I.
PENGANTAR
Filsafat seringkali
disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu[1]. Filsafat
merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah
fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan.[2]
Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan
berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai
suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan
patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian
sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam
berbagai fase kehidupan[3]. Sejak
zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang
terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari
berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan
kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang
sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah
mengantarkan umat manusia dari mitologi
oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam
berbagai segmentasi kehidupan.[4]
Corak dari
pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan
kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah
adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548
SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM),
Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran
filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme[5].
Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme[6], empirisme[7]
dan positivisme[8]
yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan
kehidupan manusia pada tataran era
modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan
ilmiah atau ilmu merupakan “a higher
level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan
pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan
objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Permasalahan yang akan kita jelajahi dalam
penulisan makalah ini difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat dan Filsafat
Ilmu Sebagai upaya konseptualisasi dan identifikasi”. Disini dipaparkan
deskripsi awal tentang sejumlah kajian yang menyangkut tentang subbab-subbab
yakni : Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal
filsafat ilmu, Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi permasalahan problem –
problem filsafat ilmu
II. Pengertian Filsafat
Problem
identifikasi untuk memberikan pengertian
dalam khazanah intelektual seringkali
melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan. Hampir dalam
setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan
pengertian yang tidak jarang memunculkan
pengertian-pengertian yang beragam. Keberagaman pengertian ini
disebabkan berbagai arah sudut pandang
dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan identifikasi[9].
Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan
dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam
sebuah kajian keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir
untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari
konsepnya tersebut. Termasuk dalam persoalan ini adalah apakah yang dimaksud
dengan filsafat? Berbagai jawaban yang sangat beragam dapat ditemukan
dalam berbagai literatur.
Arti bahasa
Kata falsafah
atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.[10] Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata
majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.)
dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic)
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi
juga dikenal di Indonesia
dalam maknanya yang cukup luas dan sering digunakan oleh semua kalangan..
Seseorang
yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula.
Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang
mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis ,
mendeteksi problem secara radikal,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses kerja
ilmiah.
Berkaitan
dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan memberikan satu penegasan
bahwa filsafat dalam khazanah islam menggunakan rujukan kata yakni falsafah[13]. Istilah
filsafat berasal dari bahasa arab oleh karena orang arab lebih dulu datang dan
sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa- bahasa lain ke
tanah air Indonesia . Oleh karenanya konsistensi yang patut
dibangun adalah penyebutan filsafat
dengan kata falsafat.[14]
Pada sisi
yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim juga sering menggunakan kalimat
padanan Hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan ilmu hikmah. Hikmah digunakan sebagai bentuk ungkapan untuk
menyebut makna kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literature
kitab-kitab klasik dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’.
Seringkali pula ketika dikaji dalam
berbagai literature kitab-kitab pesantren muncul ungkapan-ungkapan dalam sebuah
tema dengan konsep yang dalam bahasa
arabnya misalnya kalimat ‘wa qala min ba’di al hukama….”[15]. dan
juga sejajar dengan kata al-hakim yang mengandung arti bijaksana. Misalnya ayat
yang berbunyi
(#qä9$s%
y7oY»ysö6ß w
zNù=Ïæ
!$uZs9
wÎ)
$tB !$oYtFôJ¯=tã
( y7¨RÎ)
|MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
Artinya:
mereka menjawab: "Maha suci
Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [al
baqarah 2: 32]."
äí÷$# 4n<Î)
È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
( Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/ }Ïd
ß`|¡ômr&
4 ¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/ ¨@|Ê
`tã ¾Ï&Î#Î6y
( uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya:
serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.(An Nahl:125)
Dalam terjemahan Depag ditafsiri bahwa Hikmah ialah
Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil[16]. Sementara Al Jurjani –sebagaimana dikutip oleh Amsal
Bakhtiar—memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada
menurut kadar kemampuan manusia.[17]
Perkataan filsafat
dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti
filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata
ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau
cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise).[18] Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia
tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang
bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi
(semantic) filsafat berarti cinta kebijaksanaan dam kebenaran. Maksud
sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling
umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek
perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka
problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang merupakan problem
falsafi yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
Arti istilah
Sejumlah
literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan
philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang
kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 =
c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya
kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Kemudian,
orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat
ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran
filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran
filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk
mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.
Menurut
sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan
oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong
pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak
merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus
mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.
Timbulnya
filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya
kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun
bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat
tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat),
tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang
induk: Pertama, filsafat tentang
pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan ("episteme") dan
kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek
materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum
(ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi
(tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan
keindahan,etika; dan estetika;
Keempat . sejarah filsafat; menyangkut
dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian[19].
Jika dikelompokkan secara
kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat.[20] Ciri pemikiran
filsafat mengacu pada tiga konsep pokok yakni persoalan filsafat bercorak
sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan menyangkut
masalah-masalah asasi.[21] Kemudian
Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut.[22]
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang
sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat
mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis,
sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
III.
Definisi Filsafat Ilmu
Beberapa
penjelasan mengenai filsafat tentang
pengetahuan. Dipertanyakanlah
hal-hal misalnya : Apa itu pengetahuan?
Dari mana asalnya? Apa ada
kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Teori
pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat pengetahuan, apa unsur-unsur
pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan mengelompokkan pengetahuan, apa
batas-batas pengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi sasaran dari ilmu
pengetahuan.[24] Disinilah
filsafat ilmu memfokuskan kajian dan telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang
menyangkut sebuah system pengetahuan
yang di dalamnya terdapat hubungan
relasional antara, pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang
terketahui /yang diketahui (the
known) dan juga antara pengamat (the
observer) dengan yang diamati (the observed).[25]
Pengertian-pengertian
tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun
karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan
ilmu.
Filsafat ilmu merupakan
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru. I
Untuk memahami arti dan
makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari
beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.[26]
·
Robert Ackerman “philosophy of science in one
aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven
past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline
autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu
segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
·
Lewis White Beck “Philosophy of science questions
and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the
value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
·
Cornelius Benjamin “That philosopic disipline
which is the systematic study of the nature of science, especially of its
methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme
of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.)
·
Michael V. Berry “The study of the inner logic if
scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of
scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah.)
·
May Brodbeck “Philosophy of science is the
ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications
of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan
dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
·
Peter Caws “Philosophy of science is a part of
philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does
for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the
other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them
as grounds for belief and action; on the other, it examines critically
everything that may be offered as a ground for belief or action, including its
own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu
apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan
dan kesalahan
·
Stephen R. Toulmin “As a discipline, the
philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in
the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument,
methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so
on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of
formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu
cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang
terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan,
pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat
para pakar dapat disimpulkan bahwa
pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) sikap kritis dan
evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis
berpangkal pada metode ilmiah
3) sikap analisis
obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4) sikap konsisten
dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah
Selanjutnya John Losee
dalam bukunya yang berjudul,A Historical Introduction to the Philosophy of
Science, Fourth edition,
mengungkapkan bahwa : The
philosopher of science seeks answers to such questions as:
·
What characteristics distinguish scientific inquiry
from other types of investigation?
·
What procedures should scientists follow in
investigating nature?
·
What conditions must be satisfied for a scientific
explanation to be correct?
·
What is the cognitive status of scientific laws and
principles?[27]
Dari ungkapan tersebut terdapat
sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir filsafat ilmu itu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan
persoalan yang menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah
karakteristik type masing – masing ilmu ntara satu ilmu dengan ilmu lainnya melalu penelitian. Kedua Prosedur apa yang
harus dilakukan secara ilmiah dalam melakukan penelitian atas kenyataan yang
terjadi di alam?, Ketiga apa
yang mestinya dilakukan dalam mendapatkan penjelasan
ilmiah untuk melakukan penelitian dan
eksperimen itu ? Dan keempat apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep
dan prinsip-prinsip ilmiah?.
Level
|
Disciplin
|
Subject-matter
|
2
|
Philosophy
of Science
|
Analysis
of the Procedures and Logic of Scientific Explanation
|
1
|
Science
|
Explanation
of Facts
|
0
|
Facts
|
Dengan memperhatikan tabel
diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati level ke-2
sedangkan ilmu (science) pada level
pertama dan semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi
basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta
sementara filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa
prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of
Scientific Explanation).
IV. Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di
atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :
- Obyek
apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
- Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran
itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). [29]
Sedangkan di dalam
introduction-nya Stathis Psillos and
martin Curd menjelaskan bahwa filsafat
ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi :
- apa
tujuan dari ilmu dan apa itu metode
? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan
ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
- bagaimana
teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep
teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat
dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
- apa
saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation(sebab-akibat dan illat),
eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan
sejumlah probabilitas-probalitasnya?.
- apa
saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ?
apakah ada kegunaan dan memiliki nilai
(yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam
kebijakan dan bagaimana semua itu
dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-faktor gender? [30]
Dari paparan ini
dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang meliputi:
cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan
epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.[31]
V. Obyek Material dan Obyek Formal
Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki
obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang
dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material
adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek
yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan
itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara
umum.[32]
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan
yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis,
konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem
filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari
pengalaman konkret manusia dalam dunianya.
Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi
(merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi
proses abstraksi, sehingga yang
tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala
manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah
gejala "manusia tahu". Tugas
filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya.
Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"),
"kepastian" (versus "ketidakpastian"),
"obyektivitas" (versus "subyektivitas"),
"abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana
arah pengetahuan. Pada gilirannya
gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir
itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap
gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.
Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam
ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan
bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu[33]. Objek
formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran
ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
VI Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan
sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk
Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1)
fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika
inferensi.[34]
Permasalahan atau
problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan
dan kebenaran ilmu
sesungguhnya bertumpu pada
landasan ontologis (‘apa
yang terjadi’ - eksistensi suatu
entitas) Kedua, Problem epistemologi;
adalah bahasan tentang
asal muasal, sifat
alami, batasan (konsep), asumsi,
landasan berfikir,
validitas, reliabilitas sampai
soal kebenaran (bagaimana
ilmu diturunkan - metoda
untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem
aksiologi; implikasi etis,
aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai
peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia. Ketiganya digunakan
sebagai landasan penelaahan ilmu[35]
VII.
Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat
ilmu memiliki pola dan model-model yang
spesifik dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala
ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan
obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah
intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai
dengan kekhasannya masing-masing [36] disinilah
akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari
filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan
salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya
tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
- Sebagai
alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
- Mempertahankan,
menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
- Memberikan
pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
- Memberikan
ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
- Menjadi
sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat
ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep
dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua
fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory
of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun
besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak
dalam bahaya arogansi intelektual
• Kritis terhadap
aktivitas ilmu/keilmuan
• Merefleksikan,
menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap
bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan
metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan
masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir
sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
VII. KESIMPULAN
1. Hakekat Filsafat
·
Secara bahasa Philo/philia/philare yang artinya cinta,
ingin, senang dan kata Sophia/sophos
yang artinya ilmu, kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi idzofahnya menjadi
filsafat/falsafah/filosofi yang artinya mencintai kebijaksanan pengetahuan dan
kenginan yang kuat akan ilmu pengetahuan. Jadi berfikir filsafat mengandung
makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis,
sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
2. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
·
merupakan
cabang dari filsafat
yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep- konsep,
dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan
intelektual.
·
filsafat ilmu pada dasarnya
adalah ilmu yang
berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of
sciences) yang kedudukannya
di atas ilmu lainnya. Dalam
menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis.
,secara epistemologis dan tinjauan
ilmu secara aksiologis.
b.
Karakteristik filsafat ilmu
·
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
·
Filsafat
ilmu berusaha menelaah ilmu
secara filosofis dari berbagai sudut pandang
dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sitematis
berpangkal pada metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi atas
landasan ilmiah dan sikap konsisten
dalam membangun teori serta tindakan
ilmiah
3. Objek filsafat ilmu
·
Objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan segala
gejalanya manusia untuk tahu.
·
Objek
formal filsafat ilmu adalah
ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan
aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
4.
Lingkup dan
problema substansi filsafat ilmu
·
Cakupannya pembahasan tentang problema substansi
landasan ontologis ilmu, epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan
aksiologis dari sebuah ilmu.
5. Manfaat mempelajari
filsafat ilmu
·
Semakin
kritis dalam sikap ilmiah
dan aktivitas ilmu/keilmuan
·
Menambah pemahaman
yang utuh mengenai
ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan
tersebut sebagai landasan
dalam proses pembelajaran
dan penelitian ilmiah.
·
Memecahkan masalah
dan menganalisis berbagai hal
yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
·
Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
·
Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode
ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar
(metode dan struktur ilmu)
·
Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara
logis-rasional
·
Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
·
Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
DAftar
Pustaka
Ahmad
Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat
Ilmu, Yogyakarta :LESFI,2002
Ahmad
Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung ; Pustaka Setia , 1997
Alex
Rosenberg,Philosophy of Science A
contemporary Iintroduction , New york ; Routledge,2010
Amsal
bakhtiar , FIlsafat ilmu
,Jakart;Raja Grafindo, 2006
Anthony
Preus, Historical Dictionary of Ancient Greek Philosophy, The Scarecrow
Press, Inc. Lanham , Maryland
• Toronto • Plymouth , UK ,
2007
Al Qur’an dan Terjemahannya ,Jakarta: Depag, 1974
C. Verhaak
dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,Jakarta ;
Gramedia, 1995
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung, 2007
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta; UIP,985
JB. Blikolong,FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR;Seri diktat kuliah Universitas Gunadarma
Jakarta, …
Jerome R.Ravertz , Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang
lingkup bahasan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004
John Losee,A
Historical Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, London ;OXFORD UNIVERSITY
PRESS,….
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, Jakarta;Pustaka Sinar
Harapan , 2001
Juraid Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,Jakart;Bumi Aksara, 2006
Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di Fakultas Ushuluddin IAIN
Sunan Ampel Surabaya,..
M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat
dari Klasik Hingga Modern,Bandung;Pustaka Setia, 2007
Made Pramono, S.S., M.Hum.Filsafat Ilmu, Bahan Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
Mohammad Adib, Filsafat
Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan Yogyakarta;Pustaka
Pelajar,2010
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan , Bandung;
Trigendakarya,1994
Prasetyo , Flsafat Pendidikan,Bandung ;Pustaka
Setia, 2002
Stathis
Psillos and Martin Curd,Introduction;Histirical and philosophical Context , Canada : Routledge, 2008
Footnote
* Digunakan istilah konseptualisasi dan identifikasi dimaksudkan
bahwa penulisan disini sebagai diskusi awal untuk memberikan gambaran abstraks
secara singkat namun memadai dalam
mengkaji konsep-konsep filsafat dan filsafat Ilmu, konseptualisasi dan
identifikasi merupakan sebuah proses yang ingin menggambarkan sebuah realitas
intelektual yang bersumber dari kenyataan-kenyataan empiric menuju sebuah
pemahaman yang rasional untuk dapat dipahami oleh manusia. Konseptualisasi
dilakukan dengan mengerahkan daya pengetahuan dan analisis inderawi (innsen
and outsens) sehingga diperoleh keterangan-ketrangan yang dapat di
deskripsikan. Penyusunan paper kerja ini berkaitan dengan upaya memberikan arah
abstraksi secara konseptual dan upaya mengidentifikasi sejumlah hal berkaitan
dengan pengertian awal tentang filsafat dan filsafat ilmu. Sebagai upaya
konseptualisasi dan identifikasi maka disini dipaparkan deskripsi awal tentang
sejumlah kajian yang menyangkut tentang subbab-subbab yakni : Pengertian
Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal filsafat ilmu,Lingkup
filsafat ilmu dan Problem–problem filsafat ilmu
[2] Ahmad Charis,Z, Dimensi
Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,
(Ogyakarta:LESFI,2002) 1.-15
[3] Juraid Abdul Latif,M.Hum, Manusia
Filsafar dan Sejarah,(Jakarta ;Bumi
Aksara, 2006) 13
[5] M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern, (Bandung ;Pustaka Setia,
2007) 23
[6] Pelopor rasionalisme
diantaranya Rene Descartes(1596-1650) dengan konsep co gito ergu sum,
Spinoza (1632-1677) ia merumuskan definisi, aksioma-aksioma, proposisi dan
penyimpulan dalam bidang kajian logika ilmu dan Leibniz(1646- 1716) ia menulis
tentang Monadology
[7] Tokoh pemikiran Empirisme adalah F.Bacon (1210-1292)
T.Hobbes(1588-1679) john lock(1632-1704) dan David Hume (1711-1776) dan herbert Spencer (1820-1903)
[8] Tokoh aliran positivisme ini ialah Agus compte (1798 – 1857) konsepsinya
mengatakan bahwa indera itu alat penting dalam proses pengetahuan ilmu dan
harus dipertajam dengan eksperimen.
[9] Kajian mengenai tata cara dan konsepsi
definisi dapat dikaji dalam ilmu logika dengan segala syarat dan ketentuan yang
dipersyaratkan agar definisi yang diungkapkan tepat dan benar, misalnya harus
mengandung unsur isi pengertian, luas pengertian, relevansi isi dan luas
pengertian, juga luas term. Harus juga memahami Jenis definisi (nominal dan
real) termasuk memahami aturan-aturan definisi( dapat dibolak-balik, tidak
boleh ada pengulangan dengan kata yang didefinisikan, bukan bernilai negative
dari kata yang didefinisikan, menyebut unsur-unsur utama secara lengkap,harus
seimbang , dan tidak boleh memuat kata-kata metafora (sumber; buku logika ilmu
menalar oleh Puspoprojo),
[10] Anthony Preus, Historical
Dictionary of Ancient Greek Philosophy, , The Scarecrow Press, Inc. Lanham , Maryland • Toronto • Plymouth ,
UK , 2007)
[11] Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung ,
2007, Hal. 11
[12] Ahmad Syadali dan Mudzakir Filsafat Umum, 12
[13] Harun
Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (Jakarta; UIP,985) 46
[14] Amsal bakhtiar, hal 5
[15] Dalam kajian pesantren banyak
kitab-kitab klasik mengungkapkan kalimat-kalimat tersebut, yang sempat misalnya
kitab al hikam, kitab nashoihul ibad, kitab tanbihul ghofilin, al ghunyah,
ihya’ulumuddin dan lain sebagainya. Dalam kajian-kajian kitab-kitab tersebut sering kali disebut
dengan ilmu hikmah. Dengan menggunakan kalimat yang sama dapat ditemukan juga
sebuah buku dengan judul ilmu hikmah yang dikarang oleh DR.Kharisudin Aqib,MA,
yang merupakan hasil tesis yang didalamnya merupakan penelitian konsep-konsep
akhlaq- tasawwuf thareqah sufistik pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
[16] DEPAG, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Depag,
1974) 421
[19] Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, (Jakarta ;Pustaka Sinar
Harapan , 2001) 32
[20] Aliran –aliran filsafat sangat
banyak sekali,masing-masing literatur sangat beragam dalam menjelaskan jumlah
aliran dalam filsafat misalnya aliran eksistensialisme, fenomenologi,
nihilisme, materialisme, dan
sebagainya.
[22] M. Solihin, Perkembangan
Pemikiran FIlsafat dari klasik hingga modern, h. 15
[23] Alex Rosenberg,Philosophy of Science A contemporary Iintroduction,(New york ;
Routledge,2010) 4
[25] Jerome R.Ravertz , Filsafat
Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan,
(Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2004), 86
[26] Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya ,
[27] John Losee,A Historical
Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, (London ;OXFORD UNIVERSITY
PRESS,….) .2
[28] ibid
[30] Stathis Psillos and Martin Curd , Introduction;Historical
and philosophical Context ,Canada : Routledge,
2008) xix
[31] Baca Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu 17-18
[32] Mohammad Adib,Filsafat
Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2010) 53
[33] JB. Blikolong, FILSAFAT
ILMU SEBUAH PENGANTAR, (Seri diktat kuliah) Universitas Gunadarma Jakarta,
….., Hal. 7
[34] Lukkisno CW, Pengantar Filsafat Ilmu, Bahan
Presentasi kuliah Filsafat di
Fak.Ushuluddin, Bandingkan dengan buku Tahu dan Pengetahuan karangan Jujun S.
Suriasumantri penerbit OBOR Jakarta.
[35] Made Pramono,
S.S., M.Hum. Filsafat Ilmu,Bahan
Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
[36] C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta;
Gramedia, 1995) 107-108
0 comments:
Posting Komentar