Senin, 04 Februari 2013

Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan banyaknya problem-problem yang ada di dunia ini, maka banyak pula pemikiran-pemikiran yang menawarkan berbagai penyelesaian dalam banyak bidang. Contohnya dalam filsafat, terdapat banyak aliran yang menawarkan solusi dari masalah-masalah yang sedang bermunculan, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme.
Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah aliran filsafat yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.  Aliran filsafat pendidikan ini menganggap bahwa pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat berperan penting dalam menghadapi permasalahan dunia. Karena dengan pendidikan maka akan tercipta orang-orang yang berfikir dan memiliki pemikiran yang dapat mengubah dunia.
Aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme menginginkan pendidikan sebagai agen utama dalam rekonstruksi sosial . Maksudnya ialah, bahwa pendidikan diharapkan merupakan satu satunya agen atau sumber utama pemegang tatanan sosial ini, yang dimaksud disini ialah peran pendidik dalam membawa peserta didiknya harus mampu berinovasi dalam memecahkan masalah. Kemudian dalam aliran filsafat pendidikan ini diharapkan metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada kecerdasan “asali” jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia , maksudnya adalah di dalam proses belajar mengajar seorang pendidik harus memberi kesempatan kepada pendidik untuk berfikir dan ikut serta dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan student center approach yaitu siswa sebagai objek atau pusat pembelajaran. Guru memberikan kepada siswa untuk berfikir dan mengeluarkan semua pemikirannya, sehingga guru hanya sebagai fasilitator , namun juga harus memiliki keterbukaan yang jelas kepada siswa, misalnya ada siswa yang dirasa kurang tepat dalam memberikan argumentasinya maka guru berhak melengkapinya. Pokok bahasan yang dibahas harus diinterkoneksikan dengan persoalan-persoalan atau isu-isu aktual sehingga akan melatih peserta didik untuk berfikir secara kritis. Seorang pendidik harus bisa merangsang pemikiran siswanya sehingga siswa akan peka terhadap masalah-masalah sosial yang akan mereka hadapi.
Jika menurut aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme seperti tersebut di atas, bagaimana dengan pendidikan pada nyatanya? Sebagian besar pendidikan di Indonesia belum mencerminkan pendidikan rekonstruksionis, walaupun ada juga sekolah-sekolah yang telah menerapkan hal tersebut. Namun kali ini penulis akan membahas pendidikan di Indonesia yang masih menggunakan sistem tradisional dalam pendidikan. Jika filsafat pendidikan rekonstruksionis menginginkan sekolah sebagai agen perubahan sosial dan sekolah menerapkan sistem demokratis, namun pada kenyataannya sekolah belum bisa memenuhi hal tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kelas masih teacher center approach atau guru sebagai objek atau pusat pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan ceramah, siswa hanya mendengarkan guru berbicara. Guru pun tidak mau mendengarkan suara-suara muridnya, sehingga pembelajaran tidak demokratis, akibatnya sekolah menjadi pencetak orang-orang yang pasif, yang tidak tanggap terhadap permasalahan luar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme itu?
2. Bagaimana esensi pendidikan menurut aliran filsafat rekonstruksionisme?
3. Bagaimana implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang aliran Filsafat Rekonstruksionisme
2. Mengetahui esensi pendidikan dalam aliran filsafat rekonstruksionisme
3. Mengetahui implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern .
Aliran ini timbul karena pada tahun 1930an dunia telah mengalami krisis, sampai-sampai di negara bagian Eropa dan Asia mengalami totalitarianisme yaitu hilangnya nila-nilai kemanusiaan dalam sosial. Dunia pada saat itu mengalami kebangkrutan yang sangat besar, mulai dari maraknya terorisme, kesenjangan global, nasionalisme sempit, banyaknya manusia yang berperilaku amoral, dan masih banyak lagi.
Aliran ini dipelopori oleh George S. Count dan Harold Rugg. Count menawarkan pidato-pidato provokatifnya yang intinya bahwa sekolah harus membangun sebuah tatanan sosial baru, Count mengatakan bahwa sekolah atau lebih sempitnya para pendidik untuk mengorganisasi diri dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.
Karena pemikiran tersebut maka bermunculan sebuah kebalikan dari peran tradisional sekolah menuju peran sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif. Aliran rekonstruksionis bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai agen perubahan sosial melalui pendidikan, karena pada zaman dahulu mereka menganggap bahwa pendidikan telah menjauhkan mereka dari masyarakat, maka dari itu, aliran ini ingin mengubah pandangan tersebut dan melalui pendidikan maka kita akan dekat dengan masyarakat.
1. Prinsip Rekonstruksionisme
Artikel yang berjudul “future shock” (kejutan masa depan) karya Alvin Toffler telah membuka mata dunia bahwa manusia telah mengalami tekanan yang hebat jika dibebani perubahan dalam waktu yang sangat singkat. Dalam artikel tersebut ia menjelaskan bahwa apa yang dialami sekolah atau pendidikan saat ini adalah sebuah hal yang sangat sia-sia dan tanpa harapan, karena pendidikan saat itu sangat lambat bergerak, ibarat pendidikan berjalan menjadi serangkaian praktik dan asumsi yang dikembangkan hanya melayani era industri, sedangkan situasi sosial telah memasuki periode superindustri.
Sekolah kita lebih sibuk mengurusi sistem yang mati daripada menangani masyarakat baru yang sedang tumbuh. Energi besarnya dipergunakan untuk mencetak manusia industrial, yaitu manusia yang disiapkan untuk bisa hidup dalam sistem yang akan mati sebelum mereka eksis. Untuk membantu mencegah kegagapan masa depan yang akan datang, kita harus menciptakan sebuah sistem pendidikan superindustrial. Maka dari itu, kita harus mencari tujuan-tujuan pendidikan dan metode-metode dimasa akan datang, bukan justru dimasa lalu .
Jadi intinya, prinsip aliran rekonstruksi adalah menciptakan suatu sistem pendidikan dimana pendidikan itu mengarah kepada masa depan bukan berjalan lambat dan sistem pendidikan yang dapat merespon permasalahan yang muncul yang akan datang.
2. Hakikat Rekonstruksionisme
a. Ontologi
Pandangan ontologi menjelaskan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa relaita itu universal (noor syam). Untuk mengerti suatu realita beranjak dari suatu yang konkrit dan menuju kearah yang khusus menampilkan diri dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat dihadapan kita dan dapat ditangkap oleh indera manusia dan akal pikiran.
Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam metafisika merujuk dualisme, yang menurut Bakhrie aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam hakikat sebagai asal sumber yakni hakikat materi dan rohani
b. Epistemologi
Berpijak dari pola pemikiran bahwa untuk memahami realita alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik indera maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam yang sesungguh sungguhnya. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self-evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada didalam pengetahuan ilmu itu sendiri. Contoh adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti bukti lain atas eksistensi Tuhan. Kajian tentang kebenaran itu diperlukan suatu pemikiran, metode yang diperlukan guna menuntun agar sampai kepada pemikiran yang hakiki. Penalaran penalaran memiliki hukum hukum tersendiri agar dijadikan pegangan ke arah penemuan definisi atau pengertian yang logis .
c. Aksiologi
Menurut Imam Barbadib, aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan asas asas supernatural yakni menerima nilai natural dan universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi yang potensial dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya. Kemudian manusia sebagai subjek telah memiliki potensi potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan .

B. Esensi Pendidikan dalam Aliran Filsafat Rekonstruksionise
Hidup, khususnya pendidikan, telah diselenggarakan dengan cara dan pemikiran yang salah. Oleh karenanya, makin hari hidup dan kehidupan bukannya bertambah baik, justru malah bertambah buruk. Dunia bahkan mengalami sesuatu yang mereka sebut dalam situasi krisis dan sakarat. Satu satunya solusi untuk keluar dari semua itu menurut aliran ini tidak lain adalah dengan mengubah praktek pendidikan yang ada ke dalam konstruksi konstruksi baru .
Kalau dulu pendidikan dianggap sebagai menjauhkan dari masyarakat karena pendidikan zaman dahulu mengabaikan masalah masalah yang hidup atau yang ada dalam masyarakat, namun pemikiran ini berkeinginan bahwa pendidikan harus dapat memecahkan persoalan persoalan yang hidup dalam masyarakat sehingga pendidikan tidak dianggap memisahkan dari masyarakat.
1. Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 6 tesis , yaitu:
a) Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban menghadapi kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus mensponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Pendidikan harus menjadi alat utama untuk menjawab atau menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi, pelaksanaan pendidikan sesegera mungkin dilaksanakan, kalau pendidikan tidak segera dilaksanakan maka infrastruktur yang lain akan cepat hancur, maka dari itu pendidikan adalah kunci utama untuk membangun tatanan kehidupan sosial, karena pendidikan dapat mempengaruhi bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial dan budaya.
b) Anak, sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut rekonstruksionalisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Untuk menghasilkan pembelajaran yang harmonis di dalam kelas antara guru, peserta didik dan subjek-subjek pendidikan lainnya maka mereka harus memahami kebudayaan mereka masing-masing, sehingga mereka akan saling menghargai.
c) Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Seorang guru atau pendidik harus memiliki sikap percaya diri dan merasa bahwa ia mampu untuk membimbing peserta didiknya, dengan begitu seorang peserta didik akan berhasil dalam membimbing peserta didiknya dan ia tidak akan diremehkan oleh peserta didik.
d) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Tujuan pendidikan haruslah disesuaikan dengan peserta didiknya. Selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya agar pendidikan mampu menjawab problem-problem dimasyarakat.
e) Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
Menurut Sukmadinata (1997: 93) kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda :
a) Tujuan dan isi kurikulum, Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
b) Metode, dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda serta bakat minat yang berbeda maka dari itu tugas pendidik adalah membimbing masing-masing peserta didik untuk menemukan minatnya, minimal pendidik mampu mendampingi peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.
c) Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa dilibatkan terutama dalam memilih dan menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Yang dimaksud disini ialah peserta didik membantu dalam hal memilih bahan atau materi yang telah dipelajari dan layak untuk dijadikan tes atau evaluasi.

C. Implikasi Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pendidikan
Adanya filsafat pendidikan rekonstruksionisme diharapkan pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial, pendidikan adalah alat utama untuk menentukan masa depan bangsa, maka dari itu masalah pendidikan dipandang sangat penting, aliran ini berharap pendidikan dapat mengubah tatanan sosial masyarakat, pendidikan dapat mengubah perekonomian masyarakat, pendidikan dapat mengubah segala bentuk apapun yang ada dalam masyarakat. Maka dari itu pendidikan diharap mampu untuk menjadi agen perubahan sosial, walaupun pada kenyataanya sekarang pendidikan belum nampak memberikan kontribusi yang luas dalam masyarakat, justru malah orang-orang dari pendidikan yang merusak negara ini, seperti halnya korupsi yang makin populer di negara ini, bukankah mereka yang korupsi adalah kaum terdidik? Mustahil orang yang korupsi itu lulusan SD. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan pada saat ini belum mampu mengubah tatanan sosial, justru malah merusak tatanan sosial. Pendidikan di Indonesia belum berhasil, dalam artian belum berhasil dalam menanamkan karakter dan kepribadian manusia yang berakhlak baik.
Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada kecerdasan asal jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Maksud yang terkandung adalah bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, seorang pendidik harus mampu menggunakan metode yang bisa membuat peserta didik atau merangsang peserta didik untuk berfikir dan berani mengeluarkan pendapat sehingga pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru tetapi murid atau peserta didiklah yang harus menjadi objek dari pembelajaran, contoh media atau metode yang digunakan adalah metode diskusi, dengan metode diskusi maka peserta didik dapat berlatih untuk mengemukakan pendapatnya, dengan begitu maka pembelajaran akan efektif dan peserta didik dapat aktif dalam belajar, sehingga tidak hanya guru yang menjadi sumber ilmu, namun peserta didik pun mampu menyumbang pemikiran, dalam berdiskusi sebaiknya masalah yang diangkat adalah isu-isu aktual yang sedang hangat di masyarakat sehingga secara tidak langsung peserta didik akan merespon permasalahan yang telah tumbuh dalam masyarakat, dengan begitu tidak lagi dikatakan bahwa pendidikan telah menjauhkan dari masyarakat, justru pendidikan mendekatkan peserta didik dengan masyarakat dan memberikan sumbangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang ada. Dengan begitu pendidikan akan benar-benar berguna bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya di dalam proses pembelajaran masih ada pendidik melakukan metode tanpa variasi yaitu metode ceramah secara terus menerus tanpa memperdulikan peserta didik, peserta didik di suruh mendengarkan ceramah dari guru tanpa diminta kontribusinya atau tanpa diminta menanggapi, sedangkan permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang basi yang sudah tidak layak dibahas lagi, dengan begitu peserta didik serasa tidak mendapatkan hasil apa-apa dan pendidikan hanya sebagai simbol belaka tanpa guna, pendidikan justru mencetak generasi-generasi yang takut berbicara atau generasi pasif.
Jika pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial. Seperti telah dibahas di atas bahwa pendidikan harus mampu memberi kontribusi kepada masyarakat dengan cara merespon permasalahan yang sedang timbul di masyarakat, baik itu masalah ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya, pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mengajak peserta didiknya berfikir dan peka terhadap permasalahan yang sekarang masyarakat hadapi, sebaliknya pendidik yang tidak rekonstruksionis adalah pendidik yang takut atau tidak berani mengajak peserta didiknya dalam menghadapi permasalahan yang sedang hangat dibicarakan, dengan begitu peserta didik akan semakin dekat dengan permasalahan yang ada dalam masyarakat.










BAB III
PENUTUP

Simpulan
Latar belakang munculnya filsafat pendidikan rekonstuksionisme adalah karena di dunia telah mengalami krisis yang hebat, yaitu adanya totalitarianisme dan lain sebagainya, hal itu menyebabkan Count seorang pencetus filsafat ini menganggap bahwa pendidikan adalah suatu bidang yang layak untuk menyelamatkan dunia.
Esensi pendidikan dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah bahwa pendidikan yang dimaksudkan dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah seperti apa yang dikemukakan Brameld, yaitu pendidikan yang harus dilaksanakan sesegera mungkin, subjek pendidikan dikondisikan dengan budaya, guru harus memiliki sikap percaya diri, dan lain sebagaimya.
Implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan adalah bahwa filsafat pendidikan rekonstruksionisme yang menginginkan pendidikan dapat menjadi agen perubahan tatanan sosial, pendidikan mampu menawarkan solusi dalam permasalahan yang ada dalam masyarakat dan pendidikan yang aktif mengajarkan aperubahan sosial ternyata belum sepenuhnya terlaksana.


DAFTAR PUSTAKA

H.W, Teguh Wangsa Gandhi. 2011. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: ARRUS MEDIA
Http://maragustamsiregar.wordpress.com
M.Ed, Drs. Abdullah Idi, Prof. Dr. H. Jalaluddin. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta : GAYA MEDIA PRATAMA
M. Ed, Drs. H.M Djumberanjah Indar. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: KARYA ABDITAMA
R. Knight, George, Dr. Mahmud Arif, M.Ag. (Terj). 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Gama Media
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CU ALFABETA

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites