiri (1980) dikatakan, bahwa "CBSA" adalah suatu proses interaksi aktif seluruh potensi manusiawi siswa (emosinal, feeling, pikiran, nilai, moral) secara fungsional dalam mempersonalisasikan suatu tujuan pelajaran yang diinginkan".
Bertitik tolak dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa CBSA merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang yang berupa keterpaduan antara aspek kognitif, efektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti yang di inginkan dalam tujuan pendidikan nasional.2[2]
B.       Pengelompokan Strategi Pengajaran
Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan Briggs dengan pengelompokan menurut Yoyce dan Marsya Weil.
1.        Pengelompokan  Gagne dan Briggs:
Kedua pakar ini mengelompokan strategi pengajaran menurut dasarnya ada lima macam/segi:
a.        Pengaturan guru dan peserta didik.
Dari segi pengaturan guru dapat di bedakan; pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim pengajar. Dapat pula di bedakan apakah hubungan guru-peserta didik terjadi; tatap muka atau dengan perantara media (cetak atau audivisual).
b.       Struktur efent pengajaran
Struktur event pengajaran ini dapat bersifat "introvent" atau tertutup.
c.        Peranan guru-peserta didik dalam mengolah pesan.
Setiap event pengajaran bertujuan untuk mencapai suatu tujuan ingin menyampaikan sesuatu "pesan" yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, skill atau "isi" pengajaran lainya.
Dalam rangka ini ada 2 jenis strategi, yaitu:
●        Pengajaran ekspositorik; pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap.
●        Pengajaran heuristik atau hipotetik; pengajaran yang mengharuskan pengelohan oleh peserta didik sendiri. Dalam strategi pengajaran heuristik meliputi dua sub strategi:
1.        Discovery/penemuan, yaitu para peserta didik diharuskan menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya yang merupakan akibat dari pengalamn belajarnya yang telah "diatur" secara cermat dan seksama oleh guru.
2.        Inquiry/inkuiri. Dalam sub strategi ini struktur event pengajaran/belajar bersifat extrovert/terbuka sepenuhnya.
1.        Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil.
Penegelompokan ini lebih komprehensip dibanding dengan pengelompokan Gagne dan Briggs sebagai yang diuraikan di depan.
Bruce Joyce dan Marsha Weil mengemukakan empat klarifikasi model-model pengajaran/ mengajar:
a.        Klasifikasi Model-model Interaksi Sosial.
Asumsi yang mendasari adalah: masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial.
Model-model interaksi sosial ini terdiri:
1.        Modal Jurisprodensial
2.        Kerja kelompok.
3.        Inkuirisosial.
4.        Metode laboratorium.
b.       Klasifikasi Model-model Pengulahan Informasi.
Klasifikasi ini berangkat dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia: bagaimana ia menangani stimulasi dari lingkungan, mengolah data, mendeteksi masalah, menyusun konsep, memecahlah masalah dan menggunakan simbol-simbol.
Model-model ini antara lain:
1.        Mengajar Induktip.
2.        Latihan Inkuiri.
3.        Inkuiri dalam IPA.
4.        Pembentukan Konsep.
5.        Model Developmental.
6.        Advance Organizer.
c.        Klasifikasi Model-model Personal-Humanistik.
Klasifikasi model-model ini menempatkan nilai tertinggi pada perkembnagan individu dalam memandang dan membangun realitas, yang memandang manusia terutama sebagai "meeting maker" atau pembuat makna.
Yang termasuk model-model humanistik:
1.        Pengajaran Non-Derektif.
2.        Pertemuan Kelas.
3.        Model Sinetik.
4.        Moel Sistem Konseptual.[3]
A.      CBSA Sebuah Strategi Pembelajaran
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sebagai istilah yang sama maknanya dengan “Student Active Learning (SAL). “CBSA bukanlah sebuah “ilmu” atau “teori”, tetapi merupakan salah satu strategi pengajaran yang menuntut keterlibatan dan keaktifan serta partisipasi peserta didik sebagai subyek didik secara optimal sehingga peserta didik mampu merubah dirinya (tingkah laku, cara berpikir dan bersikap) secara lebih efektif dan efesiens.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran CBSA sebagai hal baru. Malahan, dalam teori CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang semestinya. Dan, untuk memenuhi prinsip-prinsip pengajaran, aktivitas, individualitas, kebebasan, kerjasama dan prinsip pengajaran lainnya, kehadiran strategi CBSA merupakan jawaban tepat dan wajar.[4]
Kadar Cara Belajar Siswa Aktif
Kadar CBSA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan semakin sedikitnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti semakin rendahnya kadar CBSA tersebut.
Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukan ciri-ciri, sebagai berikut:
1.        Pada tingkat masukan, ditandai oleh:
a.        Adanya keterlibatan siswa dala merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimilikinya sebagai bahan masukan untuk melakukan  kegiatan belajar.  
b.       Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa maupun bagi guru.
