Makalah

Blog ini berisi berbagai macam makalah kuliah.

Perangkat Pembelajaran

Masih dalam pengembangan.

Modul Pembelajaran

Masih dalam pengembangan.

Skripsi

Masih dalam pengembangan.

Lain-lain

Masih dalam pengembangan.

Tampilkan postingan dengan label Filsafat Umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat Umum. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Februari 2013

UNSUR-UNSUR ESENSIAL DARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Pendidikan Islam merupakan suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan dengan kajian keislaman. Unsur pokok yang ada dalam filsafat pendidikan islam meliputi tiga hal, yaitu: manusia, alam, dan pengetahuan. Manusia diciptakan Allah SWT dari saripati tanah dan air mani yang hina meliputi beberapa proses. Sedangkan alam diciptakan Allah SWT merupakan nikmat bagi manusia. Manusia mampu mempergunakan daya alam sekitarnya. Namun demikian, manusia mampu menundukkan alam itu dengan izin Allah dan Allah memang telah menundukkan baginya. Tentulah hal menundukkan alam itu tidak lepas dari pengetahuan dan pendidikan. Manusia diciptakan Allah dengan memiliki akal untuk berfikir dan dapat difungsikan untuk menundukkan, memelihara dan menjaga alam melalui yang dipelajari serta diketahui oleh manusia dengan pendidikan.
Konsep Al-qur’an dan hadist sebagai pokok sumber pendidikan islam tidak mendapatkan perhatian lagi. Konsep itu hanya berdiam di kepala mengendap tanpa dikeluarkan dan diaplikasikan dalam pendidikan islam. Guru hanya mentransfer ilmu dan konsep yang ada tanpa memperdulikan arah yang diinginkan siswa. Padahal seharusnya pendidikan itu sendiri mengarahkan keinginan siswa sesuai dengan konsep fitrah manusia ketika dilahirkan.
Guru hanya mengajarkan konsep kepada siswa bahwa kita harus menjaga alam. Sementara praktek tauladan dari seorang guru sendiri tidak ada. Guru hanya berbicara, mengajak, tapi tidak mempraktekannya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Konsep pengetahuan guru yang mengajar kurang mahir sangat berpengaruh terhadap siswa, alam sekitar dan pendidikan. Dampaknya semakin meluas ketika terjadi pemanasan global, alam mengamuk dan mengancam kehidupan manusia.  Oleh karena itu, perlu banyak hal yang mesti dibenahi dalam pendidikan di Indonesia ini. Bangsa yang maju adalah bangsa yang bagus pendidikannya.
Sistem pendidikan di Indonesia yang tidak berkonsep pada memanusiakan manusia dengan tidak melihat pada proses penciptaan manusia, alam dan pengetahuan menghasilkan pendidikan carut-marut. Perlu disadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia banyak hal mesti dirubah mulai dari kebijakan pendidikan, peraturan di lembaga sekolah, guru yang mengajar dan hal lainnya yang berhubungan dengan pendidikan. Sistem pendidikan yang berlaku di masyarakat Indonesia perlu ditata ulang, tak terkecuali lembaga pendidikan islam baik yang mandiri (swasta) maupun yang negeri masih terdapat banyak kebijakan yang tumpang tindih.
Beberapa permasalahan di dalam dunia pendidikan islam di atas, perlu mendapatkan perhatian khusus dan serius dari semua pihak. Permasalahan di atas bisa dikaji dengan filsafat pendidikan islam agar para pakar yang berada dalam dunia pendidikan bisa merubah sistem yang ada menjadi sistem pendidikan yang tidak ada dan diganti dengan sistem pendidikan baru yang lebih bagus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penciptaan manusia perspektif Al-qur’an?
2. Bagaimana penciptaan alam perspektif Islam?
3. Bagaimana pengetahuan perspektif Islam?
4. Bagaimana kaitannya antara manusia, alam, pengetahuan dan pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana penciptaan manusia perspektif Al-qur’an
2. Mengetahui bagaimana penciptaan alam perspektif Islam
3. Mengetahui bagaimana pengetahuan perspektif Islam
4. Mengetahui bagaimana kaitannya antara manusia, alam, pengetahuan dan pendidikan






BAB II
PEMBAHASAN

A. Penciptaan Manusia Persepektif Al-Qur’an
Tuhan menciptakan manusia terdiri dari ruh dan jasad. Proses penciptaannya pun rumit dan penuh misteri sebanding dengan jati dirinya yang unik dan tak terduga. Asal usul manusia terbagi dua, yakni Adam sebagai nenek moyang manusia dan manusia pada umumnya sebagai keturunannya. Penyebutan asal usul Adam beragam dalam Al-qur’an yang memakai kata tin, turab, shalshal seperti fakhkhar, dan shalshal yang berasal dari hama’ masnun. Berikut diuraikan satu persatu.
1. Kata tin
Kata tin antara lain terdapat dalam surat Al-Mu’minun: 12. As-Sajdah: 7, Al-An’am: 2, Al-A’raf: 12, Al-Saffat: 11, Al-Isra: 61, dan Shad: 71. Pada umumnya para mufasir mengartikan kata tin dengan saripati tanah lumpur atau tanah liat. Menurut Ibnu Katsir, Ahmad Mustafa, Jamal dan Magnujah bahwakata tin berarti bahan penciptaan adam dari komponen saripati tanah liat. Menurut Bahaudin bahwa tin dalam QS. Al-Sajadah: 7 adalah tanah atom zat air dan kata lazim pada QS. Al-Saffat: 11 adalah zat besi.
2. Kata turab
Kata turab antara lain terdapat pada QS. Al-Kahf: 37, Al-Hajj: 5, Ali Imran: 59, AL-Rum: 20, dan Fatir: 11. Menurut Nazwar Symasu bahwa semua ayat yang mengandung kata turab, adalah berarti saripati tanah. Muhammad Jawwad membagi asal-usul penciptaan manusia menjadi 2: langsung dari saripati tanah tanpa perantara yakni asal-usul Adam, dan tidak langsung dari tanah seperti menciptakan Bani Adam seperti dari Nutfah (mani) dan darah, yang keduanya berasal dari berbagai macam makanan. Makanan-makanan tersebut berkaitan dengan air dan tanah. Tanah adalah unsur penting dalam penciptaan manusia. Maka turab dan tin pada dasarnya searti yakni esensi materinya berasal dari tanah. Dari tanahlah manusia pertama diciptakan sebagai nenek moyang manusia.
3. Shalshal seperti fakhkhar yang berasal dari hama’ masnun
Kata shalshal terdapat pada QS. Al-Rahman: 14, Al-Hijr: 26, 28 dan 33. Menurut Fachrur Razy, dimaksud dengan shalshal ialah tanah kering yang bersuara dan belum dimasak. Jika shalshal ini telah di masak, jadilah tembikar (fakhkhar) sebagai komponen penciptaan adam. Sedangkan shalshal yang berasal dari hama’ masnun, menurut Al-Maraghi ialah tanah kering, keras, bersuara, yang dapat diukur warna hitam yang dapat diubah-ubah , yang dituangkan dalam cetakan agar menjadi kering. Seperti barang permata yang dicairkan dan dituangkan dalam cetakan. Dapat disimpulkan bahwa komponen asal penciptaan Adam, ialah persenyawaan dari komponen tin (tanah liat vang berasal dari tanah lumpur yang bersih), turab (saripati tanah), dan shalshal seperti fakhkhar berasal dari hama’ masnun (dari lumpur hitam yang dicetak dan diberi bentuk).
Mengenai reproduksi manusia pasca Adam pada hakekatnya juga berasal dari saripati tanah. Karena setiap yang dikonsumsi manusia berupa sayuran, buah, daging dan sebagainya yang diproduksi secara biologis dalam tubuh manusia sampai menjadi spermatozoa, juga berasal dari saripati tanah. Informasi tentang kejadian manusia setelah Adam antara lain disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun: 12-16, Al-Sajadah: 7-9, Al-Hajj: 5, Al-Qiyamah: 37-39, dan Al-Insan: 2. Dari beberapa ayat tersebut dapat dijelaskan tahap-tahap kejadian manusia pasca Adam adalah sebagai berikut:
Pertama, tahap dimana manusia berasal dari saripati tanah. Artinya itu berasal dari sperma laki-laki dan darah, keduanya berasal dari makanan. Kedua, tahap nutfah (sperma) yang bercampur dengan ovum wanita (telur yang sudah masak), masuk ke dalam rahim. Ketiga, tahap alaqah (sesuatu yang tergantung dalam dinding rahim atau segumpal darah) dalam warna kemerah-merahan setelah melalui proses dari nutfah dengan warna keputih-putihan. Keempat, tahap mudgah (segumpal daging). Kelima, tahap menjadi tulang belulang. Menurut Thanthawi bahwa yang dimaksud dengan tulang belulang ialah dari sepotong daging itu Tuhan membedakannya menjadi dua pembentuk daging dan pembentuk tulang belulang. Unsur pembentuk tulang berproses menjadi tulang belulang. Demikian juga pembentuk daging, tetap menjadi daging. Proses pembentukan baik daging maupun tulang belulang berasal dari bahan makanan yang sudah dipersiapkan Allah. Keenam, tahap adanya pembalut tulang belulang dengan daging. Menurut Al-Alusy bahwa yang dimaksud dengan “daging pembalut tulang belulang” adalah 2 kemungkinan. Kemungkinan  pertama, pembalut tulang belulang itu berasal dari sepotong daging yang sejak awal berproses dari bersatunya sperma dan ovum dalam rahim. Kemudian sepotong daging itu dibagi menjadi 2; sebagian menjadi tulang belulang dan bagian lainnya tetap menjadi daging yang berfungsi membalut tulang belulang itu. Kemungkinan kedua, pembalut tulang belulang itu adalah berasal dari daging lain (bukan sepotong daging yang berasal dari bersatunya sperma dan ovum) yang diciptakan Allah swt dari darah yang ada dalam rahim untuk membalut tulang belulang. Dengan demikian pada tahap keenam ini calon manusia itu telah dilengkapi tulang belulang, daging, urat, otot dan anggota tubuh lainnya jika sempurna kejadiannya. Ketujuh (tahap terakhir) adalah Allah menjadikannya menjadi makhluk yang baru dengan diberikannya roh. Makhluk baru ini dapat bergerak, bernafas, bertutur, mendengar, dan melihat serta dianugerahkan kepadanya keajaiban-keajaiban baik lahir maupun batin yang tidak terhingga. Pemberitaan Al-qur’an tentang proses kejadian manusia tersebut pada hakekatnya agar manusia memahami dirinya, mengambil pelajaran dari setiap pengalaman hidupnya, sehingga menjadi manusia taqwa dan beriman.
Ada tiga kata yang digunakan Al-qur’an untuk menunjuk makna manusia  yaitu al-basyar, al-insan dan an-nas. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari uraian berikut:
a. Kata al-basyar dinyatakan dalam Al-qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi al-basyar berarti kulit kepala, wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya. Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi rambut. Al-basyar dapat diartikan mulamasah yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali.
b. Kata al-insan yang berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa. Kata al-insan digunakan Al-qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-insan juga digunakan Al-qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisi kelemahan dan kelebihan manusia. Hal ini terlihat dalam firman Allah seperti: 1) tidak semua yang diinginkan manusia berhasil dengan usahanya, bila Allah tidak menginginkannya (QS. An-Najm: 24-25). 2) gembira bila dapat nikmat, susah bila dapat cobaan (QS. Asy-Syuraa:48). 3) manusia sering bertindak bodoh dan zdalim (Al-Ahzab: 72). 4) manusia sering ragu dalam memutuskan persoalan (QS. Maryam:66-67). 5) manusia bila mendapat suatu kenikmatan materi, sering kali lupa diri dan bersifat kikir (Al-Isra: 100, Al-Ma’arij: 19, dan At-Takatsur:2). 6) manusia adalah makhluk yang lemah (QS.An-Nisa:28), gelisah dan tergesa-gesa (QS. Hud: 9, Al-Anbiyaa’: 11, Al-Isra:37). 7) kewajiban manusia kepada kedua orang tua (QS. Al-Ankabut: 8, Luqman: 14, dan Al-Ahqaf: 15). 8) peringatan Allah agar manusia waspada terhadap bujukan  orang munafik (QS. Qaaf: 16). Pemaknaan al-Insan terlihat bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat manusiawi bernilai positif dan negatif.
c. Kata an-nas dinyatakan dalam Al-qur’an sebanyak 240 kali yang tersebar dalam 53 surat. Kata an-nas menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, dapat melihat status keimanan atau kekafirannya seperti pada QS. Al-Baqarah:24.
Islam memandang bahwa manusia ialah makhluk termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di jagat raya ini. Betapa besar perhatian islam terhadap insan dan martabatnya dibanding dengan makhluk lain, seperti dalam QS. At-tin: 1-8.

B. Alam Dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam
Menurut sejarah filsafat, filsafat yang pertama kali muncul adalah filsafat alam. Filsafat ini ialah hasil dari pemikiran orang – orang yunani. di sebuah kota  yang terletak di Asia kecil yang bernama Miletos lahirlah filsafat alam pertama yang dicetuskan oleh Thales menyatakan bahwa asal segala sesuatu adalah air.
Sejalan dengan itu menurut pandangan islam pun mengajarkan untuk mengetahui alam dan seisinya, sebelum memikirkan dan mengetahui penciptanya. Filsafat alam merupakan trilogy  metafisika disamping filsafat manusia dan pengetahuan. Berikut ini akan di sajikan berbagai pandangan mengenai  filsafat pendidikan islam tentang alam.
Menurut al jurjani dalam kitab al ta’rifat   alam secara bahasa adalah berarti segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat di kenali sehingga dapat simpulan sesuatu yang maujud atau materi. Adapun secara filosofis “alam” adalah kumpulan jauhar( substansi) yang tersusun dari materi : maddah dan bentuk (shurah) yang ada di langit dan di bumi. Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi itulah alam berdasarkan rumusan filsafat.
Al Quran tidak secara husus mengungkapkan alam  semesta dengan tema alam dalam bentuk alam, hanya dalam bentuk jamak alamin sebanyak 73 kali. Tetapi menurut muhamad abduh orang orang arab sepakat  bahwa kata alamin tidak merujuk pada segala sesuatu yang ada seperti alam batu dan tanah akan tatapi  mereka memahami kata alamin untuk merujuk pada setiap mahluk tuhan yang berakal atau mendekati sifat-sifat berakal  seperti alam manusia, hewan da tumbuhan. Dengan ini, sirajudin zar menawarkan bahwa alqur an, untuk merujuk pada kata alam yang universal. Menggunakan kata  “al samawat wal al ardh wama bainahuma” yang di dalam alquran disebut sebanyak 20 kali.
An Nahlawi menyimpulkan pandangan islam terhadap alam ini pada enam prinsip:
1. Seluruh alam adalah mahluk Allah dan diciptakan dengan punya tujuan hidup, penciptaanya atas dasar  kebenaran (al haqq), sama sekali tidak di dorong oleh perbutan main main atau sia sia ( QS  adh dukhan: 38-39 dan al ahqaf ayat 3)
2. Alam tunduk kepada sunnatullah sesuai ukuran tang telah ditentukanNnya  ( surat Yasin ayat 30 40 dan al hijr ayat  19-21).
3. Alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan atas kekuasaan Allah menjalankanya (surat al Hajj 65 al fatir 41).
4. Kehidupan manusia tunduk pada sunnah kemasyarakatan. atas dasar ini maka allah mengutus para rasul, menyiksa umat, membinasakan  sebagian mereka mengatur ajal dan mengubah keadaan mereka.( QS: ar rad ayat 10- 11 dan ali Imran 137)
5. Seluruh alam ini tunduk kepada allah baik pengaturan perintah dan kehendakNya ( Quran surat al baqarah 116 dan al isra ayat 44)
6. Alam ini merupakan nikmat allah bagi manusia. Salah satu yang membedakan islam dengan yang lain ialah manusia mampu mempergunakan berbagai daya alam sekitarnya. Namun demikian diingatkanya bahwa manusia mampu menundukkan alam ini dengan izin allah dan bahwa Allah telah menundukkan baginya (QS. Ibrahim: 32 dan QS. Al-Baqarah 29).
Dari berbagai ulasan diatas dapat diringkas mengenai pandangan islam tentang alam pada beberapa prinsip: Pertama, alam ini diciptakan Allah sebagai satu-satunyan pencipta seluruh isi kandungan dan pencipta sistemnya (sunatullah). Kedua, Alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan sifatnya pasti. Ketiga . sifat alam atau (sunatullah) ini adalah tetap tidak pernah berubah. Keempat. Alam ini dengan segala sunnatullah dan sistemnya yang diciptakan allah untuk dipelajari secara teliti maupun individu maupun kolektif. Melalui kemampuan yang dimiliki manusia dan rekayasanya dan kemudian digunakan sesuai aturan yang mengatur. Kelima perjalanan alam ini berdasar pada undang-undang kausal (sebab akibat) Keenam. oleh karena alam ini sifatnya pasti dan tidak pernah berubah maka objektif artinya sunatullah ini berlaku sama bagi semua individu dan kelompok tidak peduli  muslim atau non muslim asalkan menjalankan atau tidak menjalankan maka pasti akan terjadi atau tidak terjadi dengan kata lain setiap profesi apapun, baik muslim atau non muslim dapat memperkirakan dengan penuh kepastian setiap fenomena alam yang akan terjadi serta memanfaatkan fenomena itu baik positif atau negatif. Ketujuh, Dalam mempelajari, memanfaatkan mengolah alam ini haruslah dengan ilmu yang benar disertai dengan iman. Kedelapan, hubungan manusia dengan alam adalah hubungan taskhir (pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam dengan ilmu dan tanggung jawab serta kemakmuran dan generasi yang akan dating serat pembelajaran) bukan hubungan eksploitasi.

C. Pengetahuan Menurut Perspektif Islam
Pengetahuan dapat diartikan ke dalam dua istilah teknis, yaitu science dan knowledge. Istilah yang pertama diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu fisik atau empiris, sedangkan istilah kedua diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu nonfisik seperti konsep mental dan metafisika. Istilah yang pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan ilmu pengetahuan, sementara istilah kedua diterjemahkan dengan pengetahuan saja. Dengan kata lain, hanya ilmu yang sifatnya fisik dan empiris saja yang bisa dikategorikan ilmu, sementara sisanya, seperti ilmu agama, tidak bisa dikategorikan ilmu (ilmiah).
Di dunia islam tidak akan ditemukan dalam khazanah pemikiran Islam pergeseran definisi ilmu seperti yang terjadi di dunia Barat. Dari sejak awal sampai sekarang, ilmu dalam Islam mencakup bidang-bidang fisik juga bidang-bidang nonfisik. Istilah yang digunakannya pun sejak awal tidak berubah, yakni ‘ilm. Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, penggunaan istilah ‘ilm itu sendiri, sangat terpengaruh oleh pandangan dunia Islam (Islamic worldview):
Pengetahuan dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al-’ilm, al-ma’rifah dan al-syu’ûr (kesadaran). Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Tuhan. Julukan-julukan yang dikenakan kepada Tuhan adalah al-’Âlim, al-’Alîm dan al-’Allâm, yang semuanya berarti Maha Mengetahui; tetapi Dia tidak pernah disebut al-’Ârif atau al-Syâ’ir. ilmu dalam Islam mencakup dua pengertian; pertama, sampainya ilmu dari Allah ke dalam jiwa manusia, dan kedua, sampainya jiwa manusia terhadap objek ilmu melalui penelitian dan kajian. Dalam hal ini, mutlak disimak firman Allah swt berikut ini:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-’Alaq [96] : 1-5).”
Secara jelas, ayat di atas menginformasikan bahwa ilmu bisa diperoleh dengan aktivitas iqra`, juga bisa diperoleh dengan anugerah Allah swt langsung kepada manusia.
Ilmu diperoleh oleh manusia dengan berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Menurut Jujun S. Suriasumantri, pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio, disebut dengan paham rasionalisme.  Kedua mendasarkan diri kepada pengalaman, disebut paham empirisme. Pengetahuan jenis pertama disebut logis, dan pengetahuan jenis kedua disebut empiris.
Kerjasama rasionalisme dan empirisme melahirkan metode sains (scientific method), dan dari metode ini lahirlah pengetahuan sains (scientific knowledge) yang dalam bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan sains ini adalah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris. Jadi tidak hanya logis saja yang menjadi andalan kaum rasionalis, tapi juga harus empiris yang menjadi andalan kaum empiris. Kalau ternyata pengetahuan tersebut hanya bersifat logis, tidak empiris, pengetahuan tersebut akan disebut pengetahuan filsafat, bukan pengetahuan sains/ilmiah. Kerjasama dari rasionalisme-empirisme ini kemudian melahirkan paham positivisme, yakni paham yang menyatakan bahwa segala pengetahuan yang ilmiah harus dan pasti dapat “terukur”. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat diukur dengan timbangan.
Di samping rasionalisme dan empirisme, masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain. Menurut Jujun, yang terpenting dibanding rasio dan empiris adalah intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai di situ. Inilah yang disebut intuisi.
Al-Qadi Abu Bakar al-Baqillani, membagi sumber pengetahuan ini ke dalam enam bagian. Lima di antaranya adalah jenis-jenis indera, yaitu hâssat al-bashar (indera melihat), hâssat al-sam’ (indera mendengar), hâssat al-dzauq (indera mengecap), hâssat al-syamm (indera mencium), dan hâssat al-lams (indera merasa dan meraba). Adapun yang keenamnya, al-Baqillani menjelaskan: “Jenis yang keenam adalah sesuatu keharusan yang timbul di dalam jiwa secara langsung tanpa melalui indera-indera yang disebutkan tadi.” Al-Baqillani kemudian menyebutkan contoh-contoh pengetahuan yang diperoleh lewat (1) intuisi, seperti seseorang yang mengenali dirinya sendiri, (2) lewat akal, seperti memahami omongan, dan (3) lewat khabar khususnya yang mutawâtir, seperti tentang kehidupan yang ada di luar negeri. Termasuk tentunya khabar-khabar keagamaan, karena sifatnya yang sama sebagai khabar.
Beberapa prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan dalam islam, ialah:
1. Percaya pada pentingnya pengetahuan sebagai salah satu tujuan pokok. Dalam potonngan ayat, surah al-mujadalah
…                
Artinya:
.....Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...(QS. Al-Mujadalah : 11)
2. Percaya bahwa penegtahuan manusia mempunyai beberapa sumber.
3. Percaya bahwa pengetahuan manusia berbeda mutu dan nilainya sesuai dengan perkara, tujuan dan jalanya.

D. Hubungan Antara Manusia, Alam, Pengetahuan Dengan Pendidikan
Dari uraian di atas telah dijelaskan tentang penciptaan manusia, alam dan pengetahuan. Selanjutnya, penciptaan manusia, alam, pengetahuan akan dikaitkan dengan pendidikan. Ada dua implikasi terpenting dalam hubungannya dengan pendidikan islam, yaitu:
1. Karena manusia terdiri dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan qolbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam proses kependidikan islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi yang sempurna (al-insan kamil).
2. Al-qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia adalah sebagai khalifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah swt membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya baik sebagai khalifah maupun ‘abd.
Kedua hal diatas harus dijadikan acuan dasar dalam menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi pendidikan islam dalam mencapai tujuannya sangat bergantung pada sejauh mana kemampuan umat islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat penciptaan manusia, alam, dan pengetahuan.untuk menjawab itu, maka pendidikan islam dijadikan sarana kondusif bagi transformasi ilmu pengetahuan dan budaya islami dari generasi ke generasi.
Manusia, alam, pengetahuan, dan pendidikan merupakan salah satu siklus kehidupan. Dari zaman dahulu hingga sekarang ke empat komponen tersebut tidak bisa dipisahkan, selalu berkaitan. Meskipun zaman dahulu tidak sama dengan zaman sekarang. Hubungan tersebut dapat dianalogkan, Manusia sebagai pelaku, sedangkan alam sebagai objek yang disediakan Tuhan untuk manusia, pengetahuan sebagai alat dan cara untuk mengelola alam dan hubungan antar manusia, dan hubungan dengan Tuhan melalui pendidikan.
Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat dan alam dengan kata lain, lingkungan adalah sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan. Ia adalah seluruh yang ada, baik berupa bergerak ataupun tidak bergerak. Dengan demikian, lingkungan adalah melingkupi hidup dan kehidupan manusia.
Adapaun lingkungan pendidikan secara sederhana meliputi tempat terjadinya pendidikan atau di sebut sebagai lembaga pendidikan dan salah satu factor yang menjadi unsur utama berlangsungnya pendidikan berkesinambungan juga konsisten adalah institusi pendidikan lembaga pendidikan islam. Dari sini Abudin Nata memahami lingkungan pendidikan islam sebagian institusi atau lembaga tempat pendidikan itu berlangsung. Di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terjadinya pendidikan islam dengan baik. Lingkungan pendidikan islam berfungsi sebagai penunjang terjadinya  proses kegiatan belajar mengajar secara aman tertib dan berkelanjutan
Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan Islam tentang alam, telah disebutkan bahwa alam semesta merupakan penentu proses keberhasilan pendidikan. Adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik juga dengan benda, lingkungan alam sekitar tempat mereka hidup merupakan prinsip filsafat pendidikan islam yang perlu diperhatikan. Prinsip ini menekankan bahwa proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar terjadinya dalam lingkungan alam yang bersifat material. Jadi alam semesta merupakan tempat atau wahana yang memungkinkan proses pendidikan berhasil. Semboyan “ Kembali Ke Alam” merupakan salah satu filsafat pendidikan yang menghendaki alam sebagai lingkungan pendidikan.



BAB III
KESIMPULAN

kejadian manusia setelah Adam antara lain disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun: 12-16, Al-Sajadah: 7-9, Al-Hajj: 5, Al-Qiyamah: 37-39, dan Al-Insan: 2. Dari beberapa ayat tersebut dapat dijelaskan tahap-tahap kejadian manusia pasca Adam adalah sebagai berikut:
Pertama, tahap dimana manusia berasal dari saripati tanah. Artinya itu berasal dari sperma laki-laki dan darah, keduanya berasal dari makanan. Kedua, tahap nutfah (sperma) yang bercampur dengan ovum wanita (telur yang sudah masak), masuk ke dalam rahim. Ketiga, tahap alaqah (sesuatu yang tergantung dalam dinding rahim atau segumpal darah) dalam warna kemerah-merahan setelah melalui proses dari nutfah dengan warna keputih-putihan. Keempat, tahap mudgah (segumpal daging). Kelima, tahap menjadi tulang belulang. Keenam, tahap adanya pembalut tulang belulang dengan daging. Ketujuh (tahap terakhir) adalah Allah menjadikannya menjadi makhluk yang baru dengan diberikannya roh. Makhluk baru ini dapat bergerak, bernafas, bertutur, mendengar, dan melihat serta dianugerahkan kepadanya keajaiban-keajaiban baik lahir maupun batin yang tidak terhingga.
Pengetahuan dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al-’ilm, al-ma’rifah dan al-syu’ûr (kesadaran). Al-Qadi Abu Bakar al-Baqillani, membagi sumber pengetahuan ini ke dalam enam bagian. Lima di antaranya adalah jenis-jenis indera, yaitu hâssat al-bashar (indera melihat), hâssat al-sam’ (indera mendengar), hâssat al-dzauq (indera mengecap), hâssat al-syamm (indera mencium), dan hâssat al-lams (indera merasa dan meraba). Adapun yang keenamnya, al-Baqillani menjelaskan: “Jenis yang keenam adalah sesuatu keharusan yang timbul di dalam jiwa secara langsung tanpa melalui indera-indera yang disebutkan tadi.” Al-Baqillani kemudian menyebutkan contoh-contoh pengetahuan yang diperoleh lewat (1) intuisi, seperti seseorang yang mengenali dirinya sendiri, (2) lewat akal, seperti memahami omongan, dan (3) lewat khabar khususnya yang mutawâtir, seperti tentang kehidupan yang ada di luar negeri. Termasuk tentunya khabar-khabar keagamaan, karena sifatnya yang sama sebagai khabar.
penciptaan manusia, alam, pengetahuan akan dikaitkan dengan pendidikan. Ada dua implikasi terpenting dalam hubungannya dengan pendidikan islam, yaitu:
1. Karena manusia terdiri dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan qolbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral.
2. Al-qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia adalah sebagai khalifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah swt membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya baik sebagai khalifah maupun ‘abd.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1990. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Maragustam. 2010. Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falsafah  Pendidikan Islam). Yogyakarta: Nuha Litera.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. 1995. Jakarta: Bumi Aksara.
http://muhakbarilyas.blogspot.com/2012/04/islam-dalam-perspektif-epistemologi.html

Rabu, 24 Oktober 2012

FILSAFAT KONTEMPORER

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah tentang Filsafat Kontemporer. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan pada junjungan kami, Nabi besar Muhammad SAW.
Harapan saya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Sehingga dengan Makalah Filsafat Kontemporer ini kita bisa memberikan sedikit ilmu dan pengetahuan pada para pembaca.
Saya juga mohon maaf apabila ada kesalahan yang kami sengaja maupun tidak disengaja, karena manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Kritik dan saran membangun selalu saya tunggu, agar kedepannya saya bisa lebih baik dalam penyusunan makalah.
Terima kasih.

Banjarmasin,   Juni 2012


Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A.    Filsafat Kontemporer             
B.     Aliran-Aliran Filsafat Kontemporer 

BAB III SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Zaman klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M. Zaman pertengahan meliputi pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M. Zaman modern didahului oleh pemikiran tokoh-tokoh Renaissance. Pada filsafat Rene Descartes (1596-1650) dan berakhir pada pemikiran Friedrich Nietzsche (1844-1900), dan zaman kontemporer yang meliputi seluruh filsafat abad ke-20 hingga saat ini.
Para penulis merasa kesulitan ketika hendak menulis filsafat kontemporer, hal ini dikarenakan mereka harus mengambil jarak terhadap obyek zamannya sendiri sehingga mereka sangat berhati-hati ketika berbicara perkembangan filsafat.
Kali ini saya akan mencoba menguraikan filsafat fenomenologi tentang hakikat suatu benda sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran serta filsafat eksistensialisme tentang manusia konkret sebagai pokok renungan dari ajaran filsafat ini. Namun sebelumnya akan diuraikan secara ringkas mengenai filsafat yang membawahinya yakni filsafat kontemporer agar diperoleh gambaran komperhensif tentang posisi semua aliran filsafat kontemporer dalam kontelasi sejarah pemikiran Barat.

B.       Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana filsafat kontemporer?
2.      Apa saja aliran-aliran filsafat kontemporer?

C.       Tujuan
Berdasarkan rumusan di atas maka permasalah yang akan dibahas berikut bertujuan untuk:
1.      Menjelaskan bagaimana filsafat kontemporer
2.      Menjelaskan apa saja aliran-aliran filsafat kontemporer

BAB II
PEMBAHASAN

A.       FILSAFAT KONTEMPORER
“There is No Perfectness in the World”, ungkapan ini adalah yang paling tepat dan perlu untuk mengawali pembahasan dalam makalah ini. Sebab, bila kita menelusuri jejak pemikiran filsafat mulai abad klasik, pertengahan, dan modern, ternyata ada kelemahan dan kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan kesempurnaan di sisi yang lain. Filsafat modern yang konon katanya, sudah lebih sempurna ternyata masih ada sisi kurangnya sehingga muncul pemikiran baru dalam asas pemikiran yang disebut Fisafat Kontemporer.
Segi kekurangan tersebut bisa diperlihatkan dengan banyaknya filosof dan pemikirannya yang gagal mencapai kebijaksanaan sebagai inti diskursus filsafat. Kegagalan tersebut disebabkan atas dua alasan. Yang pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa yang digolongkan sebagai kebijaksanaan lebih didasari perasaan (feelings) dan keinginan atau gairah (desires) ketimbang pengetahuan (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh intuisi yang sulit dipertahankan dengan argumentasi logis.
Disebabkan karena tuntutan logis atau rasionalitas, filsafat mengalami beberapa penggeseran yang khas. Penggeseran pertama, adalah dari paradigma yang kosmosentris lewat paradigma teosentris ke paradigma antroposentris. Wawasan kosmosentris adalah paradigma filsafat Yunani yang berarti kosmos atau alam raya, berada di pusat perhatian para filosof. Lewat paradigma teosentris dalam filsafat Islam dan Kristiani abad pertengahan, Allah ada di pusat perhatian, segala-galanya mau dilihat seakan-akan dari sudut pandang Allah. Dalam paradigma antroposentris manusia menempati center court. Paradigma antroposentris itu muncul dengan terang benderang di panggung filsafat dalam abad ke-17.
Penggeseran yang lain, adalah dari filsafat substansial-dengan pertanyaan dasar “Ada apa? Dan apa yang ada itu apa?”, filsafat ini membahas tentang masalah-masalah seperti hakikat alam, Allah, dan manusia-ke filsafat epistemologis dan metodis yang bertanya tentang: “Apa yang dapat diketahui dan apa yang dikatakan?”, ke filsafat kritis yang mau membebaskan.
Namum dalam faktanya, pedoman para filosof kepada rasio dan menghindari intuisi mengalami pengalaman buruk sebagaimana yang telah dijelaskan pada beberapa buku sejarah filsafat Barat. Gejala postmodernisme yang menginterupsi keabsolutan rasio merupakan bukti mengenai ketidakberdayaan rasio dalam menghadapi kebenaran. Karena dunia yang luas dan mozaik ini hampir tak mungkin bisa ditangkap dengan wadah rasio dan indra saja. Selanjutnya akan disimpulkan secara singkat urutan beberapa perkembangan filsafat pada abad setelahnya.
Pada abad ke-20 kita dapat menyaksikan empat aliran besar dalam filsafat. Pertama, filsafat fenomenologis dan eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya: Husserl, Heidegger, dan Sartre, filsafat ini merupakan aliran yang paling subur di Eropa kontinental terutama di Jerman dan Prancis. Aliran kedua, meskipun bermula dari “Lingkaran Wiena”, Austria, menjadi filsafat yang dominan untuk waktu yang lama di wilayah Anglo-Saxon, jadi di Inggris dan Amerika Utara, itulah filsafat analitis dan bahasa, dengan tokohnya Ludwig Wittgenstein, di mana aliran yang paling terkenal adalah Positivisme Logis. Aliran ketiga bertitik berat di Jerman dan Prancis, yaitu filsafat kritis yang memahami pemikiran filosofis sebagai praksis pembebasan. Di sini termasuk Teori Kritis Horkheimer dan Adorno kemudian Habermas, serta segala filsafat yang mendapat inspirasi dasar dari pemikiran Karl Marx dan Foucalt, misalnya teori keadilan John Rawls. Aliran keempat yang sangat tidak homogen adalah medan pemikiran postmodernistik yang terutama dikembangkan di Prancis, dengan tokoh-tokohnya, seperti: Derrida dan Lyotard. Dan di Amerika Serikat dengan Komunitarisme (yang dengan sendirinya menolak dimasukkan ke dalam postmodernisme). “Postmodernisme” itu menolak segala usaha untuk memahami seluruh kekayaan gejala kehidupan manusia melalui satu pola teoretis. Pemahaman satu pola itu memaksa dan menjadi sarana penindasan dalam realitas. Di samping empat aliran besar tersebut, tentu masih ada sekian banyak aliran lain, teutama Neo-Thomisme dan banyak filosof yang tidak mudah dapat ditempatkan ke dalam salah satu dari aliran itu.
Mengenai beberapa aliran filsafat yang berkembang di Barat, menurut sumber yang lain, dinyatakan bahwa pada abad ke-17 dan ke-18 sejarah filsafat Barat memperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah luas, rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad ke-19 dan 20 kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru bermunculan, dan yang menarik aliran-aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran yang paling berpengaruh pada abad kini diantaranya adalah positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme dan lainnya.

