Sabtu, 10 Mei 2014

BERPIKIR ILMIAH




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan melalui metode ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berpikir, yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Dalam epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain. Sedangkan tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena dua hal: pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya; dan kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan kerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan nalar memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagai bagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitis.
Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebut adalah: 1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2) merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi (metode intuisi); 4) menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan melalui cara kerja penelitian.
Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah, manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya bagaimana seorang nelayan agar bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani agar tanamannya tidak diserang hama dengan hasil yang memuaskan, termasuk bagaimana cara mendidik anak tentu semua itu ada metode penyelesaiannya terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernah terjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar bisa menjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan seting sosial dan modus yang berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocok tanam, menangkap ikan, mendidik anak dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu.

1.2.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini, sebagai berikut :
1.    Hal-hal apa saja yang merupakan bentuk-bentuk dari pemikiran ?
2.    Apakah penalaran merupakan bentuk tertinggi dari pemikiran
3.    Apa saja kerangka dalam berpikir ilmiah

3.1.     Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini, sebagai berikut,
1.    Sebagai salah satu tugas dari matakuliah filsafat
2.    Bisa menambah wawasan penulis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Bentuk-bentuk Pemikiran
Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan (proposisi) dan penalaran (reasoning).
Pengertian merupakan suatu yang abstrak, pengertian muncul bersamaan dengan observasi  empiris.ketika kita melihat awan,pohon langit dan laut terbentuklah pemikiran tentang awan, pohon, langit, dan laut dalam pikiran. Jadi aktvitas pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera. tepat tidaknya pemikiran tergantung pada tepat tidaknya observasi empiris.sekali terbentuk pengertian  menjadi data dalam proses berfikir lebih lanjut.oleh sebab itu pengertian juga disebut data empiric atau data psikologis.
Pengertian di sampaikan dalam wujud lambang, yakni bahasa. Dalam bahasa, lambang pengertian ialah kata.kata sebagai fungsi pengertian disebut term. Tidak ada pengertian yang berdiri sendiri. Selalu ada rangkaian-rangkaian pengertian. Dalam rangkaian pengertian itulah disebut pernyataan atau proposisi. Sering proposisi disebut juga kalimat.
Proposisi terdiri dari tiga unsur yakni, subjek, predikat dan kata penghubung. Predikat adalah pengertian yang menerangkan, subjek adalah pengertian yang diterangkan dan kata penghubung (kopula) mengakui atau memungkiri hubungan antara subjek dan predikat.

2.2.    Penalaran
Penalaran adalah bentuk pemikiran yang lebih rumit karena merupakan bentuk tertinggi dari pemikiran, sehingga pembahasannya dipisahkan dari pembahasan sebelumnya (meskipun secara sangat singkat).
Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan berdasarkan proposisi-proposisi sebelumnya.
Contoh :
Logam 1 dipanaskan akan memuai
Logam 2 dipanaskan akan memuai
Logam 3 dipanaskan akan memuai
Logam 4 dipanaskan akan memuai
Logam 5 dipanaskan akan memuai
Dan seterusnya.
Jadi, semua logam yang dipanasi memuai
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penalaran ialah gerak pikiran dari proposisi satu dan seterusnya, hingga proposisi terakhir (kesimpulan). Jadi, penalaran merupakan suatu proses pikiran.
Sebuah penalaran terdiri dari premis dan kesimpulan, premise dibedakan lagi menjadi premis mayor dan minor. Penalaran sering dibedakan menjadi dua, yakni, penalaran induktif dan penalaran deduktif, pada penalaran deduktif, konklusi lebih sempit dari premis, pada penalaran induktif konklusi lebih luas dari premis.
Contoh penalaran deduktif
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Bambang adalah manusia (premis minor)
Jadi, Bambang akan mati (konklusi)

Contoh penalaran induktif
Logam 1 jika dipanaskan akan memuai (premis mayor)
Logam 2 jika dipanaskan akan memuai (premis minor)
Semua logam akan memuai jika dipanaskan (konklusi)
Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi,  sebuah proposisi itu benar jika ada kesesuaian antara subjek dan predikat. Yang logis adalah penalaran, suatu penalaran dikatakan logis jika mempunyai bentuk yang tepat. Ada empat hukum yang bisa dijadikan alat pengukur kelogisan suatu penalaran.
1.    Apabila premis benar, konklusi benar
Contoh :
Manusia akan mati
Ali adalah manusia
Jadi, Ali akan mati
Di sini premis mayor dan minornya benar, oleh sebab itu konklusinya juga benar.
2.    Apabila konklusi salah, premisnya salah
Contoh :
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi, malaikat akan mati
Di sini konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah satunya) pasti salah.
3.    Apabila premisnya salah, konklusinya dapat benar dapat salah
Contoh :
Malaikat itu benda fisik
Batu itu malaikat
Jadi, batu itu malaikat
Di sini kedua premisnya salah, tapi konklusinya benar
4.    Apabila konklusinya benar, premisnya dapat benar dapat salah
Sama seperti contoh hukum pertama.

2.3.    Sarana-sarana berfikir ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertntu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpokir ilmiah ini seyogyanya kita telah meguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, tanpa dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah segara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sara ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan bedasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk megembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, jelaslah sekarang kiranya mengapa cara berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah
1.    Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
2.    Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Adapun sarana berpikir ilmiah adalah : bahasa, logika, matematika dan statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang baru.
Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai dengan pengetahuannya dan sesuai dengan kenyataannya, atau dengan kata lain suatu ilmu itu berada di dunia empiris dan dunia rasional, seperti yang tertera pada bagan 1. Andaikan ilmu itu bergerak dari khasanah ilmu yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu mengalami proses deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang berperan adalah logika dan matematika. Di sini teori-teori yang ada dapat dikaitkan dengan fenomena-fenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan, dalam hal ini disebut sebagai ramalan. Ramalan ini perlu diuji melalui tahapan pengujian. Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Dalam proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan atau di dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan berbantuan sarana berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat kasanah ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu tersebut selalu berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu yang lain. Proses perkembangan ilmu ini berbentuk siklus yang dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut.

Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dicirikan sebagai;
1.    serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi;
2.    lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.
    Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang berkembang membuat bahasa pun ikut berkembang. Secara umum bahasa dibedakan atas dua kelompok, yaitu bahasa verbal dan bahasa matematika. Bahasa Verbal yaitu bahasa yang berlaku untuk kalangan tertentu yang mengerti bahasa tersebut ( tidak berlaku umum ) sedangkan bahasa matematik yaitu bahasa yang berlaku untuk semua kalangan.
Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:
1.    alat komunikasi atau fungsi komunikatif,
2.    alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif.
Kegunaan Bahasa:
1.    Membuat manusia berpikir dengan baik
2.    Berkomunikasi dengan baik
3.    Berpikir secara abstrak
Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa, yang digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.
Syarat komunikasi ilmiah adalah :
1.    bahasa harus bebas emotif
2.    reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang menerima.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan.
Kekurangan bahasa terletak pada:
1.    Peranan bahasa yang multifungsi, artinya kommunikasi ilmiah hanya menginginkan penyampaian buah pikiran/penalaran saja, sedangkan bahasa verbal harus mengandung unsur emotif, afektif dan simbolik.
2.    Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.
3.    Konotasi yang bersifat emosional.
Aliran-aliran dalam filsafat bahasa:
1.    Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa.
2.    Filsafat Analitik.
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan berfilsafat tetapi juga sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.

Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal (Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salam (1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran, dan setiap jenis penalaran memiliki kriteria kebenarannya masing-masing.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, yang secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus bersifat individual.
Jadi kebenaran suatu kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan kebenaran pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut adalah salah maka kesimpulannya sudah pasti akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Argumentasi matematika seperti a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c merupakan suatu penalaran deduktif. Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakekatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekedar konsekuensi dari dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c. Kebenaran baru yang didapatkan lewat penalaran deduktif ini dinamakan kebenaran tautologis.

Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang yang ada pada matematika bersifat artifisial artinya lambang itu mempunyai arti jika sudah diberi makna. Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi dengan menggunakan matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena Matematika itu bersifat:
1.    Jelas,
2.    Spesifik,
3.    Informative, dan
4.    Tidak emosional
Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena dapat melakukan pengukuran secara eksak. Sifar kuantitatif dari metamtika ini meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu. Oleh sebab itu matematika dibutuhkan oleh setiap ilmu.
Matematika mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan ilmu dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah ditemukan. Matematika pada dasarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak dibuktikan secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif.
Aliran Filsafat Matematika:
1.    Filsafat Logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi Matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
2.    Filsafat Intusionis, yaitu kebenarannya diambil secara intuisi (perasaan secara tiba-tiba)
3.    Filsafat formalis, berdasarkan lambang-lambang.

Statistika
Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan logika induktif. Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan deduksi. Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan induksi. Logika deduktif berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

BAB III
PENUTUP

3.2.     Kesimpulan
Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan (proposisi) dan penalaran (reasoning). Sarana berpikir ilmiah adalah alat untuk membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu dan teori yang lain. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga diharapkan dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Yang menjadi sarana dalam berpikir ilmiah adalah: bahasa, logika, matematika, dan statistika.

3.3.    Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit tentang apa dan bagaiman berpikir ilmiah. Akan tetapi, karena setiap manusia meiliki keterbatasan dan kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman-teman seperjuangan juga. Sebab jalan menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya dengan makalah ini dengan adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait maka makalah ini menuju jalan kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Tim Dosen Filsafat UGM._____.Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Surajiyo, Drs. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara


0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites