Minggu, 15 Februari 2015

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Pada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi perkembangan pendidikan. Manusia, disisi lain sering kali memiliki keterbatasan kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya diperlukan proses pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi dan memiliki tingkat relevansi yang kuat. Dalam hal ini merealisasikannya maka diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep pengembangan kurikulum PAI?
2.    Apa landasan pengembangan kurikulum PAI?
3.    Apa langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum PAI?
4.    Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI?



C.      Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui Konsep Pengembangan Kurikulum PAI
2.    Mengetahui Landasan Pengembangan Kurikulum PAI
3.    Mengetahui Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum PAI
4.    Mengetahui Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Pengembangan Kurikulum PAI
 Menurut Towaf, kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dirancang oleh sekolah sebenarnya lebih menawarkkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI seringkali terpaku pada kurikulum itu sehinggasemangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. Sebagai dampak daari situasi tersebut, maka guru PAI kurang berupaya mengenali berbagai metode yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran agama. Sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan kurang berhasilnya lulusan berlatar belakang agama dalam kompetisi di masyarakat. Oleh kemudian, para ahli pendidikan mengadakan perubahan dalam sistem pendidikan agama. Salah satu pembaharuan itu adalah dengan mengembangkan kurikulum Pendidikan Agama Islam.
 Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena banyak faktor yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yakni :
1.    Asas filosofis, pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan.
2.    Asas sosiologis, yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.    Asas organisatoris, yang memberikan dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya.
4.    Asas psikologis, memberikan prinsip-prinsip dasar tentang perkembangan individu dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan dikuasai anak sesuai taraf perkembangannya.
Setiap asas itu akan memunculkan kurikulum yang berbeda. Tidak hanya itu, falsafah yang berbeda-beda, religius atau sekuler, demokratis atau otoriter, juga akan mempunyai tujuan tersendiri dan menentukan kurikulum yang diwujudkan.
Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI, para ahli kurikulum mempunyai rumusan-rumusannya sendiri. Rumusan-rumusan kurikulum tersebut dapat bertolak dari satu asas ataupun mengintegrasikan dari semua asas yang ada sehingga pada kemudian muncul suatu pengembangan dari kurikulum yang lama.
Menurut Al-Syaibani, kurikulum Pendidikan Agama Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Kurikulum pendidikan agama Islam harus menonjolkan mataa pelajaran agama dan akhlak. Agama dan Akhlak itu harus diambil dari al-Qur’an dan Hadis serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.
2.    Kurikulum pendidikan agama Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak sesuai dengan tujuan pembinaan aspek tersebut.
3.    Kurikulum pendidikan agama Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relative karena tidak dapat diukur secara obyektif.
4.    Kurikulum pendidikan agama Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu pahat, ukir, tulis-indah, gambar dan sejenisnya. Selain iu, memperhatikan juga pendidikan jasmani, keterampilan, teknik, dan bahasa asing.
5.    Kurikulum pendidikan agama Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang sering terdapat ditengah manusia karena perbedaan tempat dan zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
 Melihat gambaran mengenai kurikulum pendidikan agama Islam menurut al-Syaibani diatas, maka dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam harus selalu mempertimbangkan komponen-komponen kurikulum. Adapun komponen-komponen kurikulum yang selalu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum antara lain:
a.    Tujuan
b.    Bahan pelajaran
c.    Proses belajar-mengajar
d.   Penilaian
Dalam pengembangan kurikulum, ada urutan-urutan komponen yang dikembangkan. Biasanya dalam pengembangan kurikulum secara teoritis dimulai dengan merumuskan tujuan kurikulum. Kemudian diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran. Selanjutnya menentukan proses belajar mengajar serta yang terakhir membuat alat penilaian.
Namun, adapula yang menganjurkan agar setelah dirumuskan tujuan disusun alat evaluasinya, kemudian bahan dan proses belajar-mengajarnya. Adpula yang memulai dengan melihat bahan yang akan dipelajari dengan cara sering berpedoman pada buku pelajaran yang dianggap serasi. Sesudah itu baru, ditentukan tujuan yang akan dicapai berdasarkan bahan itu.kemudian pada akhirnya dipikirkan proses belajar-mengajar dan cara penilaiannya.
Dalam prakteknya, biasanya semua unsur itu dipertimbangkan tanpa urutan yang pasti. Sekalipun telah dimulai dengan perumusan tujuan masih ada kemungkinan perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang di anggap perlu diberikan. Jadi, dalam proses pengembangannya tampak proses menuju perpaduan dan penyempurnaan.

B.       Landasan Pengembangan Kurikulum PAI
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabakan, pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia meliputi keseluruhan aspek kepribadian manusia dan juga menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan. Menentukan proses pelaksaaan dan hasil pendidikan. Oleh sebab itu, maka penyusunan kurikulum memerlukan landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil pemikiran-pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Landasan dari penyusunan dan pengembangan kurikulum tertera dalam Undang-Undang Pendidikan tentang sistem pendidikan nasional Bab IX pasal 37 yang menyebutkan bahwasanya;
“Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan”.
Sejalan dengan hal tersebut, perlu diketahui pula bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasar pada ketentuan mengenai kurikulum itu, maka dalam pengembangan kurikulum berlandaskan pada faktor-faktor yang antara lain:
1.    Tujuan filsafat dan pendidikan nasional. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik (filosofis).
2.    Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3.    Perkembangan peserta didik yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik (psikologis).
4.    Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas melipui lingkungan manusiawi (interpersonal), lingjungan kebudayaan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi (kultural) dan lingkungan hidup (bioekologi) serta lingkungan alam (geoekologis).
5.    Kebutuhan pembangunan, mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6.    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

C.      Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Dalam pengembangan kurikulum biasanya diikuti langkah-langkah tertentu. Adapun langkah-langkah pengembangan kurikulum ada beberapa macam.
1.    Langkah-langkah Utama
Tiap kurikulum mempunyai empat komponen utama yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar,dan penilaian.setip komponen berkaitan erat satu sama lainnya. Misal, evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran, yang di ajarkan dan proses belajar-mengajar yang dijalankan.
2.    Model Tyler
Pada tahun 1949 Raplh Tyler dalam bukunya, Basic Principles of Curriculum and Instruction mengemukakan bahwa kita harus mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1)   Tujuan pendidikan apa yang ingin dicapai sekolah?
2)   Pengalaman-pengalaman edukatif apa yang dapat diberikan agar tujuan itu kiranya dapat dicapai?
3)   Bagaimanakah bahan itu harus diorgannisir agar efektif?
4)   Bagaimanakah dapat ditentukan apakah tujuan itu tercapai?
Urutan pertanyaan itu kiranya juga merupakan langkah dalam pengembangan kurikulum. Jadi, pertama menentukan tujuan pendidikan. Hendaknya jangan hanya diperhitungkan pendapat para ahli disiplin ilmu, mrlainkan juga kebutuhan dan minat anak dan masyarakat yag sesuai dengan falsafah pendidikan.
Kedua, proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar harus diperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman anak serta persepsi mereka masing-masing agar mereka dapat mengadakan reaksi mental dan emosional maupun dalam bentuk kelakuan.
Ketiga, pengalaman atau kegiatan belajar. Harus mempunyai organisasi atau struktur tertentu agar mempunyai efek kumulatif maksimal.
Keempat, evaluasi. Evaluasi menurut Tyler hendaknya jangan hanya berbentuk tes tertulis tetapi juga berupa observasi, hasil pekerjaan siswa, kegiatan dan partisipasinya serta menggunakan metode-metode lainnya agar diperoleh gambaran menyeluruh tentang taraf tercapainya pendidikan.
3.    Model David Warwick
Warwick memulai dengan menyusun kurikulum ideal setelah memperhitungkan sumber-sumber yang mendukung serta kendala-kendala yang menghambat pelaksaaannya.
Adapun langkah-langkah pengembangan kurikulumnya:
a.    Seleksi tujuan-tujuan kurikulum
b.    Seleksi bahan pelajaran serta organisasinya
c.    Seleksi kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar
d.   Penilaian
Dalam kurikulumnya, warwick menginginkan agar kurikulum ideal perlu memperhatikan keadaaan yang nyata sehingga dapat diterjemahkan menjadi kurikulum riil. Menurutnya, kurikulum yang hanya kedengarannya tampak indah akan tetapi tidak dapat dijadikan kenyataaan adalah kurikulum yang tidak berguna.
4.    Model Hilda Taba
Hilda ingin mengembangkan kurikulum yang benar-benar dapat diwujudkan oleh semua guru dalam tiap kelas kepada siswa yang beragam. Dia memulainya dengan satuan pelajaran yang diujicobakan sampai mantap. Kemudian memperhatikan agar semua sarana dan prasarana dipersiapkan seperti, penataran guru-guru, administrasi, dan sebagainya.
 Adapun langkah-langkahnya:
a.    Menentukan tujuan pendidikan
b.    Menseleksi pengalaman belajar
c.    Organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar
d.   Evaluasi hasil kurikulum
Pada intinya langkah ini sama dengan langkah pada umumnya, namun untuk mengadakan pembaharuan kurikulum. Hilda Taba menganjurkan cara yang berbeda dengan pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru mulai dari satuan pelajaran untuk meningkat pada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang diujicobakan.
5.    Model Kurikulum Terpadu
Pengembangan kurikulum dalam kurikulum terpadu tidak jauh berbeda dengan unsur pengembangan kurikulum lainnya. Kurikulum ini mengandung variasi yang didasarkan pada pembahasan suatu masalah social yang penting dan menarik bagi siswa. Model pengembangan ini di cetuskan oleh Quillen dan Hanna. Adapun langkah-langkahnya beberapa hal yang harus ditentukan adalah:
a.    Judul masalah
b.    Analisis bidang masalah. Meliputi semua aspek masalah.
c.    Pentingnya masalah
d.   Rumusan hasil-hasil yang diharapkan
e.    Masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan
f.     Kegiatan-kegiatan, berkaitan dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan, tujuannya, prolem dan pertanyaan dan langkah-langkah dalam pelaksanaan.
g.    Evaluasi
h.    Bibliografi, berisi daftar buku, alat instruksional dan sumber-sumber dari lingkungan yang disarankan untuk siswa dan bacaan bagi guru.
Pengembangan model ini, meski mempunyai dasar yang khas, namun dalam prinsipnya tetap berpegang pada struktur kurikulum beserta unsur-unsurnya.
6.    Model Harold Alberty
Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulumnya didasarkan pada pengembangan suatu unit sumber (resource unit). Resource unit adalah suatu sumber yang kaya bagi siswa dan guru untuk mempelajarinya maupun mengajarkannya. Adapun langkah tersebut:


a.    Falsafah atau tujuan
b.    Scope, merupakan hasil analisis pokok atas judul unit sumber itu meliputi konsep-konsep, prinsip serta batas-batas unit.
c.    Kegiatan belajar
d.   Bibliografi dan alat belajar
e.    Evaluasi
f.     Saran-saran tentang cara menggunakan unit sumber
7.    Model Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan memberikan model kurikulum yang disusun secara sistematis dalam segala aspeknya dan menginginkan agar kurikulum itu diikuti secara ketat. Kurikulum model ini dihasilkan secara ilmiah, logis, dan sistematis dengan cara kurikulum telah diujicoba sebelum disebarkan. Kurikulum ini berusaha menentukan hasil apa yang harus dicapai oleh semua siswa sampai batas penguasaan yang tinggi dan juga menetspkan proses belajar apa yang harus diikuti. Adapun perbedaaan kepribadian guru maupun siswa tidak menjadi pertimbangan. Langkah-langkahnya yaitu:
a.    Merumuskan program
b.    Merinci tujuan dalam bentuk kelakuan terminal serta menentukan populasi siswa
c.    Memilih petugas produksi
d.   Desain permulaan tentang analisis kelakuan dan urutan instruksional
e.    Membagikan tugas kepada petugas produksi
f.     Penulisan program permulaan memilih dan mengadakan pre-test dengan siswa yang telah mempunyai latar belakang yang representative
g.    Test individual dengan siswa baru
h.    Revisi
i.      Persiapan program untuk test lapangan
j.      Recycling
k.    Produksi akhir
l.      Testing pemakaiannya
m.  Distribusi dan pelaksanaannya
D.      Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Para ahli kurikulum mendapatkan sejumlah pendekatan umum dalam pengembangan kurikulum masing-masing berdasarkan fokus utama tertentu. Adapun pendekatan-pendekatannya adalah:
1.    Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum. Seperti matematika, sains, sejarah, geografi dan sebagainya. Yang diutamakan dalam pendeatan ini adalah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.
2.    Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan yang berusaha untuk menghilangkan pemisah yang dibuat-buat antara berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu yang terdapat dalam pendekatan bidang studi. Pendekatan ini memandang disiplin ilmu-ilmu itu sebagai satu keseluruhan.
3.    Pendekatan Rekonstruksionisme
Disebut juga pendekatan rekonstruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat. Seperti, polusi, ledakan penduduk, kemiskinan, keadilan sosial dan hak asasi manusia.
4.    Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum agar belajar itu member hasil yang maksimal.
5.    Pendekatan Accountability
Pendekatan yang lebih memperhatiakan pengukuran efektivitas pendidikan berdasar pada standar akademis yang ditetapkan lebih dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia. Suatu system yang accountable menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengukur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa mencapai standar itu.
6.    Pendekatan Pembangunan Nasional
Pengembangan kurikulum pada pendekatan pembangunan nasional ini menekankan pada tiga unsur:
a.    Pendidikan kewarganegaraaan
b.    Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
c.    Pendidikan keterampilan praktis dalam kehidupan sehari-hari.




BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena banyak faktor yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yakni : Asas filosofis, Asas sosiologis, Asas organisatoris, dan Asas psikologis.
Landasan dari penyusunan dan pengembangan kurikulum tertera dalam Undang-Undang Pendidikan tentang sistem pendidikan nasional Bab IX pasal 37 yang menyebutkan bahwasanya: “Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan”. Sejalan dengan hal tersebut, perlu diketahui pula bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tiap kurikulum mempunyai empat komponen utama yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar,dan penilaian.setip komponen berkaitan erat satu sama lainnya. Misal, evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran, yang di ajarkan dan proses belajar-mengajar yang dijalankan.
Para ahli kurikulum mendapatkan sejumlah pendekatan umum dalam pengembangan kurikulum masing-masing berdasarkan fokus utama tertentu. Adapun pendekatan-pendekatannya adalah:
1.    Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
2.    Pendekatan Interdisipliner
3.    Pendekatan Rekonstruksionisme
4.    Pendekatan Humanistik
5.    Pendekatan Accountability
6.    Pendekatan Pembangunan Nasional
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung,2005.
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Globalisasi, Pustaka Rizki Putra, Semarang,2002.
Hery  Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2005.
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.

__________, Pengembangan Kurikulum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites