Sabtu, 03 Agustus 2013

Pembelajaran Guru

BAB I
PENDAHULUAN
 
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, karena proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.
Dalam proses pembelajaran guru diharapkan memiliki sikap-sikap yang seharusnya bisa menunjang hasil pembelajaran. Beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam proses pembelajaran akan dibahas pada BAB II makalah ini secara terperinci.
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.            Disiplin
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut.
Disiplin merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang paling banyak dibicarakan dan dicemaskan oleh para guru umumnya, khususnya guru baru. Semakin berpengalaman seorang guru, semakin rendah pula tingkat keprihatinannya (kekhawatirannya) akan disipilin, dan semakin bertambah usahanya untuk meningkatkan dirinya sebagai seorang guru efektif
Lindgren (1976: 258) mengatakan bahwa ada 3 macam pengertian disiplin:
1.        Disiplin adalah berarti hukuman.
2.        Disiplin berarti pula pengawasan, maksudnya dengan memaksa seorang guru menuruti atau berbuat secara teratur sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
3.        Disiplin berarti juga latihan untuk membenarkan dan menguatkan tingkah laku yang baik (penguatan positif).
Jadi kedisiplinan pada pribadi seorang guru itu sangat mempengaruhi sekali terhadap proses pembelajaran, baik untuk guru itu sendiri maupun untuk peserta didik.
 
B. Ulet dan Tekun
Seorang guru yang profesional tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga harus memiliki sifat ulet dan tekun dalam kepribadiannya. Ulet dan tekun disini adalah merupakan kunci dari sebuah proses pembelajaran. Ketekunan dan keuletan seorang pendidik tidak hanya dalam hal mengajar saja yakni sebatas menyampaikan materi pelajaran tetapi keuletan dan ketekunan disini meliputi berbagai bidang.
Guru yang ulet dan tekun akan lebih mudah memupuk kesan tersendiri bagi peserta didik. Tidak hanya itu saja keuletan dan ketekunan seorang pendidik dapat menimbulkan dampak yang bernilai positif bagi sistem pembelajaran.
 
C. Adil, Jujur, dan Obyektif
Seorang guru harus memiliki sifat kepribadian yang adil, misalnya memperlakukan anak-anak didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang cantik, anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang menjadi kesayangannya.
Demikian juga dengan kejujuran, hendaknya senantiasa selalu menghiasi pribadi guru. Jujur dalam perkataan, perbuatan, dan lain-lain. Ia hendaklah jujur dalam menyajikan bahan pelajaran, ilmu, dan pengalamannya serta dalam menyajikan bahan pelajaran, ilmu, dan pengalamannya serta dalam menukil pendapat orang lain. Bahakan ia harus berani mengatakan secara jujur “saya belum mengerti”, kalau benar-benar tidak tahu. Dan guru jangan memberikan jawaban yang berdasarkan perkiraan atau tidak meyakinkan. Sebab, hal tersebut akan menjatuhkan harga diri dan kewibawaannya. Maka dari itu seorang guru hendaknya mempunyai persiapan mengajar yang lebih, jangan sampai hanya pas-pasan saja. Sungguh tidak terpuji seorang guru yang mestinya ditiru tidak jujur.
Begitu pula obyektif, adalah merupakan sikap kepribadian yang harus ada pula pada seorang guru. Karena dengan memiliki sikap obyektif, maka akan lebih mudah seorang guru melaksanakan proses pembelajaran yang bernilai adil dan jujur. Misalnya dalam hal memberi nilai.
 
D.Simpatik, Bijaksana, dan Sederhana
Seorang guru harus memiliki sikap simpati kepada anak didiknya (khusus). Ini berarti bahwa guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menilai kepribadian seorang guru. Guru yang memiliki sikap simpatik akan mudah melakukan interaksi edukatif dengan para peserta didik di dalam proses pembelajaran.
Begitu pula dengan sikap bijaksana, sikap tesebut harus dimiliki oleh seorang guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus bisa menyikapi segala persoalan dengan bijaksana baik pada saat berhadapan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran maupun tidak. Gurur yang bijaksana merupakan tauladan bagi setiap peserta didik. Karena bijaksana adalah merupakan sikap yang jarang kita temui sekarang ini pada seorang guru.
Sederhana adalah merupakan ciri kekhasan pribadi seorang guru. Sederhana dalam segi penampilan (performance), sikap (watak), dan dalam segi menyampaikan materi pelajaran. Tetapi tidak mengacuhkan segala peraturan-peraturan yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang erat kaitannya dengan sikap simpatik, bijaksana, dan sederhana tersebut, yakni:
1.        Pendidik tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya, karena dengan kekerasan dan paksaan, itu sudah menjauhkan seorang guru dari sikap simpatik, bijaksana, dan sederhana. Dan bahkan jika hubungannya dengan peraturan (tata tertib), maka anak tidak akan dapat mematuhi peraturan-peraturan karena banyak mengalami frustasi.
2.        Sebaliknya, sikap yang terlalu lunak dan lemah dari pendidik tidak dapat dibenarkan pula. Karena sikap demikian akan menyebabkan anak selalu berbuat sekehendak hatinya, tidak tahu dan tidak mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditentukan.
 
E. Kreatif dan Semangat Tinggi untuk Memperoleh Hasil yang Optimal
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus dituntut untuk bersikap lebih kreatif. Asumsinya adalah bahan proses belajar yang optimal meninggalkan hasil belajar yang optimal pula. Namun hasil belajar yang optimal tidak selamanya berasal dari proses belajar. Oleh sebab itu, pengendalian proses belajar siswa merupakan tugas dan tanggung jawab pendidik. Untuk menghasilkan proses belajar yang bak seorang guru harus kreatif, baik dari segi memberikan bahan pelajaran sampai metode yang digunakan.
Seorang pendidik itu diharapkan kreatif dalam berbagai bidang, yaitu;
1.        Kreatif dalam membuat alat peraga (media) pengajaran yang sederhana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang di asuhnya serta penggunaannya dalam proses pengajaran.
2.        Kreatif dalam menggunakan metode-metode mengajar yang mendorong proses belajar mengajar.
3.        Kreatif menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan ataupun media belajar para peserta didik dalam proses pembelajaran.
4.        Kreatif mengelola kelas atau memimpin siswa belajar, karena seorang guru dituntut untuk kreatif menguasai kelas, dalam pengertian kegiatan siswa belajar dapat dikendalikan dengan baik dan produktif. Mulai dari pengaturan ruangan, pengaturan waktu belajar, menetapkan  dan mengelompokkan siswa untuk belajar, melakukan pengawasan kelas dalam kegiatan belajarnya, mmemberikan bantuan belajar, memotivasi siswa yang telah menurun perhatiaanya terhadap belajar, serta mengatur tempo dan irama kegiatan belajar sehingga tidak membuat siswa bosan.
Selain sikap kreatif, masalah semangat juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang tidak memiliki sikap semangat dalam proses pembelajaran berarti lesu. Lesu berarti kurang bergairah. Kurang bergairah berarti kurang motivasi. Maka peserta didik pun dalam proses pembelajaran akan cepat merasa bosan. Guru yang penuh semangat biasanya penuh energi. Air mukanya cerah, penuh vitalitas dan cekatan, tak mengenal lelah. Hal ini erat kaitannya dengan sikap disiplin. Disiplin adalah kekuatan yang tidak tampak. Penyatuan keduanya (disiplin dengan semangat) melahirkan tenaga pendorong dalam perwujudan kepatuhan pada peraturan, dengan semangat kerja yang tinggi untuk memperoleh hasil yang optimal. Baik bagi diri pribadinya maupun untuk orang lain (peserta didik).
 
 
 
 
F. Berwibawa
Kewibawaan atau gezag adalah berasal dari kata Zegger yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.
Begitu pula seorang guru, harus memiliki kewibawaan untuk mendidik semua peserta didiknya. Sifat kewibawaan yang dimiliki oleh seorang pendidik adalah:
1.        Kewibawaan pendidikan
Sama halnya dengan kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru, atau pendidik karena jabatan atau berkenaan jabatannya sebagai pendidik, telah diserahi sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anak. Selain itu, guru atau pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang mengangkat mereka.
2.        Kewibawaan memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru adalah pendidik, juga mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah diberi kekuasaan oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas, disanalah peserta didik telah diserahkan kepadanya.
 
 
BAB III
PENUTUP
 
Simpulan
●        Kewibawaan atau gezag adalah berasal dari kata Zegger yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.
●        Sederhana adalah merupakan ciri kekhasan pribadi seorang guru. Sederhana dalam segi penampilan (performance), sikap (watak), dan dalam segi menyampaikan materi pelajaran. Tetapi tidak mengacuhkan segala peraturan-peraturan yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik.
●        Guru yang ulet dan tekun akan lebih mudah memupuk kesan tersendiri bagi peserta didik. Tidak hanya itu saja keuletan dan ketekunan seorang pendidik dapat menimbulkan dampak yang bernilai positif bagi sistem pembelajaran.
●        Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut.
 

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites