BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikukum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan suatu system pendidikan,
karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan
semua tingkat pendidikan.
Setiap
pendidik harus memahami perkembangan kurikulum karena merupakan suatu formulasi
pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan
tergambar bagaimana usaha yang dilakukan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, social
keagamaan, dan lain sebagainya.
Dengan
memahami kurikulum para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan
pembelajaran, metode, tehnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran
yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukkan kajian terhadap keberhasilan
system pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik,
intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang
pendidikan islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian kurikulum
2.
Apa
ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam
3.
Apa
prinsip-prinsip penyusunan kurikulum pendidikan Islam
4.
Apa
komponen kurikulum pendidikan Islam
5.
Apa
orientasi kurikulum pendidikan Islam
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian kurikulum
2.
Mengetahui
ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam
3.
Mengetahui
prinsip-prinsip penyusunan kurikulum pendidikan Islam
4.
Mengetahui
komponen kurikulum pendidikan Islam
5.
Mengetahui
orientasi kurikulum pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kurikulum
Secara
etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari
kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut
kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di
dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh
oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun),
SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian,
istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum
dalam pendidikan Islam, dikenal dengan manhaj yang bermakna jalan yang terang,
atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Kurikulum pendidikan Islam dari segi bahasa
bermakna jalan yang terang yang dilalui seseorang, baik orang itu guru atau
juru latih, atau ayah atau yang lainnya, meliputi semua unsur-unsur proses
pendidikan dan semua unsur-unsur rencana pendidikan yang di ikuti oleh guru,
atau pendidik, atau institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik
murid-muridnya, meliputi tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian,
kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat yang
menguatkannya, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan
melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga peraturan di antara mereka dan
pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-proses dan alat-alat penilaian.
Jika
diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi
sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya
ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah
pengetahuan,keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam
bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya
mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna ( insan kamil ) yang
strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kurikulum tidak hanya
dijabarkan sebagai serangkain ilmu pengetahuan yang harus di ajarkan oleh
pendidik (guru) kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya, akan tetapi
segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena
mempunyai pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
baik yang bersifat islami maupun bersifat umum.
B.
Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Diantara
ciri-ciri umum kurikulum pada pendidikan islam antara lain yaitu:
1.
Menonjolkan
tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan,
metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak agama. Segala yang diajarkan
dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak dan berdasarkan pada Al-Qur’an,
sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yag saleh.
2.
Meluasnya
perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya. Kurikulum yang
memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar
dari segi intelektual, psikologi, social dan spiritual. Disamping menaruh
perhatian kepada pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual bagi
pelajar, dan pembinaan aqidah yang betul padanya, menguatkan hubungan dengan
Tuhannya, menghaluskan akhlaknya, melalui kajian terhadap ilmu-ilmu agama,
latihan spiritual dan mengamalkan syiar-syiar agama dan akhlak islam. Kurikulum
ini melip uti ilmu-ilmu al-qur’an termasuk tafsir, bacaan,dll,ilmu-ilmu hadist,
ilmu tauhid, ilmu nahwu, saraf, arudh, dan lain-lain.
3.
Ciri-ciri
keseimbangan yang relative diantara kandungan-kandungan kurikulum dari
ilmu-ilmu dan seni atau kemestian-kemestian, pengalaman-pengalaman, dan
kegiatan-kegiatan pengajaran yang bermacam-macam. Kurikulum pendidikan Islam,
sebagaimana ia terkenal dengan menyeluruhnya perhatian dan kandunganya, juga
menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh, lengkap
melengkapi, dan berimbang antara orang dan masyarakat.
4.
Kecenderungan
pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan
teknik, latihan kejuruan, bahasa asing, sekalipun atas dasar perseorangan dan
juga bagi mereka yang memiliki keediaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan
mempunyai kenginan untuk mempelajari dan melatih diri dalam perkara itu.
5.
Perkaitan
antara kurikulum dalam pendidikan Islam dalam kesediaan-kesediaan
pelajar-pelajar dan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan
perseorangan diantara mereka.
C.
Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam
penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat
mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Prinsip
berasaskan Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang
berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan,
kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan
hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus
berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
2.
Prinsip
mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
3.
Prinsip
integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang
terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan
kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
4.
Prinsip
relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup peserta
didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan dating, relevansi
dengan tuntutan pekerjaan.
5.
Prinsip
fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan
dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibelitas pemilihan program
pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
6.
Prinsip
integritas, adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya,
manusia yang mampu menintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir,
serta manusia yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur
kehidupan akhirat.
7.
Prinsip
efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan
sumber lain secara cermat, tepat, memadai, dan dapat memenuhi harapan.
8.
Prinsip
kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari
bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara
vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
9.
Prinsip
individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan
lingkungan anak pada umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik,
seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta kelebihan dan
kekurangannya.
10.
Prinsip
kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat
memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang sangat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok
seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang
memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang
tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
11.
Prinsip
kedinamisan, adalah agar kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
12.
Prinsip
keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi
peserta didik secara harmonis.
13.
Prinsip
efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang
mengajar dan peserta didik yang belajar.
D.
Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Ahmad
Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode atau proses belajar mengajar,
dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sebenarnya saling
terkait, bahkan masing masing merupakan bagian integral dari kurikulum
tersebut.
Sedangkan
komponen kurikulum menurut Ramayulis meliputi:
1.
Tujuan
yang ingin dicapai.
Tujuan
meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seorang pendidik harus pula dapat
merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi
lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
Setiap
tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama dari yang
lainnya.
2.
Isi
Kurikulum
Berupa
materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya
dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran.
3.
Media
(Sarana dan Prasarana)
Media
sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum
agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Media tersebut berupa benda
(materiil) dan bukan benda (non-materiil).
4.
Strategi
Strategi
merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan. Dalam
strategi termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti: sistem administrasi,
pelayanan BK, remedial, pengayaan, dan senbagainya.
5.
Proses
Pembelajaran
Komponen
ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai indicator keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dituntut
sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong
kreativitas peserta didik.
6.
Evaluasi
Evaluasi
ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta
menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
Kurikulum
pendidikan Islam meliputi tiga hal yaitu:
1.
Masalah
Keimanan (aqidah)
Bagian
aqidah menyentuh hal-hal yang bersifat iktikad (kepercayaan). Termasuk mengenai
iman setiap manusia dengan Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari
Qiamat dan Qada dan Qadar Allah swt. Masalah keimanan mendapat prioritas
pertama dalam penyusunan kurikulum karena pokok ajaran inilah yang pertam perlu
ditanamkan pada anak didik.
2.
Masalah
Keislaman (syariah)
Bagian
syariah meliputi segala hal yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan peraturan hukum Allah dalam
mengatur hubungan manusia dengan Allah dan antara sesama manusia. Aspek
pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok ajaran Islam Yang
penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini.
3.
Masalah
Ihsan (akhlak).
Bagian
akhlak merupakan suatu amalan yang bersifat melengkapkan kedua perkara di atas
(keimanan dan keislaman) dan mengajar serta mendidik manusia mengenai cara
pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketiga
ajaran pokok tersebut di atas akhirnya dibentuk menjadi Rukun Iman, Rukun Islam
dan Akhlak. Dari ketiga bentuk ini pula lahirlah beberapa hukum agama, berupa
ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak. Selanjutnya ketiga kelompok ilmu agama
ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam, yaitu al-Quran dan
al-Hadis serta ditambah lagi dengan sejarah Islam.
Hal
yang perlu didahulukan dalam kurikulum pendidikan Islam yang pertama ialah al-Quran
dan Hadis. Kedua ialah bidang ilmu yang meliputi kajian tentang manusia sebagai
individu dan juga sebagai anggota masyarakat. Menurut istilah moden bidang ini
dikenali sebagai kemanusiaan (al-ulum al-insaniyyah). Bidang-bidangnya
termasuklah psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan lain-lain. Ketiga bidang
ilmu mengenai alam atau sains natural ( al-ulum al-Kauniyyah), yang meliputi
bidang-bidang seperti astronomi, biologi dan lain-lain.
Sedangkan
mengenai sistem pengajaran dan teknik penyampaian adalah terserah kepada
kebijakan guru melalui pengalamannya dengan cara memperhatikan bahan yang
tersedia, waktu serta jadual yang sudah ditetapkan oleh pihak tertentu (sekolah
masing-masing).
E.
Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada
dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi
lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan
sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan
orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
1.
Orientasi
Pelestarian Nilai
Dalam
pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari
Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang
dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai
tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang
dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum
selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk
tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.
2.
Orientasi
pada Kebutuhan Sosial
Masyarakat
yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan
kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan
yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal
ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada
kehidupan.
Orientasi
kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan
sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab
dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
3.
Orientasi
pada Tenaga Kerja
Manusia
sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makan minum, bertempat tinggal yang
layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus
terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan
pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas
dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin
banyak saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan
lapangan kerja.
Sebagai
konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
Hal ini ditujukan setelah keluar dari lembaga sekolah, peserta didik mempunyai
kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, mampu
mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang
mempengaruhinya.
4.
Orientasi
pada Peserta Didik
Orientasi
ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta
kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi
peserta didiknya.
a.
Dimensi
kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara
sikap, tingkah laku, etiket, dan moralitas.
b.
Dimensi
produktivitas yang menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang
lebih banyak, kualitas yang lebih baik setelah ia menamatkan pendidikannya.
c.
Dimensi
kreativitas yang menyangkut kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat,
menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
5.
Orientasi
pada Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kemajuan
suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas
dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai
kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit
menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah
yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Secara
etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari
kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut
kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di
dalamnya.
Diantara
ciri-ciri umum kurikulum pada pendidikan islam antara lain yaitu:
1.
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak
pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode,
alat-alat dan tekniknya bercorak agama.
2. Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya.
Kurikulum yang memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek
pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, social dan spiritual.
3. Ciri-ciri keseimbangan yang relative diantara kandungan-kandungan
kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni atau kemestian-kemestian,
pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4. Kecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani,
latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, bahasa asing
5.
Perkaitan
antara kurikulum dalam pendidikan Islam dalam kesediaan-kesediaan
pelajar-pelajar dan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan
perseorangan diantara mereka.
Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang dapat mewarnai
kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Prinsip berasaskan Islam, termasuk
ajaran dan nilai-nilainya.
2.
Prinsip
mengarah kepada tujuan
3.
Prinsip
integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas
4.
Prinsip
relevansi
5.
Prinsip
fleksibilitas
Ahmad
Tafsir menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode atau proses belajar mengajar,
dan 4) evaluasi.
Pada
dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi
lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan
sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan
orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep &
Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir.
2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nuryanti. Filsafat Pendidikan Islam
Tentang Kurikulum, Hunafa, Vol. 5, No.3, Desember 2008.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany.
1979. Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.Terjemahan Hasan
Langgulung.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kalam Kurnia.
Sutrisno, 2006. Pendidikan Islam
yang Menghidupkan, Yogyakarta: Kota Kembang.
0 comments:
Posting Komentar