DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH
PENDAHULUAN
Al-Quran yang merupakan pedoman umat Islam mempunyai banyak aspek/segi yang menarik untuk dikaji dan dipelajari.Selain karena ia pedoman utama, juga karena kebenaran dan kekekalannya seudah tidak diragukan lagi
Betolak dari kebenaran al-Quran itu, orang mulai mencari kelebihan-kelebihan yang ada padanya. Salah satunya adalah I’jazul Qur’an (Mukjizat al-Quran). Karena ketertarikan itulah kami mencoba mengkaji lebih dalam dengan harapan agar kita semua dapat semakin yakin dan percaya akan keunggulan al-Quran dibanding kitab lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jazul Qur’an
Kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indo nesia diartikan sebagai "kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia." Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama Islam.
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab اَعْجَزَ (a’jaza) yang berarti "melemahkan atau menjadikan tidak mampu". Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu'jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, maka ia dinamai مُعْجِزَةٌ (mu'jizat).Tambahan (ة) ta' marbûthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai "suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu."
Jika kita berkata "mukjizat al-Quran" maka ini berarti bahwa mukjizat (bukti kebenaran) tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-Quran, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar al-Quran atau faktor luar. Pada bab sebelum ini telah dikemukakan tentang apa yang dimaksud dengan "mukjizat", kini akan kita bahas apa yang dimaksud dengan "al-Quran" dalam konteks kemukjizatan ini.
Al-Quran biasa didefinisikan sebagai "firman firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dan diterima oleh umat Islam secara tawâtur.”
Para ulama menegaskan bahwa "al-Quran" dapat dipahami sebagai nama dan keseluruhan firman Allah tersebut, tetapi juga dapat bermakna "sepenggal dari ayat-ayat-Nya". Karena itu, kata mereka, "Jika Anda berkata, 'Saya hafal al-Quran padahal yang An da hafal hanya satu ayat, maka ucapan Anda itu tidak salah, kecuaii jika Anda berkata, 'Saya hafal seluruh Al-Quran."
B. Kaidah Al-Mu’jizah
Al-I’jaaz ialah: Suatu kejadian yang luar adat (biasa) disertai dengan penghadangan, tapi lulus dari hadangan itu.
C. Syarat-Syarat Mukjizat
1. Suatu yang luar dari yang dibiasakan manusia mengenai sunnah alam dan kenyataan yang terjadi.
2. Disertai oleh penghadangan atau tantangan dari orang yang mendustakan atau ragu-ragu terhadapnya.
3. Sesuatu urusan yang tidak punya penghadangan, lalu ada kesempatan bagi seseorang untuk menentangnya dan dia lakukan saingannya, maka ia tidak dinamakan mukjizat.
D. Sejarah Ilmu I’jazil Qur’an
Ada ulama yang berpendapat, orang yang kali pertama menulis I'jazil Qur'an ialah Abu Ubaidah (wafat 208 H.) dalam kitab Majazul Qur'an. Lalu disusul oleh Al-Farra (wafat 207 H.) yang menulis kitab Ma'anil Qur'an. Kemudian disusul Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta'wilu Musykilil Qur'an.
Pernyataan tersebut dibantah Abd. Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya Dalailul I'jaz, bahwa semua kitab tersebut di atas bukan ilmu I'jazil Qur'an, melainkan sesuai dengan nama judul-judulnya itu.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Qur'an, bahwa orang yang kali pertama membicarakan I'jazil Qur'an adalah Imam Al-Jahidh (wafat 255 H.), ditulis dalam kitab Nuzhumul Qur'an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-Hayawan. Lalu disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H.) dalam kitab I'jazul Qur'an, yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh tersebut di atas. Kemudian dilanjutkan Imam Ar-Rumany (wafat 384 H.) dalam kitab Al-I'jaz, yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan al-Quran. Lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H.) dalam kitab I'jazul Qur'an, yang isinya mengupas segi-segi kebalaghahan al-Quran, di samping segi-segi kemukjizatannya. Kitab ini sangat populer. Kemudian disusul Abd. Qohir Al-Jurjany (wafat 471 H.) dalam kitab Dala'ilul I'jaz dan Asrarul Balaghah.
Para pujangga modern seperti Mushthofa Shodiq Ar-Rofi'y menulis tentang ilmu ini dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi dan Prof. Dr. Sayyid Quthub dalam buku At-Tashwirul Fannifil Qur'an dan At-Ta'birul Fanni Fil Qur'an.
Dalam konteks uraian tentang kemukjizatan al-Quran, maka yang dimaksud dengan "Al-Quran" ada lah minimal satu surah walau pendek, atau tiga ayat atau satu ayat yang panjang seperti ayat "Al-Kursi" (QS Al-Baqarah [2]: 255). Pembatasan minimal ini dipahami dari tahapan-tahapan tantangan Allah kepada setiap orang yang meragukan kebenaran al-Quran sebagai firman-Nya.
E. Tujuan dan Fungsi Mukjizat
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan: ”Apa yang dinyatakan sang Nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat itu.”
Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan sebagaimana dikemukakan di atas, namun dari segi agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya, maka ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.
Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat. la tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT.
Kedua, para nabi sejak Adam a.s. hingga Isa a.s. diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya. Namun apakah ini berarti peristiwa luar biasa yang terjadi melalui mereka itu tidak dapat dilakukan oleh selain umat mereka pada generasi sesudah generasi mereka? Jika tujuan mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap nabi, maka boleh jadi umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi mereka yang berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum (Allah yang berlaku di) alam. Namun, ketika hal itu terjadi, hukum-hukum tersebut belum lagi diketahui oleh masyrakat nabi yang bersangkutan.
F. Macam-macam Mukjizat
1. Berbentuk hissiyah atau dapat diraba
Umpamanya: Mukjizat para Nabi seperti ke luar unta Nabi Saleh dari dalam batu, tongkat Nabi Musa jadi ular yang sebenarnya, menyembuhkan orang sakit canggu dan belang kulit oleh Nabi Isa bin (putera) Maryam.
2. Berbentuk ‘aqliyah atau mengenai akal
Umpamanya: Al-Quran dan mukjizat Rasul SAW yang tetap ada.
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat ma terial indrawi lagi tidak kekal dan mukjizat imaterial, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya.
G. Segi-Segi I’jazil Qur’an
Yang dimaksud segi-segi I’jazil Qur’an ialah hal-hal yang ada pada al-Quran yang menunjukkan bahwa kitab itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, dan ketidakmampuan jin dan manusia untuk membikin hal-hal yang sama seperti yang ada
pada al-Quran.
Untuk menentukan segi-segi I'jazil Qur'an, para ulama berbeda pandangan, antara lain:
● Syekh Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H.) dalam kitab I'jazil Qur'an mengatakan: Alquran menjadi mukjizat itu karena 3 segi kemukjizatan, sebagai berikut:
1. Di dalam Alquran itu ada cerita mengenai hal-hal yang ghaib.
2. Di dalam Alquran itu ada cerita umat dahulu beserta para Nabinya, padahal Rasulullah SAW adalah seorang ummi.
3. Di dalam Alquran terdapat susunan indah yang terdiri dari 10 segi: Ijaz, tasybih, isti'arah, talaum, jawashil, tajamus, tasyrif, tadhmin, mubalaghah, dan husnul bayan.
● Al-Qadhi lyad Al-Basty dalam buku Asy-Syifa'u bi Ta'rifi Huquqil Mushthafa mengatakan: Segi-segi kemukjizatan Alquran itu 4 hal, sebagai berikut:
1. Susunannya yang indah.
2. Uslubnya yang lain dari pada yang lain
3. Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi.
4. Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syariat-syariat dahulu yang jelas dan benar.
● Imam Al-Qurthuby (wafat 684 H) dalam tafsir Al-Jami'u Ahkamil Qur'an mengatakan: Segi-segi kemukjizatan Alquran itu ada 10 hal, sebagai berikut:
1. Susunannya yang indah, yang lain dari yang lain.
2. Uslubnya berbeda dengan seluruh uslub bahasa Arab.
3. Kefasihan ungkapan-ungkapannya yang tidak dapat diimbangi.
4. Pengaturan bahasa yang utuh-bulat.
5. Adanya berita mengenai pertama kali kejadian-kejadian dunia yang belum terdengar.
6. Ditepatinya hal-hal yang telah dijanjikan lalu betul-betul terjadi.
7. Adanya berita yang belum terjadi, lalu betul-betul terjadi.
8. Isi aturan halal-haram.
9. Hikmah-hikmah tinggi yang tidak biasa terjadi.
10. Persesuaian semua kandungannya.
● Syekh Abd. Adhim Az-Zarqony, dosen Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadis pada jurusan Dakwah wal Irsyad Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar mengatakan: Orang yang mengamati Alquran dengan seksama akan mengetahui segi-segi kemukjizatan Alquran yang sangat menakjubkan, sedikitnya ada 7 segi, sebagai berikut:
1. Keindahan bahasa dan uslub al-Quran
2. Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib dan berkaitan antara satu sama lain.
3. Berisi beberapa ilmu pengetahuan, yang banyak memberikan acuan makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan dunia akhirat.
4. Memenuhi segala kebutuhan manusia.
5. Cara-caranya mengadakan perbaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia.
6. Adanya berita-berita gaib dari al-Quran
7. Adanya ayat ‘itab (teguran).
H. Kapasitas Kemukjizatan Al-Quran
Yang dimaksud dengan kapasitas kemukjizatan al-Quran ialah kadar yang menjadi mukjizat dari kitab Alquran itu berapa? Apakah seluruhnya, atau sebagianya saja. Sebenanya, pembahasan ini juga bisa dimasukkan ke dalam pembicaraan macam-macam I'jazil Qur'an, yaitu termasuk I'jazil At-Tahaddi (kemukjizatan tantangan Alquran).
Kitab suci Alquran ini sudah 15 Abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkari Alquran, yakni minta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti al-Quran itu. Tetapi dari dahulu sampai sekarang belum ada seorang pun yang mampu menandinginya. Padahal para pujangga bahasa Arab yang profesional pada waktu turunnya alQuran dahulu itu sangat banyak. Mereka sangat pandai dalam bidang sastra dan balaghah Arab. Apalagi pada masa kejayaan ilmu pengetahuan (zaman renaessance), bahasa Arab berkembang cepat hingga melejit ke tingkat yang amat tinggi. Namun, tetap saja tidak ada orang yang sanggup melawan tantangan al-Quran tersebut.
Hal tersebut selain menunjukkan kemukjizatan kitab suci ini, juga sekaligus menunjukkan kebenaran sinyalemen al-Quran, bahwa tidak akan ada seorang jin atau pun manusia yang sanggup membuat kitab yang seperti al-Quran ini.
I. Perbedaan antara Mukjizat Rasul SAW dan Mukjizat Para Nabi yang lain
1. Mukjizat para Nabi bersifat hissyiyyah atau dapat diraba. Oleh sebab itu, maka ia habis dengan telah berlalu masa mereka. Yang dapat menyaksikan adanya hanyalah orang yang semasa dengan mereka.
2. Mukjizat Rasul SAW bersifat 'aqliyyah dan masih ada sampai Hari Kiamat. Yang demikian ialah seperti sabda Rasul SAW:
ماَ مِنَ الاَنْسَاءِ نَبِيٌّ اِلاَّ اَعْطِيَ ماَ مِثْلُهُ, أمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ وَ اِنَّمَا كاَنَ الَّذِي اُوْتِيْتُهُ وَحْيًا اَوْحاَهُ اللهُ اِلَيَّ فَاَرْجُوْ اَنْ اَكُوْنَ اَكْثَرُهُمْ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidak seorang Nabi pun dari para Nabi, kecuali mereka diberi yang seumpamanya, Manusia mengimaninya. Adapun yang diberikan Allah kepada saya sebagai wahyu, maka saya harapkan agar sayalah yang lebih banyak berpengikut pada Hari kiamat. (Hr. Bukhari dalam Fat-hul Bari).
J. Al-Quran Menghadang Orang Arab dan Mereka Lemah Imannya
1. Tantangan Pei'tama
Mula-mula Alquran menantang orang yang mengingkari kewahyuannya itu supaya membuat kitab tandingan yang sama seperti seluruh isinya. Yakni, mereka yang menuduh Alquran itu buatan Nabi Muhammad SAW itu supaya membuat kitab yang sama seperti kitab Alquran itu seluruhnya.
Tantangan ini dicanangkan dalam dua buah ayat, sebagai berikut:
Dalam ayat 33—34 surah Ath-Thur:
.
“Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. Ath-Thuur: 33-34).
2. Tantangan Kedua
Karena tidak ada seorang pun bisa melawan tantangan Alquran yang pertama, karena terlalu berat, maka didespensasi atau dikurangi. Sebelumnya, harus membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh Alquran, lalu diturunkan hanya membuat tandingan yang sama dengan 10 surah seperti Alquran.
Tantangan kedua ini dicanangkan dalam ayat 13—14 surah Hud:
“Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (QS. Hud: 13-14).
3. Tantangan Ketiga
Jika tantangan al-Quran yang kedua ini masih juga dianggap berat, karena harus membuat sekian banyak surah yang harus sama dengan al-Quran itu, maka tantangan itu diringankan lagi. Yakni, hanya disuruh membuat tandingan satu surah yang sama dengan surah al-Quran.
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra: 88).
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang diamanahkan langsung oleh Allah SWT kepada beliau. Kemukjizatan itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi Rasulullah dalam mendakwahkan agama Islam pada saat itu. Mereka yang diajak masuk Islam kadang berani menantang untuk menguji kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad. Lain halnya ketika mereka yang telah percaya kepada Nabi, mereka tidak perlu lagi membutuhkan mukjizat, mukjizat yang mereka lihat hanya berfungsi untuk memperkuat keimanan, serta menambah keyakinan mereka akan kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta.
Kemukjizatan al-Quran sangat mengagumkan semua orang yang membacanya, memahaminya dan mengamalkannya. Ibarat sebuah mutiara berkilau indah, dilihat dari sisi manapun ia akan memberikan kemilau indah yang sangat sempurna. Bagi umat muslim yang taat, mukjizat al-Quran yang telah Allah berikan kepada Rasulullah merupakan sebuah tantangan bagaimana untuk hidup sesuai dengan apa yang Allah perintahkan dalam al-Quran. Siapa yang taat itulah orang yang beruntung dan siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi di dunia dan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
● Djalal, Abdul. 1988. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
● Masyhur, Kahar. 1992. Ulumul Qur’an. Jakarta: RINEKA CIPTA.
● Shihab, M. Quraish.1998. Mukjizat Al-Quran. Bandung: Mizan.
0 comments:
Posting Komentar