B.       ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT KONTEMPORER
Beberapa aliran-aliran dalam filsafat kontemporer adalah sebagai berikut:
1.      Eksistensialisme
Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema pokok.
Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filosof yang memandang bahwa filsafat pada masa Yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah penolakan untuk mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan terhadap alam yang impersonal yang memandang manusia terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia yang bereksistensi.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Adapun ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya di dalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan antar manusia dengan lingkungan budaya). Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu dihadirkan lewat kebebasan.
Namun, menjadi eksistensialis bukan selalu harus menjadi seorang yang lain dari pada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme.
Tokoh-tokoh Eksistensialisme:
1)      Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikiran dari tokoh ini adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
2)      Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
3)      Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan mengatasi semua pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.
4)      Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia, baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.
5)      Jean Paul Sartre
Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri.

2.      Fenomonologi
Edmun Husserl (1859-1938) menjadi pelopor filsafat fenomenologi. Ia adalah seorang filosof dan matematikus mengenai intensionalisme atau pengarahan melahirkan filsafat fenomenologi berdasarkan pemikiran Brentano. Ia selalu berupaya ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen, konsep-konsep atau teori umum. “Zuruck zu den sachen selbst”- kembali kepada benda-benda itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap objek memiliki hakikat, dan hakikat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita “mengambil jarak” dari objek itu melepaskan objek itu dari pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka objek itu berbicara sendiri mengenai hakikatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani, tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut filsafat fenomenologi, fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”. Fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan objek menjadi satu secara dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti dari fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut konstitusi.
Filsafat Fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya yang dinamakan untuk mencapai “hakikat segala sesuatu”. Untuk mencapai hakikat segala sesuatu itu melalui reduksi.
Para ahli tertentu mengartikan Fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.
Dalam pengertian suatu metode, Kant dan Husserl, mengatakan bahwa apa yang diamati hanyalah fenomena, bukan sumber gejala itu sendiri. Dengan demikian, terhadap sesuatu yang diamati terdapat hal-hal yang membuat pengamatannya tidak murni. Tiga hal yang perlu disisihkan dari usaha menginginkan kebenaran yang murni, yaitu:
a.         Membebaskan diri dari anasir atau unsur subjektif,
b.        Membebaskan diri dari kungkungan teori, dan hipotesis, serta
c.         Membebaskan diri dari doktrin-doktrin tradisional.
Setelah mengalami reduksi yang pertama tingkat pertama, yaitu reduksi fenomenologi atau reduksi epochal, fenomena yang dihadapi menjadi fenomena yang murni, tetapi belum mencapai hal yang mendasar atau makna sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan reduksi kedua yang disebut reduksi eiditis. Melalui reduksi kedua, fenomena yang kita hadapi mampu mencapai inti atau esensi. Kedua reduksi tersebut adalah mutlak. Selain kedua reduksi tersebut terdapat reduksi ketiga dan yang berikutnya dengan maksud mendapatkan pengamatan yang murni, tidak terkotori oleh unsur apa pun, serta dalam usaha mencari kebenaran yang tertinggi.
Tokoh-tokoh fenomenologi yang lain adalah, Max Scheller (1874-1928), Maurice Merleau-Ponty (1908-1961).

3.      Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”
William James (1842-1910 M), mengemukakan, bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kia berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Menurutnya, pengertian atau putusan itu benar, jika pada praktek dapat dipergunakan. Putusan yang tak dapat dipergunakan itu keliru.
John Dewey (1859-1952 M), menyatakan bahwa, manusia itu bergerak dalam kesunguhan yang selalu berubah. Jika Ia sedang menghadapi kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Jadi, berpikir tidaklah lain daripada alat untuk bertindak. Pengertian itu lahir dari pengalaman. Pandangannya mengenai filsafat sangat jelas bahwa filsafat memberi pengaruh global bagi tindakan dalam kehidupan secara riil. Filsafat harus bertitik tolak pada pada pengalaman, penyelidikan, dan mengolah pengalaman secara aktif dan kritis.

4.      Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.

BAB III
SIMPULAN

Filsafat modern telah dianggap lebih sempurna dalam sisi pemikirannya, tapi pada faktanya masih ada sisi kekurangannya sehingga muncul pemikiran baru dalam asas pemikiran yang disebut Fisafat Kontemporer.
Ada dua kekurangan pemikiran filsafat moderen: pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa yang digolongkan sebagai kebijaksanaan lebih didasari perasaan (feelings) dan keinginan atau gairah (desires) ketimbang pengetahuan (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh intuisi yang sulit dipertahankan dengan argumentasi logis.
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Tokoh-tokoh fenomenologi adalah Edmund Husser, Max Scheller, dan Maurice Merleau-Ponty.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Tokoh-tokoh aliran eksistensialisme antara lain: Soren Aabye Kiekeegaard, Friedrich Nietzsche, Karl Jaspers, Martin Heidegger, dan Jean Paul Sartre.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.




DAFTAR PUSTAKA

Fausi, imron. 2008. Tokoh-tokoh Pragmatisme. Tersedia pada (http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/12/pragmatisme/)
Muntansyir, Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Poeja, Wijatna. 2005. Pembimbin ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarsono, Drs. 1993. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Suseno, Franz Magnis. 2003. Dalam Bayang-Bayang Lenin: Enan Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: PT Gremedia Pustaka Utama
Syadali, Ahmad dkk. 1997. Filsafat Umum. Cet 1. Bandung: Cv .Pustaka Setia
Yanur, Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme. Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html.
________. 2008. Pandangan Pragmatisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan. Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html)

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

FILSAFAT BARAT KONTEMPORER

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini akan menjelaskan tentang Filsafat Barat Kontemporer. Harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Sehingga dengan Makalah Filsafat Barat Kontemporer ini kita bisa memberikan sedikit ilmu dan pengetahuan pada para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Banjarmasin,    Juni 2012




Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN
A.     Latar Belakang Munculnya Filsafat Barat Kontemporer 
B.     Filsafat Barat Kontemporer 
C.     Aliran-Aliran Dalam Filsafat Barat Kontemporer

BAB III SIMPULAN 

DAFTAR PUSTAKA  




BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun histories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunnai dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada rasio. Kejadian seperti gerhana tidak lagi di anggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern. Disini akan dikhususkan untuk pembahasan filsafat kontemporer.
Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan adalah sebagai berikut:
1.      Apa latar belakang munculnya filsafat barat kontemporer?
2.      Bagaimana filsafat barat kontemporer?
3.      Apa saja aliran-aliran dalam filsafat barat kontemporer?
Sesuai rumusan masalah di atas makakalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui latar belakang munculnya filsafat barat kontemporer
2.      Mengetahui bagaimana filsafat barat kontemporer
3.      Mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat barat kontemporer




BAB II
PEMBAHASAN

A.       Latar Belakang Munculnya Filsafat Barat Kontemporer
Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.
Kita akan memfokuskan pembahasan dalam makalah ini mengenai filsafat kontemporer, banyak istilah dalam penyebutan babakan filsafat ini diantaranya filsafat kontemporer, filsafat pasca modern, filsafat posmo dan lain-lain.
Filsafat barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat,
Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada abad XX ini seperti Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein dll. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada tahun 1880an. jadi menurutnya tokoh the pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga mengatakan demikian.
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seuruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah trauma kejiwaan dan ketidakstabilan hidup.
Perlu diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena profesionalisme yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli dibidang Matematika, Fisika, Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali seperti neothomisme, neokantianisme, neopositivisme dan sebagainya.
Dimasa ini Prancis, Inggris dan Jerman tetap merupakan Negara-negara yang paling depan dalam filsafat, sehingga pada umumnya orang membagi periodisasi Filsafat Barat Kontempoter menjadi dua, pertama filsafat kontinental meliputi Prancis dan Jerman, kedua Filsafat Anglosakson meliputi Inggris.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme, vitalisme, Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), Strukturalisme dan Postmodernisme.

B.       Filsafat Barat Kontemporer
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya “Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga “Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya. “Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Orang yang berfilsafat dinamakan filosof dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar, Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan skolastik sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap, dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing. semakin lama doktrin kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin membatasi., selanjutnya muncullah abad modern yang diawali dengan munculnya gerakan Renaissance dimana orang lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri, Renaissance kemudian disusul oleh pencerahan yang menjadikan manusia merasa dewasa, membebaskan diri ri tradisi gereja sehingga mereka berusaha untuk menegakkan suatu pandangan dunia secara sistematis serta mengembangkannya secara metodis sehingga menjadi sautu bangunan pandangan dunia yang lengkap
Karena terdapat berbagai macam filsafat yang kontruktif maka makin lama timbullah rasa jemu karena orang-orang yang setia kepada pemikiran yang membangun menampakkan gejala pembekuan sehingga terbentuklah aliran yang tiada pemikiran yang baru lagi yang dinamai aliran via antiqua (jalan kuna) selanjutnya dari situ timbul juga aliran baru yang berbeda sekali dengan sistem pemikiran dalam masa kejayaan skolastik dan berbeda juga dengan aliran via antiqua aliran ini dinamakan aliran via moderna (jalan modern) aliran ini menolak pemikiran metafisis yang konstruktif. Dan perhatiannya lebih diarahkan kepada cara manusia mengenal dan kepada segala ”yang ada”, ajaran yang mengenai pengenalan mengarah kepada nominalisme sekalipun perhatian terhadap teologia tidak kurang namun perhatiannya lebih diarahkan kepada hal-hal yang ilmiah secara positif bukan kepada persoalan-persoalan filsafati.dan tidak dapat disangkal bahwa para pemikir pada zaman modern ini berbeda-beda keadaannya. pemikiran filsafat mereka juga mengarah ke banyak jurusan akan tetapi semuanya itu mewujudkan suatu kesatuan. zaman ini menjadikan orang meraa telah mengetahui segala sesuatu secara menyeluruh dan sistematis.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis, filsafat Inggris, Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan para bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu keadaban.
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern yang menggunakan keuniversalitasan kebenara tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama, perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi

C.       Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
1.    Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia.
Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfa’at secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfa’at secara praktis misalnya ada penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis.
Tokoh-tokohnya : William James, Jhon Dewey, F.C.S Schiller.

2.    Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis.
Tokoh-tokohnya: Henri Bergson

3.    Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.
Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler

4.    Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan.
Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel

5.    Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.
Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.

6.    Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.
Tokoh-tokohnya: Levi Strauss, Jacques Lacan, Michel Foucault

7.    Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat.
Tokoh-tokohnya: Jean Francois Lyotard.



BAB III
SIMPULAN

Filsafat barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat,
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seuruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah trauma kejiwaan dan ketidakstabilan hidup.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme, vitalisme, Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), Strukturalisme dan Postmodernisme.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme, rasionalisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama, perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.

  
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bertens, K. 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bertens, K. 2001. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.
Hadiwidjono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta : Kanisius.
_______________. 2002. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.
http://abadisaada.blogspot.com/2010/10/filsafat-barat-kontempore.html
http://www.scribd.com/doc/45123729/SEJARAH-SINGKAT-FILSAFAT
Tafsir, Ahmad. 2007. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites