DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar dengan judul
Analisis Butir Soal. Harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi para pembaca. Sehingga dengan Makalah Tentang Analisis Butir Soal ini kita
bisa memberikan sedikit ilmu dan pengetahuan pada para pembaca.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.
Banjarmasin,
Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah
.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A.
Pengertian Analisis
Butir Soal .................................................................... 3
B.
Tujuan Analisis ............................................................................................ 3
C.
Penganalisaan
terhadap Butir Soal .............................................................. 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A.
Simpulan ................................................................................................... 13
B.
Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Evaluasi
pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan
peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada
unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan
yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran
tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh
informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi
belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru
dalam proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting
dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di
lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan.
Berdasar pengamatan sepintas di lapangan, beberapa persoalan tersebut paling
tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan
pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.
Dalam proses
pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing
komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu
ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam
melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur
keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan
lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana
telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal
(=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat
penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Dan dari
uraian di atas maka penulis akan memaparkan makalah yang berjudul “Analisis
Butir Soal”.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas maka dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian analisis butir soal?
2.
Apa Tujuannya?
3.
Bagaimana penganalisisan terhadap butir soal?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian analisis butir soal
2.
Mengetahui tujuan penganalisisan
3.
Mengetahui bagaimana penganalisisan terhadap butir
soal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Analisis Butir Soal
Analisis butir soal
merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item
soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis item soal
terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat
evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini
tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang
dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis
terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap beberapa hal yaitu:
1. Seberapa besar
tingkat kesukaran pada butir/item soal
2. Apakah butir item
itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan kurang pandai.
3. Apakah butir item
tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari itu dengan
analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan
petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
B. Tujuan
Analisis
Analisis butir tes
merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang berkategori
baik. Analisis ini meliputi:
1. Menentukan
validitas dan reliabilitas tes, dan
2. Analisis butir
tes.
Menurut Thorndike &
Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu kelas
mempunyai dua tujuan, yakni:
1. Jawaban-jawaban
soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti pelajaran dari
kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk
membimbing kea rah cara belajar yang baik, dan
2. Jawaban terhadap
soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban tersebut
merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes
bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam
kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh
petunjuk untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya
kita dapat mengetahui empat hal penting, yaitu:
1. Bagaimana taraf
kesukaran setiap butir tes?
2. Apakah setiap
soal memiliki daya pembeda baik?
3. Apakah semua
alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4. Sejauh mana tiap
butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?
C. Penganalisaan
terhadap Butir Soal
1. Teknik Analisa
Derajat Kesukaran Item
Analisis tingkat kesukaran
soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat
diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab,
bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting
dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria
soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal adalah
peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Bermutu atau tidaknya
butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
butir-butir item yang baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu
sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu
adalah sedang atau cukup. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut di atas maka
butir-butir item hasil belajar di mana seluruh testee tidak dapat menjawab
dengan betul (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik.
Demikian pula sebaliknya, butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh
testee dapat menjawab dengan betul (karena terlalu mudah) juga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori item yang baik. Pertanyaan yang akan segera muncul
adalah: “Bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui butir-butir item
tes hasil belajar tertentu yang dapat dikatakan adalah memiliki derajat
kesukaran yang memadai?” Dalam hubungan ini, Witherington dalam bukunya yang
berjudul Psychological Education (hlm. 87) mengatakan, bahwa sudah atau belum
memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar
kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut.
Angka-angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu
dikenal dengan istilah difficulty index (=angka indeks kesukaran item), yang
dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu
singkatan dari kata proportion (proporsi =proporsa).
Menurut Witherington,
angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan
1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling
tinggi adalah 1,00. Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan
petunjuk bagi tester bahwa butir item termasuk dalam kategori item yang terlalu
sukar, sebab disini seluruh tastee tidak dapat menjawab item dengan betul (yang
dapat menjawab dengan betul = 0). Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran
item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini mengandung makna bahwa butir item yang
bersangkutan adalah termasuk dalam kategori item yang terlalu mudah, sebab
disini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
(yang dapat menjawab dengan butir = 100% = 100 : 100 = 1,00).
Angka indeks kesukaran
item itu dapat diperoleh dengan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois, yaitu
P = Angka
indeks kesukaran item
Np = Banyaknya
testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.
N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar
Mengenai bagaimana cara
memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item,
Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya berjudul Measurement and
Evaluation in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P
|
Interpretasi
|
Kurang dari 0,30
|
Terlalu sukar
|
0,30 – 0,70
|
Cukup (Sedang)
|
Lebih dari 0,70
|
Terlalu Mudah
|
Sedangkan menurut
Witherington dalam bukunya berjudul Psychology Education adalah sebagai
berikut:
Besarnya P
|
Interpretasi
|
Kurang dari 0,25
|
Terlalu sukar
|
0,25 – 0,70
|
Cukup (Sedang)
|
Lebih dari 0,70
|
Terlalu Mudah
|
Soal dikatakan baik
apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang terlalu
mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik.
Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan
soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan
karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan
peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar
pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan
sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama
untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar
jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu
ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar.
Dalam menentukan kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah :
a. Abilitas yang
diukur dalam pertanyaan tersebut
b. Sifat materi yang
diujikan atau ditanyakan
c. Isi bahan yang
ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya maupun kedalamannya
d. Bentuk soal
Dalam kaitannya dengan
hasil analisis item dari segi derajat kesukarannya seperti telah dikemukakan di
atas, maka tindak lanjut yang perlu dikemukakan oleh tester adalah sebagai
berikut:
Pertama, untuk butir-butir
item yang berdasarkan hasil analisis termasuk dalam kategori baik (dalam arti
derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang), seyogyanya butir item tersebut
segera dicatat dalam buku bank soal.
Kedua, untuk butir-butir
item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada tiga kemungkinan tindak
lanjut, (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti ulang, dilacak dan
ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang
bersangkutan sulit dijawab oleh testee, (3) Haruslah dipahami bahwa tidak
setiap butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar itu sama sekali
tidak memiliki kegunaan.
Ketiga, untuk butir-butir
item yang termasuk dalam kategori terlalu mudah, juga ada tiga kemungkinan
tindak lanjutnya. Yaitu (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti
ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan
butir item yang bersangkutan mudah dijawab oleh testee, (3) Seperti halnya
butir-butir yang terlalu sukar, butir-butir item yang terlalu mudah juga masih
mengandung manfaat, yaitu bahwa butir-butir item yang termasuk dalam kategori
ini dapat dimanfaatkan pada tes-tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya longgar.
2. Teknik Analisis
Daya Pembeda Item
Daya pembeda item adalah
kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan
(mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu
penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil
belajar adalah adanya anggapan.
Tes dikatakan tidak
memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak
berprestasi tinggi, hasilnya rendah tetapi bila diberikan kepada anak yang
lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa
tersebut hasilnya sama saja.
Dengan demikian, tes yang
tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai
dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Akan terlihat aneh apabila anak pandai
tidak lulus tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa dilakukan manipulasi oleh
tester (si penilai) atau di luar faktor kebetulan.
Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda (item discrimination)
disingkat D (d besar). Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih antara
proporsi jawaban benar pada kelompok atas (peserta didik tes yang mampu/pandai)
dengan proporsi jawaban benar pada kelompok bawah (peserta didik tes yang
kurang mampu/pandai). Umumnya, para ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27%
atau 33% kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
Contoh: Pembagian Kelompok 27%
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
8
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
5
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
7
|
6
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
7
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
8
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
6
|
9
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
10
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
11
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
12
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
13
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
5
|
14
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
5
|
15
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
5
|
16
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
17
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
18
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
19
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
20
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Indeks daya pembeda
berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta
didik tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta didik
tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian, soal yang indeks
daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta didik tes.
Indeks daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
D = indeks daya pembeda
A
= jumlah
peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok atas
B = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar
pada kelompok bawah
nA
=
jumlah peserta didik tes kelompok
atas
nB
= jumlah
peserta didik tes kelompok bawah
Pada kebanyakan kasus,
jumlah peserta didik tes kelompok atas sama dengan jumlah peserta didik tes
kelompok bawah, nA = nB = n. Dengan demikian maka rumus daya pembeda menjadi:
Kriteria indeks daya
pembeda berdasarkan Crocker dan Algina (1986) adalah sebagai berikut :
Daya Pembeda
|
Kualifikasi
|
0,00 – 0,19
0,20 – 0,29
0,30 – 0,39
0,40 – 1,00
|
soal tidak dipakai/dibuang
soal diperbaiki
soal diterima tapi perlu diperbaiki
soal diterima/baik
|
Contoh:
Tingkat Kesukaran 27% kelompok atas (5
orang dari 20 peserta didik tes)
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
8
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
5
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
7
|
Xatas
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
|
Skor maks
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Kel. Atas
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
|
(P) kel. Atas
|
0.8
|
1.0
|
0.8
|
1.0
|
0.8
|
0.8
|
0.4
|
0.8
|
0.8
|
0.8
|
Tingkat Kesukaran 27% kelompok bawah (5
orang dari 20 peserta didik tes)
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
16
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
17
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
18
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
19
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
20
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Xatas
|
3
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
0
|
3
|
1
|
3
|
|
Skor maks
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Kel. Bawah
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
|
(P) kel. bawah
|
0.6
|
0.2
|
0.6
|
0.4
|
0.2
|
0.6
|
0
|
0.6
|
0.2
|
0.6
|
Untuk mengetahui besar
kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat dipergunakan rumus berikut ini:
D
= Discriminatory
power (angka indeks diskriminasi item)
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat
menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat
menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
Tabel berikut menunjukkan daya pembeda soal nomor 1 sampai
dengan nomor 10 berdasarkan perbedaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Daya Pembeda Soal
Soal
|
Tingkat kesukaran kelompok atas
|
Tingkat kesukaran kelompok bawah
|
Daya pembeda Soal (D)
|
1
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
2
|
1.00
|
0.20
|
0.80
|
3
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
4
|
1.00
|
0.40
|
0.60
|
5
|
0.80
|
0.20
|
0.60
|
6
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
7
|
0.40
|
0
|
0.40
|
8
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
9
|
0.80
|
0.20
|
0.60
|
10
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
Soal nomor 1, 3, 6, 8, dan 10 berdaya pembeda 0.20. Hal ini
berarti kelompok lima soal tersebut mempunyai kualifikasi soal yang harus
diperbaiki. Hal ini sesuai dengan pengklasifikasian daya pembeda oleh Crocker
dan Algina yang telah dijelaskan di atas.
Dalam hubungan ini,
patokan yang pada umumnya dipegangi adalah sebagai berikut:
Besarnya Angka Indeks Diskriminasi
Item
|
Klasifikasi
|
Interpretasi
|
Kurang dari 0,20
|
Poor
|
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah
sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
|
0,20-0,40
|
Satisfactory
|
Butir yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang)
|
0,40-0,70
|
Good
|
Butir yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda
yang baik
|
0,70-1,00
|
Excellent
|
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya
pembeda yang baik sekali
|
Bertanda negatif
|
-
|
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negative
(jelek sekali)
|
3. Teknik Analisis
Fungsi Distraktor
Distraktor adalah
pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik untuk
menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan
terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan
fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
Tujuan utama pemasangan
distraktor pada setiap butir itu adalah, agar dari sekian banyak testee yang
mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya,
sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan jawaban
yang betul.
Suatu kemungkinan dapat
terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternative yang dipasang pada butir item
tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee. Dengan kata lain, testee
menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah
oniet dan biasa diberi lambing dengan huruf O.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Analisis butir soal
merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item
soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis butir tes bertujuan
untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik,
kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh
informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan.
Penganalisisan terhadap
butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu:
1. Teknik analisis kesukaran item soal
Analisis tingkat kesukaran
soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat
diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab,
bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Angka indeks kesukaran
item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dubois
yaitu:
2. Teknik analisis daya pembeda
Daya pembeda item adalah
kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan
(mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu
penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil
belajar.
Rumus untuk menentukan
indeks diskriminasi adalah:
3. Teknik analisis fungsi distraktor
Distraktor adalah
pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik untuk menjawabnya
padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap
fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya
dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
B.
Saran
Analisis butir soal
hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir-butir tes secara baik
dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan
perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Crocker,
Linda & James Algina. 1986. Introduction to Classical & Modern Test
Theory. Chicago: Holt, Rinehart and Winton, Inc
Mudjiji,
M.Pd. Drs. Tt. Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Nur,
Mohammad. 1987. Pengantar teori tes. Jakarta: P2LPTK Ditjen Diti Depdikbud
Prof.
H.M. Sukardi, MS., Ph.D, 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasinya.
Jogjakarta: PT. Bumi Aksara
Purwanto,
Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknil Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya
Rafi’i,
Suryatna. 1990. Teknik Evaluasi. Bandung: Penerbit Angkasa
Rosnita.
2007. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Setia
Sudijono,
Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sudjana,
Nana. tt. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Suherman,
Herman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidian
Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah
Surapranata,
Dr. Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum,
Bandung: Rosdakarya
Thoha,
M.A. Drs. M. Chabib, 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet. 4 Jakarta: PT
Raja Garfindo Persada
1 comments:
Terima kasih sangat membatu tapi passwordnya apa ya
Posting Komentar