2.        Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai oleh:
a.        Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar.
b.       Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi.
3.        Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
a.        Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
b.       Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas, menjawab test, dan mengisi instrument penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
A.      Kebaikan dan Kelemahan CBSA
1.        Kebaikan Cara belajar Siswa Aktitf (CBSA)
Kebaikan-kebaikan Cara belajar Siswa Aktif sebagaimana dikemukakan oleh T. Raka Joni, bahwa:
a.        Prakarta siswa/mahasiswa dalam kegiatan belajar, yang ditujukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara ekslusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber dan lain sebagainya.
b.       Keterlibatan mental siswa/mahasiswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk perhatian serta pikiran siswa/mahasiswa dengan tugas yang telah dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tugas tersebut dengan sebaik-bainya.
c.        Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa/mahasiswa di dalam kegiatan belajar sebagaimana di dalam butir satu dan dua.
Jadi kebaikannya pada CBSA adalah kadar kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikkan proses-proses intelektual seperti dikemukakan oleh Penulis.
“…mengorganisasi data, mempertanyakan persoalan dan memikirkan secara kritis hubungan di dalam antara gagasan perorangan dengan gagasan orang lain dengan kenyataan situasi”.
2.        Kelemahan CBSA
            Hakekat pendidikan adalah proses kemanusiaan yang hanya dilakukan oleh manusia. Ini berarti bahwa prakarsa dan atnggung jawab belajar ada pada subjek didik.
            Beberapa kelemahan dari CBSA, CBSA ini memiliki beberapa kelemahan antara lain menurut Oemar Hamalik:
a.        Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun telah tercapai persetujuan atau konsensus, namun keputusan-keputusan ini belum tentu dapat dilaksanakannya.
b.       Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ketujuan lain, sehingga terjadi (Free Foryal) terutama jika kepemimpinan diskusi tidak produkif.
c.        Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
d.       Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes.
Anwar Yasin mengemukakan:
Tidak semua guru di Indonesia ini didukung oleh literature yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan mengolah informasi Cara Belajar Siswa Aktif dan tepat sesuai dengan misi hakikat Cara Belajar Siswa Aktif yang dimaksud.[5]
BAB III
PENUTUP
Ikhtisar
Strategi pengajaran menurut Dr. Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “sebuah taktik” yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar (pengajaran) tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efsien. Sedangkan CBSA menurut Misbah Partika bahwa “Cara Belajar Siswa Aktif adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional, maupun entelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan cognitif, afektif dan psikomotorik.
            Pengelompokan strategi pengajaran disini dibagi menjadi pengelompokkan Gagne and Briggs dan pengelompokkan menurut Yoyce dan Marsya weil
1.        Pengelompokkan Gagne dan Briggs
a.        Pengaturan Gagne dan Briggs
b.       Struktur event pengajaran
c.        Peranan guru-peserta didik dalam mengolah pesan
2.        Pengelompokkan Bruce dan Joyce dan Marsha Weil
a.        Klasifikasi model-model intetraksi sosial
b.       Klasifikasi model-model pengolahan  informasi
c.        Klasifikasi model-model personel-humanistik
CBSA sebagai strategi pengajaran menuntut keterlibatan dan keaktifan serta partisipasi peserta didik sebagai subjek didik secara optimal sehingga peserta didik mampu mengubah dirinya secara lebih efektif dan efesiensi.
Kebaikan CBSA diantaranya adalah bahwa peranan guru lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tnaggungjawab siswa/mahasiswa di dalam kegiatan belajar.
Kekurangan dari CBSA adalah seperti yang dikemukakan Anwar Yasin bahwa idak semua guru di Indonesia ini didukung oleh literature yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan mengolah informasi Cara Belajar Siswa Aktif dan tepat sesuai dengan misi hakikat Cara Belajar Siswa Aktif yang dimaksud

DAFTAR PUSTAKA
●        Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
●        Rohani, Ahmad. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
●        Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
●        Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

[1] Ahmad Rohani. etc,  Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h. 31.
[2] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993) h. 112.
[3] Ahmad Rohani. etc, op.cit., h. 34. 
[4] Ibid., h. 57.
[5] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksari, 1995) h. 142.

DOWNLOAD MAKALAH FORMAT WORD

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites